La Part Trois
(La part troa)Aku duduk memperhatikan Oma dan Mbak Ratmi memilih sendiri mukenah dan gamis. Awalnya Mbak Ratmi menolak tapi karena kami bertiga memaksanya, dia pun mau. Dariku mukenah, dari Oma Azi gamis dan dari Opa Angga sedikit tambahan bonus di gajinya.
"Kamu nggak beliin Mamimu, Mas?" tanya Oma Azi.
Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Beli buat Mami ya? "Boleh deh. Aku telpon Mami dulu tapi yang pink itu bagus deh, Oma," kataku sambil merogoh saku celana dan menghubungi Mami.
Oma Azi spontan terkekeh. "Mentang-mentang Mamimu ibu Bhayangkari terus mukenah harus pink gitu? Mamimu kan seleranya nggak se-girly Mamamu."
Ganti aku yang terkekeh. Saat akan menyahut, sudah terpampang wajah Mami.
"Assalamu'alaikum, Mas, ada apa? Oma sama Opa sehat kan?" ujar Mami cepat.
Aku tersenyum. "Wa'alaikumussalam. Sehat semua alhamdulillah. Nih, lagi pilih-pilih mukenah buat Mbak Ratmi yang ulang tahun. Mami mau? Tapi ngomong-ngomong kok Mami rapi? Mau ke mana?"
"Loh iya? Barakallah fii umrik Mbak Ratmi," ucap Mami yang seketika layar kuarahkan ke ART kami.
"Aamiin Ya Rabb. Makasih, Bu Tika," balas Mbak Ratmi dengan senyuman.
Lalu Mami menyapa Oma Azi dan Opa Angga setelahnya baru kembali ke topik penyebab adanya video call ini. "Adanya warna apa?"
"Macam-macam sih, Mi," jawabku kemudian kuminta Karenina menunjukkan pada Mami.
"Lah, siapa tuh, Mas?" tanya Mami kaget.
"Mbak Karenina, yang jual mukenah sama gamisnya. Satu komplek. Makanya aku minta ke sini aja soalnya aku nggak ngerti selera orang," terangku.
Tampak Mami mengangguk. "Kayaknya pink bagus deh. Itu pinknya juga lembut. Yang hijau coba kamu kirim buat Eyang."
"Siap. Kalau kirim buat Eyang berarti sekalian buat Mama Frannie. Tosca bagus ya, Mi?" tanyaku minta saran. Meski pada dasarnya Mama Frannie tidak pernah rewel dengan pemberian kami tapi meminta pendapat Mamiku juga tidak salah. Lebih sreg.
"Iya, bagus itu."
Aku menoleh pada Karenina. "Ya sudah, Mbak, saya ambil yang tadi disebutin Mami saya. Tolong ditotal semua." Lalu aku kembali menghadap Mami di layar. "Oh ya, Mami mau ke mana?"
"Diundang Ibu Kapolda. Ah, itu Papimu sudah siap. Mami pergi dulu ya? Oma, Opa, Mbak Ratmi, Mbak Karenina, saya pamit duluan ya. Assalamu'alaikum," kata Mami lalu memutus sambungan telepon.
"Wa'alaikumussalam," balas kami serentak.
Aku menyimpan ponselku ke dalam saku celana lagi dan menatap Karenina. "Jadi berapa semua? Untuk yang pink, hijau sama tosca, tolong Mbak Karen yang kirim ya? Saya nggak ada waktu untuk itu."
Karenina menyebut total seluruh belanjaanku. "Kurirnya mau apa?"
"Yang biasanya Mbak Karen pakai apa ya itu saja."
Karen mengangguk dan menyebutkan kembali jumlah total beserta ongkos kirimnya. "Terima kasih. Barakallah," ucapnya penuh rasa syukur.
Aku tersenyum lalu mengambil ponselku lagi untuk melakukan transfer uang sekaligus alamat yang dituju. "Sudah ya?"
"Sudah." Karenina melihat ponselnya dan mengangguk.
"Alhamdulillah. Eh, itu silahkan diminum sama dimakan pisang gorengnya," tawarku.
Karenina mengangguk sembari merapikan mukenah dan gamis yang tidak kami pilih. Baru setelah itu dia meminum es sirup melon yang sudah agak mencair itu sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
"Bapaknya Mas Nakula polisi ya? Maaf tadi Oma nyebut ibu Bhayangkari gitu," tanyanya dengan raut sungkan sekaligus penasaran.
Oma Azi tersenyum. "Iya. Papinya Mas Naku polisi. Kalau yang foto tentara itu, menantu Oma. Adik kembar Papinya Mas Naku."
Tampak Karenina sedikit bingung mencerna informasi dari Oma.
Aku tersenyum. "Mama Frannie itu putri bungsu Oma Azi dan adik sepupu Mamiku. Papiku dan suami Mama Frannie itu saudara kembar. Jadi sepupu sekaligus ipar."
"Oh." Karenina manggut-manggut. "Eh, kembar ya? Keren!" serunya takjub. "Jangan-jangan Mas Nakula juga kembar. Kan ... Nakula-Sadewa."
Aku tersenyum lebih lebar. "Betul. Adik kembarku namanya Sadewa."
"Dokter juga?"
Aku menggeleng. "Mengikuti jejak Papa Rashad, adik kembar Papi. Jadi tentara."
"Oh." Lagi-lagi Karenina mengangguk. "Mas Nakula nggak ikut jadi tentara juga? Barangkali karena kembar jadi sama? Atau polisi seperti Papinya?"
Tbc➡
🍃🍃🍃Assalamu'alaikum.
Setengah jam lagi menuju hari sabtu 😎
Mas Naku harus jawab apa dan bagaimana nih?Sidoarjo, 02-04-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Jardin D'amour
Short StoryKumpulan cerita pendek penuh cinta dan penuh warna seperti di dalam sebuah kebun yang berisi aneka tanaman dari yang cantik sampai yang berduri. Selamat menikmati 😊 Credit cover to @elaa_rin