"kenapa kau malah tiduran di sini, apa kau pikir aku akan menggendongmu ke ranjang jika kau seperti itu? enak saja."
Jimin membuka mantelnya kemudian meletakkannya di gantungan pakaian. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Jimin sama sekali tidak berniat untuk memeriksa keadaan suaminya, bahkan sekalipun tubuh Jungkook telah kedinginan karena terlalu lama
berbaring di bawah lantai.Jimin tidak ambil pusing tentang hal itu dan justru memilih menyibukkan dirinya untuk bermain ponsel. Ia sama sekali tidak memperhatikan wajah Jungkook yang pucat.
Apakah Jimin tidak akan mempedulikannya bahkan jika di saat ini ia telah mati?
"uhuk...uhuk...S-sayang?" Jungkook membuka matanya. Mengedarkan pandangannya ke segala arah. Tidak mungkin Jungkook salah mengenali aroma tubuh istrinya. Ia paling hapal dengan merek parfum yang biasanya jimin gunakan.
"ada apa lagi? Kalau mau tidur ya di kamar jangan disini. merepotkan orang lain saja, apa kau tidak tahu jika aku capek, hah?"
Dengan sekuat tenaga Jungkook pun bangkit dari posisinya dan kemudian berjalan ke sofa lalu mendudukkan dirinya, tepat di samping Jimin.
Jungkook menatap jimin dengan tatapan penuh puja. Andai saja Jimin bisa memperlakukannya seperti suami pada umumnya, tentu Jungkook pasti akan menjadi pria paling bahagia di dunia ini. Tapi sepertinya Jungkook harus mengubur dalam-dalam impiannya itu karena Jimin tidak akan pernah mengabulkan keinginannya yang satu itu, tidak akan pernah.
Jimin yang merasa di perhatikan pun berbalik. Terlonjak kaget begitu menyadari pria itu sudah ada di sampingnya dan kini menduselkan wajahnya di ceruk lehernya. Mencari kenyamanan.
"Bisakah kau menyingkir dariku?"
Jimin mencoba melepaskan diri namun Jungkook malah semakin merapatkan tubuh mereka, membuat Jimin bertambah kesal.
"kumohon biarkan seperti ini. Sebentar saja, ok?"
Jungkook memejamkan matanya, merasa lelah dan ia pikir istirahat di bahu Jimin sebentar saja sepertinya tidak masalah.
"ya...ya...baiklah, terserah kau saja."
Jimin memilih pasrah, ia membiarkan pria itu bersandar di pundaknya .
Sebenarnya Jungkook tidak benar-benar tidur, ia membuka matanya dan mendongakkan wajahnya ke atas untuk menatap wajah cantik istrinya yang saat ini sedang tersenyum sambil menatap layar ponselnya,
. Jungkook tidak bodoh, ia tahu dengan siapa Jimin saling bertukar pesan namun Jungkook lebih memilih untuk tetap diam dan membiarkan hal itu terjadi.Jika ada semacam award tentang suami paling bodoh sepanjang masa, mungkin Jungkook akan jadi pemenangnya karena tidak ada seorang pria yang bersedia menanggung luka sama sepertinya. Salahkan saja Jungkook dengan segala pemikiran bodohnya itu yang cinta. Sebenarnya seberapa besar cintanya pada Jimin hingga ia rela melakukan semua ini? Tidak ada yang mampu menebaknya karena satu-satunya orang yang tahu hanya Jungkook.
"Jimin?"
Jimin yang sedang fokus membalas pesan singkat dari kekasihnya, Sehun pun langsung menatap Jungkook dengan raut wajah malas. Dasar penganggu sekali.
"apa?"
"aku mencintaimu."
Jimin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Jungkook, itu benar-benar membuatnya bosan.
"apakah kau tidak bosan mengatakan hal yang sama setiap hari?"
Jungkook berusaha menahan rasa sakit di kepalanya dengan tetap tersenyum manis.
"aku tidak akan pernah bosan jika itu tentang dirimu."
Jimin membuang wajahnya ke samping lalu tertawa terbahak-bahak. Ia menganggap ucapan Jungkook tak lebih dari sekedar bualan atau yang lebih parahnya lagi sebuah lelucon.
"sebaiknya menyerahlah karena sampai kapanpun aku tidak akan pernah membalas perasaan konyolmu itu. Jadi berhentilah berharap padaku jika kau tidak ingin terluka."
Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya, menolak apa yang Jimin katakan padanya. Pokoknya sampai kapanpun ia akan terus berjuang untuk merebut hati pria itu. Tidak peduli mau seberapa lama pun waktu yang harus ia tempuh karena Jungkook tetap setia pada pendiriannya, ia tak akan goyah semudah itu.
Jimin tidak jahat dan mungkin segala sesuatunya hanya butuh waktu. Cepat atau lambat perasaannya pasti akan terbalaskan, tidak peduli bahkan jika itu di detik-detik akhir kehidupannya. Jungkook akan tetap menunggunya.
"tidak! Aku tidak akan pernah menyerah. Bahkan jika waktu yang tersisa untukku hanya tinggal satu hari saja aku akan tetap memperjuangmu."
"kau terlihat seperti orang yang sedang sekarat. haha...ternyata selain membosankan kau pandai akting juga ya?"
Jungkook menahan air matanya. Pokoknya ia tidak boleh terlihat lemah di depan Jimin karena jika ia melakukan itu maka Jimin akan semakin mudah membuat hatinya hancur.
" jika aku benar-benar sekarat, apakah kau akan memperlakukanku dengan baik?"
Jungkook terus menatap Jimin yang tak kunjung menjawab pertanyaannya, matanya memanas. Mungkin sebentar lagi air matanya akan jatuh.
"entahlah, kemungkinannya bisa ya bisa tidak. Yasudahlah,aku ingin beristirahat, jadi kalau bisa tolong menyingkirlah."
Jimin mengguncangkan bahu Jungkook namun pria itu tak kunjung memberikan respon.
"kau pasti berpura-pura pingsan, kan? maaf tapi sepertinya rencanamu itu tidak akan berhasil untukku. Memangnya kau pikir aku ini bodoh, apa?"
Jimin menyentuh tangan jungkook,matanya membulat begitu menyadari suhu tubuh jungkook yang bukan main dinginnya,apakah ini semua karena jimin begitu mengabaikan keadaan jungkook,makanya ia baru menyadari kondisi jungkook saat ini.
"heI...hei...bangunlah."
Jimin membaringkan Jungkook di atas sofa, ia kemudian berlari mengambil mantelnya di gantungan. Setelah Jimin pergi meninggalkannya sendirian, air mata Jungkook pun berjatuhan. Dalam hati ia berharap semoga saja Jimin benar-benar mempedulikannya. Dan bukannya meninggalkannya seorang diri,sama seperti yang sebelumnya.
"dasar bodoh. Kenapa kau tidak memberitahuku jika kau sedang sakit. Apa yang harus aku lakukan sekarang, apa sebaiknya aku telfon ibu saja yah? Ah...tidak...tidak. Jika aku menelfonnya, ibu pasti akan menyalahkanku. Sebaiknya panggil ambulance saja. Ya...sepertinya itu jauh lebih baik.
Setelah mengatakan hal itu Jimin pun segera menelfon ambulance. Beberapa lama kemudian ambulance pun datang dan membawa Jungkook ker rumah sakit.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap Revisi
FanfictionJimin adalah istri yang sempurna di mata Jungkook, cantik dan juga sangat populer. Namun berkat popularitas yang di raihnya itu membuat Jimin justru jadi kurang memperhatikan Jungkook dan juga rumah tangga mereka. Sanggupkah Jungkook membuat Jimi...