Setelah Jieun pulang, Jungkook pun langsung mengantarkan Jimin ke kamar tamu. Rasanya akan benar-benar canggung jika malam ini mereka harus tidur di atas ranjang yang sama. Jimin yang peka dengan rasa ketidaknyamanan pria itu lantas menutup pintu setelah sebelumnya mengucapkan selamat malam pada pria itu.
Jungkook masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan yang berbunga-bunga. Tidak menyangka jika hari ini ia akan kembali di pertemukan dengan Jimin yang selama ini hidup terpisah dengan dirinya dalam keadaan yang hampir sama dengan dirinya yaitu sakit. Walaupun sakit mereka dalam artian yang berbeda, Jimin pada mentalnya sementara Jungkook pada fisiknya. Kehidupan yang mereka jalani selama ini memanglah jauh dari kata sempurna namun walaupun itu mereka berdua begitu mensyukuri setiap waktu dan juga proses yang telah mereka lalui.
"Bisakah aku berharap setelah semua ini kau mau kembali hidup bersamaku?" Jungkook tahu betul bukan sesuatu hal yang mudah bagi dirinya dan juga Jimin untuk dapat memutuskan segalanya dengan cepat. Jimin masih butuh waktu untuk dapat menerima kehadirannya kembali begitupun juga dengan dirinya yang harus membiasakan diri dengan kehadiran Jimin di dalam hidupnya. Tidak mudah bagu sepasang suami istri yang telah lama terpisah untuk bisa menyatukan hati mereka kembali. Memiliki jalan pemikiran yang sama dan juga keputusan yang sama. Semua itu tak lagi sama seperti halnya dulu saat mereka berdua masih hidup bersama. Hidup nyaman dan tidak ada masalah. Namun kini situasinya tak lagi sama, mereka canggung satu sama lain dan bingung harus memulai pembicaraan mereka darimana.
"Jangan terlalu banyak berharap, Jungkook. Lebih baik tidur sekarang karena masih banyak hal yang harus kau kerjakan besok, ok?" Jungkook mengguling-gulingkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Berusaha mengenyahkan Jimin dari dalam pikirannya namun sayangnya semua usahanya itu tidak berjalan dengan lancar. Wajah cantik itu selalu memenuhi pikirannya. Jungkook bingung harus melakukan apa untuk bisa membuatnya tidur nyenyak malam ini.
Sementara itu Jimin yang baru saja selesai mandi dibuat kebingungan saat mencari pakaian ganti di dalam lemari yang ternyata kosong melompong. Pakaian kotor miliknya masih berada di jemuran dan tak mungkin bagi Jimin untuk memakainya kembali. Jadi Jimin hanya bisa duduk di pinggir ranjang sambil meremat ujung bathrobe yang ia kenakan. Tidak mungkin kan ia harus mengenakan bathrobe untuk tidur?
Karena tidak ingin masuk angin, Jimin pun akhirnya memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Jungkook. Meneguk ludahnya dengan kasar saat mendengar suara langkah kaki pria itu mulai mendekat ke arahnya saat ini. Tanpa sadar Jimin membuat tali bathrobe yang melilit di pinggangnya itu jadi melonggar dan membuat talinya terlepas tepat saat Jungkook membuka pintu kamarnya.
"Ya, ada apa, Jimin. Apa kau butuh sesuatu?" Jungkook membeku di tempatnya, melotot saat dapati pemandangan indah tersaji di depan matanya. Jimin dan juga tubuh polosnya yang begitu menggoda. Jungkook bahkan sampai lupa bagaimana caranya berkedip karena sungguh bagian depan tubuh Jimin yang kini terekspos dengan bebas itu terlihat benar-benar menakjubkan. Jimin yang baru tersadar dari apa yang baru saja terjadi padanya itu buru- buru merapatkan kembali tali jubah mandinya. Memandang Jungkook dengan kedua pipinya yang kini merah merona. Jimin benar-benar malu karena pria itu harus melihat dirinya dalam keadaan setengah telanjang bahkan di saat mereka berdua sudah sangat lama tak pernah melakukan hal itu lagi.
"di dalam lemari tidak ada pakaian ganti jadi bisakah aku meminjam pakaianmu?" Jimin masih menundukkan kepalanya. Tidak berani menatap pria itu setelah Jungkook baru saja melihat dirinya dalam keadaan yang begitu memalukan ya walaupun dalam hati mereka sama-sama berusaha untuk menahan diri untuk tidak mengutarakan keinginan mereka untuk kembali memulai peraduan di atas ranjang.
"A-h, kalau begitu masuklah. Aku akan mencari pakaian yang cocok untukmu." Jimin hanya bisa menganggukkan kepalanya dan kemudian mengikuti Jungkook kemanapun pria itu melangkahkan kakinya.
Jimin terus mengikuti Jungkook hingga tiba-tiba keningnya menabrak permukaan keras yang ia yakini sebagai dada bidang pria itu karena saat ini Jungkook tengah berdiri di depan pintu kamar mandi dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. Memandang Jimin dengan raut wajah yang terlihat kebingungan. Jimin yang tidak mengerti dengan situasi hanya bisa mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Membuat tatapan matanya jadi sepolos mungkin yang dimana tindakannya itu langsung di hadiahi Jungkook dengan sebuah cubitan di pucuk hidungnya yang kecil.
"Kau ingin ikut kedalam kamar mandi juga?" Jimin langsung mendongakkan wajahnya dan kemudian menggelengkan kepalanya. Merutuki dirinya di dalam hati karena terus menundukkan kepalanya sepanjang perjalanan dan malah berakhir dengan mengikuti pria itu sampai depan pintu kamar mandi.
"Ah, m-maafkan aku. Aku akan menunggumu di ranjang saja." Jimin kembali mengumpat di dalam hatinya, bagaimana mungkin ia bisa sesantai itu berbicara padahal pria di depannya sedang mati-matian untuk tidak menerjangnya yang kini sedang duduk di pinggiran ranjang dengan wajah yang merona hebat. Seperti Jimin telah salah berbicara.
"Baiklah, kalau begitu. Tunggu disini, aku akan segera kembali." Mendengar suara pintu yang di tutup membuat Jimin akhirnya menghela nafas panjang. Ia memegang dada sebelah kirinya dan kemudian merutuki diri sendiri saat merasakan debaran jantungnya jadi tak beraturan apalagi saat ia mendengar suara air seni yang kemudian memantul pada dinding closet. Sepertinya Jungkook sedang buang air kecil dan fakta itu malah membuat wajah Jimin semakin merah padam. Membayangkan kembali bagaimana ukuran pria itu dulu dan bisa sekarang ukuran miliknya itu jadi semakin membesar.
"Jimin, apa sedang kau pikirkan. Berhentilah berpikiran kotor..." ucapan Jimin langsung terputus saat menyadari suara deheman dari pria yang kini berdiri di hadapannya dengan setelan baju dan juga celana beserta dalaman di tangan kanannya. Jimin membulatkan matanya. Sejak kapan Jungkook berdiri di hadapannya.
"Kenapa kau hanya tinggal diam di tempatmu. Apa kau tidak mau mengambil baju dan juga celana ini?" Karena saking malunya Jimin bahkan sampai menarik pakaian serta dalaman yang berada di tangan Jungkook dengan paksa yang dimana hal itu membuat tubuh Jungkook langsung jatuh menimpa tubuh mungilnya.
"J-jungkook?" Jimin meremat selimut dengan kuat saat menyadari wajah mereka yang begitu dekat." A-aku akan kembali ke kamarku." Jimin ingin bangkit namun Jungkook langsung menahan kedua tangannya di atas kepala. Hingga kemudian Jimin mengikuti arah pandangan Jungkook yang kini tertuju ke arah kejantanannya yang terlihat tegang di balik bathrobe saat itu juga Jimin langsung mengumpat di dalam hati. Bisa-bisanya ia tegang dalam situasi seperti ini.
"Apa kau yakin ingin menyelesaikannya sendiri?" Jimin meneguk ludahnya susah payah saat menyadari satu tangan pria itu yang kini mulai bergerak untuk menyingkap bagian bawah dari jubah mandinya itu.
"B-biarkan aku keluar." Cicitnya dengan penuh keraguan. " tidak! aku tidak akan membiarkanmu keluar dari sini sebelum aku berhasil membuatmu keluar satu kali." Setelahnya Jimin hanya bisa memejamkan matanya saat Jungkook mulai menyentuh kejantanannya dan kemudian mengocoknya dengan tempo yang cepat.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap Revisi
FanfictionJimin adalah istri yang sempurna di mata Jungkook, cantik dan juga sangat populer. Namun berkat popularitas yang di raihnya itu membuat Jimin justru jadi kurang memperhatikan Jungkook dan juga rumah tangga mereka. Sanggupkah Jungkook membuat Jimi...