5.I Still Love You

2.7K 226 42
                                    





Setelah ibu Jungkook pulang, Jimin akhirnya mengamuk. Ia menghamburkan semua barang yang ada di dalam jangkauan tangannya. Ia kesal. Kenapa ibu mertuanya itu terlalu ikut campur dalam rumah tangga mereka, sialan sekali.


Jungkook dengan wajah yang pucatnya perlahan-pelan berjalan ke arah Jimin. Hatinya hancur melihat sikap Jimin yang makin hari makin menjadi-jadi saja.

"kumohon sayang, jangan seperti ini. Kita bisa membicarakannya baik-baik, ok? Jungkook mencoba mendekati istrinya tapi Jimin sudah lebih dulu mencegah Pria itu untuk mendekat padanya.

"jangan mendekat, bodoh. Dan bisakah kau berhenti memasang wajah sok polosmu itu. Apa kau pikir aku akan tersentuh? Tidak! tidak akan pernah. Aku tahu kau pasti sedang berpura-pura kan?"

"a-apa maksudmu mengatakan hal itu?"

Jimin menunjuk-nunjuk wajah Jungkook. Sebenarnya hal ini tidak seharusnya dilakukan oleh seorang istri kepada suaminya tapi menurut Jimin ini adalah tindakan yang wajar. Suaminya itu memang pantas mendapatkannya.

Dasar suami manja,cerewet,sok mengatur,kaku lagi. Benar-benar membosankan.

"aku lelah terus-menerus menerima hinaan dari ibumu. Pokoknya jika kau tidak melarang ibumu datang ke rumah kita, maka aku yang akan pergi dari rumah ini."

Jimin melangkah dengan santainya di atas serpihan kaca yang berhamburan di lantai. Sementara Jungkook buru-buru mengambil sapu dan sendok sampah untuk membersihkan lantai. Jungkook tidak mau kalau nanti istrinya akan terluka karena terkena serpihan kaca itu.

Setelah selesai membersihkan Jungkook lalu berjalan ke arah dapur untuk mengambil air putih. Jungkook tersenyum saat melihat Jimin makan dengan lahapnya. Bahkan karena saking fokusnya melihat Jimin, Jungkook sampai menumpahkan air di dekat kaki Jimin hingga membuat pria itu langsung marah dan memaki Jungkook habis-habisan.

"kau ini ceroboh sekali sih! Masa menuangkan air ke dalam gelas saja kau tidak becus."

Jungkook yang tersadar dari lamunannya pun segera mengambil handuk kecil, ia mengelap air yang tumpah di dekat kaki istrinya. Jungkook hanya bisa menelan air liurnya, sebenarnya ia juga lapar tapi sepertinya Jimin tidak akan membiarkannya makan makanan yang sama. Buktinya hanya ada satu kotak makanan saja yang tersedia di atas meja makan.

"kenapa kau melihatku seperti itu, kau lapar yah? Bukankah kau punya banyak uang, pesan saja sendiri! Aku malas memasak, nanti kulitku lecet dan rambutku bau."


Jungkook mengangguk, ia paham maksud istrinya. Jimin memang baru sekali membuat sarapan untuk Jungkook dan itu hanya di hari pertama mereka menikah.

Setelah hari itu perlakuan Jimin pada Jungkook berubah drastis. Tidak ada senyuman manis, tidak ada lagi orang yang akan membangunkan Jungkook di pagi hari, memberikannya ciuman dan tertidur dalam pelukannya saat malam hari. Yang ada hanya rasa sepi walaupun mereka berdua tinggal dalam satu atap yang sama tapi Jimin tidak sekalipun memerhatikan kebutuhan Jungkook bahkan hanya untuk sekedar menanyakan apakah ia sudah makan atau belum pun tidak.


Jimin malah sibuk dengan pekerjaannya, mengurus diri sendiri,pergi kesalon dan juga membeli barang-barang mahal yang berakhir tidak terpakai.Jungkook sudah menegur istrinya namun biasanya jika sudah seperti itu maka istrinya pasti akan marah. Mengatakan jika semua barang-Barang yang ia beli itu bukan dari uang Jungkook melainkan uangnya sendiri. Jungkook hanya tidak ingin Jimin menghambur-hamburkan uang seperti ini, sementara masih banyak keperluan penting lainnya yang bahkan terbengkalai namun Jimin sepertinya tidak peduli tentang hal itu.

"aku mau bersiap-siap dulu, jangan tunggu aku pulang karena sepertinya malam ini aku tidak akan pulang ke rumah."

Jungkook menahan tangan Jimin. "apakah kau tidak bisa membatalkannya saja? siapa yang akan merawatku di rumah jika kau tak ada di rumah?

Jimin memandang Jungkook mulai dari atas hingga ke bawah.

"kau sakit?" Jungkook mengangguk.

"kau sakit apa, biar aku membelikanmu obat." Jawab Jimin dengan ketus.

Jungkook menggeleng, ia tak butuh obat. Ia hanya ingin Jimin menemaninya di rumah, itu saja.

"aku hanya membutuhkanmu." Jimin memutar matanya.

"tapi aku tidak bisa, aku harus pergi ada pertemuan penting." mata Jungkook mulai berkaca-kaca.

"apakah pertemuan itu lebih penting dari aku?" Jimin menganggukkan kepalanyq membuat hati Jungkook langsung kecewa. Apakah ia tidak penting di mata Jimin?

"aku akan memesan makan untukmu dan membelikanmu obat, tapi setelah itu aku harus pergi."

Jungkook menunduk saat Jimin mulai berjalan meninggalkannya.

"apa aku tidak penting? kapan kau akan memperlakukanku dengan baik, sayang? aku merindukanmu."





❄❄❄


Setelah selesai berdandan Jimin pun mengambil ponsel dan juga tasnya, ia sempat menengok Jungkook sebentar tapi saat ia melihat Jungkook tertidur ia pun menyentuh dahi pria itu.

"maafkan aku. Tapi ini sudah menjadi konsekuensimu. Kau yang dulu memintaku untuk menerima lamaranmu padahal kau tahu jika aku tidak sama sekali menaruh perasaan apapun padamu."

Jimin keluar dari kamar, Jungkook yang berpura-pura tidur pun membuka matanya. Ia mencoba menahan tangisannya tapi sayangnya gagal karena luka yang Jimin torehkan di hatinya benar-benar dalam. Dan mungkin luka itu tidak akan pernah sembuh walaupun Jungkook berusaha mengobatinya

"kenapa sulit sekali membuatmu mengerti bahwa aku sangat mencintaimu. Mengapa hanya aku yang mencintai disini? kapan, kapan kau akan mencintaiku.

Apa jika aku mati kau akan melihatku?





🌸🌸🌸


Jimin memarkir mobilnya di depan hotel. Ia sangat senang saat Sehun mengatakan bahwa ia begitu merindukan dirinya.


"kau sudah datang, sayang?" sepertinya Pria itu sudah menunggunya di dalam kamar.


"datanglah ke kamar 113, aku menunggumu sayang."

Mendengar hal itu membuat pipi Jimin merona. Ia berlari ke dalam hotel dan langsung masuk ke dalam lift.

"Sayang, aku sudah ada di depan pintu. Apa kau tega membiarkan aku kedinginan di luar?"

Terdengar suara tertawa dari dalam ruangan, Sehun buru-buru membuka pintu kamar hotelnya lalu memeluk tubuh mungil kesayangannya itu, ia begitu merindukan Jiminnya.

"sayang, aku punya hadiah untukmu."

"hadiah?"

"iya, aku akan memberikannya tapi ada syaratnya." Sehun menarik hidung Jimin dengan gemas.

"puaskan aku dulu, setelah itu aku akan memberikannya padamu."

Jimin memeluk leher sehun dengan erat lalu mencium bibirnya. Sehun menyeringai di sela-sela ciuman mereka, tidak menyangka jika Jimin bisa berubah seagresif ini.

'dasar matre' ucap Sehun di dalam hatinya




Tbc

Can I Make You Love Me? (Dalam Tahap RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang