"Tunggu disini sebentar, aku akan membuka pintunya." Ucap Jimin sambil mengelus kepala Jungkook. Pria itu langsung menganggukkan kepalanya, benar-benar penurut kali ini dan jujur melihat tingkah Jungkook yang seperti ini membuat Jimin jadi gemas sendiri. Pasalnya Jungkook yang penurut terlihat mirip seperti bayi ketimbang pria dewasa.
Jimin baru saja akan meninggalkan pria itu, namun Jungkook dengan cepatnya langsung menarik tangannya. Membuat tubuh mungilnya berbalik dan mendarat dengan mulusnya di atas pangkuan Jungkook.
A-apa yang kau lakukan? " Jimin dengan sekuat tenaga menahan rasa malunya. Memilih untuk menundukkan kepalanya ke bawah daripada harus menatap langsung wajah pria yang kini ada di depannya.
Jungkook tidak memberikan jawaban apapun, ia memilih untuk tetap diam dan terus memandangi wajah cantik dari pria yang amat ia cintai itu. Jimin, pria itu terlihat begitu bersinar di mata Jungkook dan mungkin selamanya akan tetap seperti itu baginya.
"Biarkan aku turun, bagaimana jika orang-orang melihat kita."
Jungkook menggelengkan kepalanya, satu tangan yang tadinya memegangi pinggang Jimin kini alihkan untuk menyingkirkan anakan rambut yang menempel di wajah Jimin. Benar-benar aneh melihat pria itu tetap berkeringat bahkan di saat cuaca sedang dingin-dinginnya. Namun Jungkook mencoba untuk menepis segala pemikiran buruknya dan kembali mengagumi keindahan paras istrinya.
"Memangnya kenapa jika orang lain meliihat kita, jangan bilang kau malu memiliki suami seperti aku." sorot matanya menajam, pria itu sontak memberikan tatapan menyelidik pada pria mungil yang hanya bisa memerat kedua tangannya di balik tengkuk Jungkook.
Bukan maksud Jimin seperti itu tapi ia mengatakan hal itu agar Jungkook mau menyudahi aksinya sekarang juga. Karena jujur Jimin merasa gugup dijadikan pusat perhatian oleh pria itu. Lagipula untuk apa ia malu dengan reaksi orang-orang, toh mereka berdua adalah pasangan suami istri. Sangat wajar melakukan hal-hal intim seperti ini selama di dalam batas kewajaran.
"B-bagaimana bisa aku malu memiliki suami tampan seperti dirimu." Secepat Jimin memberikan jawaban, secepat itu pula pria itu turun dari atas pangkuan Jungkook. Jimin pikir tidak akan baik bagi kesehatan jantungnya bila ia berlama-lama menduduki paha pria itu.
Senyum dengan kedua gigi kelincinya yang menyembul keluar adalah satu dari sekian banyaknya hal yang Jimin sukai dari Jungkook. Pria itu terlihat sepuluh kali lebih tampan saat ia tersenyum lepas. Sudah lama Jimin tidak melihat senyum manis favoritnya itu. Jujur, Ia begitu merindukannya.
"Berikan aku pujian lagi." Ucapnya dengan satu mata yang sengaja ia kedip kan. Jimin yang mendapatkan serangan bertubi-tubi dari Jungkook langsung salah tingkah, ia buru-buru mengambil kunci dari dalam saku celananya dan membuka pintu rumah mereka.
Jungkook yang melihat Jimin gelagapan di tempatnya langsung tertawa terbahak-bahak. Pria mungil itu masih terlihat mempesona bahkan di saat wajahnya memerah padam. Jungkook jadi berpikir, kira-kira kapan pria itu akan terlihat jelek jika nyatanya ia semenawan ini.
Bunyi kenop pintu yang di putar membuat lamunan Jungkook seketika hancur. "Hei, apakah kau tega meninggalkanku sendirian disini?" Jimin baru saja akan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah namun mendengar Jungkook yang merengek seperti itu membuat Jimin mau tidak mau mengurungkan niatnya itu.
"B-baiklah, aku akan membantumu." Wajahnya masih sangat merah saat ia kemudian memutuskan untuk membopong pria itu masuk ke dalam rumah. Hal itu telak membuat Jungkook jadi merasa gemas. Bahkan karena saking tidak tahannya melihat kelucuan Jimin hari ini, ia langsung mengecup pipi kanan pria itu secara bertubi-tubi. Terus seperti itu sampai membuat wajah Jimin merona.
"Yak, berhenti atau aku tidak akan membantumu lagi." Ancam Jimin dengan kedua kakinya yang ia hentak-hentakkan ke lantai. Jungkook memang paling ahlinya membuat Jimin jadi salah tingkah. Lihatlah, pria itu bahkan tidak mau mendengarkan ucapannya.
Karena saking kesalnya pada Jungkook, Jimin sampai lupa kalau tubuh pria itu masih sangatlah lemas untuk kemudian bisa berdiri sendiri. Ia dengan wajah tidak berdosa malah melepaskan tangan pria itu dari pundaknya. Tidak lihat jika Jungkook yang berada di sampingnya mendadak kehilangan keseimbangan dan hampir saja jatuh menghantam lantai. Beruntung mereka berdua berdiri di samping tiang jadi Jungkook bisa menggunakannya sebagai alat penopang berat badan tubuhnya.
"K-kau, bisa-bisanya kau hampir membuatku celaka. Bagaimana jika tidak ada tiang ini. Apa kau mau melihatku masuk rumah sakit untuk kedua kalinya, hmm?" Jimin yang terkejut mendengar teriakan Jungkook hanya bisa memegangi dadanya. Sungguh, apakah pria itu berniat membuatnya tuli mendadak. Jimin yakin, seribu persen yakin bahwasanya pria itu menaruh dendam kesumat padanya karena masih tidak habis pikir dengan kelakuannya di masa lalu. Jimin memang bersalah tapi bukan seperti cara Jungkook melampiaskan kekesalannya.
"Yak, jangan meneriakiku seperti itu. Apa kau mau membuatku tuli?" Jimin meng elus-elus telinganya, menatap tajam kearah Jungkook yang masih betah memeluk tiang rumah mereka. Lemas darimananya, pria itu pasti hanya berpura-pura saja. Jimin tidak akan percaya sebelum ia melihat buktinya sendiri.
"Lagipula siapa juga yang meneriakimu. Itu pasti hanya halusinasimu saja. Kau seperti itu pasti karena terlalu kelelahan menjagaku di rumah sakit." Jimin yang merasa tidak terima mendengar pernyataan Jungkook lantas memelototkan kedua matanya ke arah pria itu. Sembarangan saja mengambil kesimpulan. Begini-begini Jimin juga rajin membersihkan telinganya, jadi bagaimana mungkin ia bisa salah dengar. Pria itu jelas-jelas meneriakinya tapi kenapa ia tidak mau mengakui kesalahannya. Bukannya apa-apa, Jimin paling tidak bisa mendengar seseorang berbicara dengannya dengan nada tinggi seperti itu.
"K-kau, ... " Langkahnya terhenti, Jimin langsung memalingkan wajahnya ke arah samping dan merogoh saku kemejanya untuk mengambil sapu tangan. Tidak, tolong jangan sekarang. Jungkook , pria itu tidak boleh melihat dirinya yang menyedihkan seperti ini.
Jimin menghalau agar cairan merah itu tak lagi keluar dari dalam hidungnya. Namun sepertinya usahanya itu berakhir sia-sia. Jungkook yang melihat hal itu buru-buru mendekati Jimin, tanpa basa basi ia langsung membalik tubuh pria itu dan betapa terkejutnya ia saat melihat ada noda darah yang menempel pada kemeja putih yang dikenakan oleh Jimin.
"A-ada apa denganmu? " Bahu Jimin diguncang pelan. Jimin tahu betul bagaimana khawatirnya pria itu melihat kondisinya yang begitu memprihatinkan.
"Tidak apa-apa, ini cuma mimisan biasa. Aku sering mengalaminya, jadi kau tidak perlu khawatir. " Mulutnya berkata seperti itu tapi lihatlah reaksi tubuhnya yang malah mengatakan sebaliknya. Jimin berbohong karena nyatanya hanya dalam hitungan beberapa detik saja ia langsung jatuh pingsan di dalam pelukan Jungkook.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap Revisi
FanfictionJimin adalah istri yang sempurna di mata Jungkook, cantik dan juga sangat populer. Namun berkat popularitas yang di raihnya itu membuat Jimin justru jadi kurang memperhatikan Jungkook dan juga rumah tangga mereka. Sanggupkah Jungkook membuat Jimi...