"Jimin-ah, kumohon berhentilah menangis. Aku tidak ingin melihatmu menangis lagi. Setelah ini aku hanya ingin melihatmu bahagia, jadi bisakah kau menjanjikan satu hal untukku?" air mata Taehyung menetes membasahi pundak pria mungil yang kini tengah memeluk erat tubuhnya yang berlumuran darah.
"hiks..hiks...jangan bicara seperti itu Taehyung-ah, jangan berbicara seolah kau ingin pergi meninggalkanku. Kumohon tetaplah bertahan, aku yakin sebentar lagi Jungkook pasti akan segera kembali. Buka matamu, Taehyung-ah!"
Taehyung tersenyum dengan kedua kelopak matanya yang kini menutup, Taehyung yakin sebentar lagi pasti kesadarannya akan di renggut oleh waktu."aku sudah tidak tahan lagi, Jimin-ah. Dadaku sakit sekali. Hah..Hah.." ucap Taehyung dengan nafasnya kian tidak beraturan. Darah yang dari tadi mengalir tidak pernah berhenti, satu tangan mungil pria itu terus berusaha menutupi bagian dadanya yang kini telah berlubang, di tembusi peluru milik Nyonya Jeon. Wanita paruh baya itu masih tetap berdiri di posisinya, tidak ada sedikit pun raut tanda bahwa wanita tua itu menyesal telah melakukan semua ini malah yang ada wanita itu malah tertawa, merasa bangga dengan perbuatan keji yang baru saja ia lakukan.
"aku benar-benar tidak sabar ingin melihat pistolku ini bekerja padamu, kau sudah lihat bukan bagaimana pistol ini bekerja dengan baik , sebentar lagi kau akan bernasib sama dengannya." tunjuk Nyonya Jeon ke arah Taehyung.
"uhuk..Uhuk..Jimin-ah, kumohon sekarang pergilah. Tinggalkan pria itu dan mulailah hidup baru, hanya itu jalan satu-satunya agar kau tidak di celakainya juga,
Jimin-ah." Jimin menggelengkan kepalanya, tangannya masih berusaha untuk menutupi luka robek di dada pria itu namun berujung sia-sia." kenapa darahnya masih keluar juga, hiks..Hiks.." pria yang kini berbaring di pahanya itu hanya bisa tersenyum dengan bibirnya yang semakin memucat, matanya memejam erat dan jangan lupakan deru nafas Taehyung yang kian memberat.Satu tangan Terangkat, ia berusaha sekuat tenaga untuk dapat membuka matanya. Dalam hati ia terus berdoa semoga Tuhan masih mengizinkannya untuk melihat pria mungil yang begitu ia sayangi ini. Hanya sekali saja, Taehyung hanya ingin melihatnya untuk terakhir kalinya.
"terus buka matamu seperti itu,
Taehyung-ah." Jimin kian mengeraskan tangisannya saat melihat pria berkulit tan itu menyentuh wajahnya dengan tangan kanannya, sementara satu tangannya lagi kini mengelus-ngelus punggung tangan Jimin yang masih berada di atas dada sebelah kirinya."tidak, Jimin-ah. Aku sudah tidak bisa menahannya lagi." Nyonya Jeon merasa muak mendengar isi percakapan kedua pris di depannya ini bahkan saking geramnya ia sampai mengacungkan kembali pistolnya membidik tepat ke arah pria yang kini sedang menangis tersedu-sedu. Pengkhianat, tidak tahu diri. Begitulah pikirnya saat Nyonya Jeon melihat pria mungil itu kini ikut membelai wajah Taehyung.
"memangnya kau pikir siapa dirimu, hah? berani-beraninya kau menyakiti perasaan putraku. Dengan senang hati aku akan mengirimmu ke neraka sekarang juga, arghhh..." teriak nyonya Jeon yang membuat Taehyung dengan susah payah bangkit dari posisi berbaringnya dan dengan tenaganya yang kini hanya tersisa sedikit saja ia mencoba menjadi tameng bagi Jimin sekali lagi. Jimin yang kaget berusaha menyingkirkan tubuh Taehyung namun sepertinya terlambat karena satu bidikan itu kembali melesat ke arah mereka. Taehyung memejamkan matanya bersiap menerima peluru itu untuk kembali menembusi kulitnya, sekali lagi.
Namun tak ada satupun dari keduanya yang terluka, justru orang yang baru saja tiba di tempat itu yang kini menjadi korbannya. Jungkook. Yah orang itu Jungkook, pria itu berdiri dengan deraian air mata yang kini membasahi kedua pipinya . Pria itu menangis , kecewa melihat perbuatan ibunya yang tega melukai orang lain seperti ini, kemana perginya sang ibu yang dulu ia bangga-banggakan. Mengapa ibunya malah berubah jadi monster dan melukai orang-orang di sekitarnya.
Nyonya Jeon berteriak keras begitu melihat siapa sosok yang baru saja ia tembak, yah orang itu bukan Jimin atau bahkan Taehyung melainkan putranya sendiri, Kepalanya menggeleng-geleng menolak hal yang kini ia lihat dengan mata kepalanya sendiri, hatinya remuk saat melihat tubuh sang anak kini tumbang di depan matanya . Nyonya Jeon segera berlari dan menghampiri sang putra yang kini terkapar di atas dinginnya aspal. dengan peluru yang menembus bagian tengah dadanya.
Jungkook menggelengkan kepalanya, menggerakkan kedua tangannya ,menolak kehadiran ibunya. " jangan mendekat, kau bukan ibuku. Aku tidak ingat punya ibu kejam seperti dirimu. Ibuku adalah orang baik, dia tidak mungkin tega menyakiti orang lain seperti ini. Berhenti di tempatmu dan jangan dekati aku, aku tidak ingin di sentuh oleh monster sepertimu. Hiks..Hiks."
Nyonya Jeon menjatuhkan dirinya di atas aspal, saat ia mendengar apa yang putranya itu katakam padanya.
"maafkan Ibu, Jungkook-ah."
Wanita tua itu menangis, masih dengan sebelah tangannya yang memegang erat pistolnya.pegangannya semakin erat saat melihat pria mungil di depan sama mulai bangkit dari posisinya.
" jangan sentuh putraku lagi, sialan!!!"
jangan mendekat kemari atau aku akan menembakmu!"Jimin menghentikan langkahnya begitu menyadari ada satu lagi pria di dekatnya yang kini sedang sekarat.
"berjanjilah untuk tetap hidup, Jimin-ah."
Satu kalimat terakhir yang keluar dari mulut pria berkulit tan itu sebelum akhirnya tubuhnya mengejang dengan nafas yang terputus-putus."aku mencintaimu, Jimin-ah."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap Revisi
FanfictionJimin adalah istri yang sempurna di mata Jungkook, cantik dan juga sangat populer. Namun berkat popularitas yang di raihnya itu membuat Jimin justru jadi kurang memperhatikan Jungkook dan juga rumah tangga mereka. Sanggupkah Jungkook membuat Jimi...