1.7. Les Vacances

932 142 19
                                    

Sept

Hari ini liburan hari terakhirku bersama adik-adikku. Besok kami pulang. Tadinya mau ke tempat wisata lain akhirnya hanya keliling kota tua seperti permintaanku. Mbak Pristine masuk siang, jadi kalau harus mengantar ke tempat wisata akan terlalu makan waktu.

Tujuan kami ke Semarang juga bukan untuk mengejar tempat wisata, melainkan murni silaturahim sambil jalan-jalan dan refreshing. Refreshing terakhirku, sendirian saat statusku belum jadi istri orang. Aku betul-betul ingin merasakan untuk terakhir kalinya. Mamas mengerti dan mengizinkan.

"Iya, Mbak Key liburan aja nggak apa. Biar kepalanya segeran sebelum berkutat mengurus pengajuan kita. Yang Mbak Keyna harus selalu ingat, aku selalu ada untuk kamu. Kamu nggak sendirian. Nanti kita hadapi semua bersama. Sekarang, nikmati waktu Me Time sebaik mungkin. Kalau butuh apa-apa ngomong ya?" katanya saat aku minta izin padanya dulu. Awalnya dia keberatan karena takut mengganggu tuan dan nyonya rumah tapi setelah mbak Pristine sendiri meyakinkannya, dia pun membolehkan.

Melihat dan menjalani sendiri adalah dua hal yang berbeda. Meski merasa tahu tapi belum tentu paham apa yang nanti akan kurasakan ketika mengurus pengajuan hingga menghadap pejabat terkait.

Sejak jauh hari aku sudah mulai menyiapkan diri terutama begitu dia mengatakan untuk meminangku. Bahkan saat dia mengutarakan maksudnya mendekatiku untuk diajak serius, aku sudah menyiapkan diri. Bukan aku terlalu percaya diri pasti diajak pengajuan tapi aku ini cukup susah menghafal sesuatu. Apalagi angka.

Kata temanku yang istri tentara bilang, tentara kalau serius dengan kita, orientasinya menikah. Dia nggak akan pacaran dengan sembarang orang karena untuk menjadi istrinya merupakan perempuan pilihan dinilai dari segala sisi. Apakah kita pantas mendampinginya atau nggak. Terkadang dia mengatakan secara terus terang apa yang harus kita perbaiki tapi terkadang juga dia hanya memberi kode. Dia juga akan mengenalkan kita dengan lingkungannya, dengan satu atau dua rekan baiknya agar jika terjadi sesuatu kita tahu, tentu tahu sebatas yang kita boleh tahu.

Bedanya aku dan mamas, kami berdua nggak pacaran. Dari awal dia mengatakan padaku ingin mengenalku dan mendekatiku untuk menjadi pendampingnya. Kami nggak pernah pergi berdua dan dia yang lebih sering hanya silaturahim ke rumah saat ada waktu luang mengingat kami tinggal di kota yang berbeda. Makanya hubungan jarak jauh itu lumrah untuk pasangan tentara. Komunikasi kami juga biasa saja tapi tetap terbuka satu sama lain. Baru berbeda dan lebih intens begitu dia resmi melamarku. Yang nggak bisa kutahan itu kelepasan sifat manjaku. Meskipun dari awal pun aku juga nggak pernah sok jaim.

Rasanya hubunganku terdengar mudah ya? Padahal nggak semudah itu. Keluarga kami juga terlibat. Kami saling mengenal melalui mereka. Dan karena dari awal dia sudah terus terang, aku perlahan mulai menyiapkan diri termasuk belajar mengaji lebih baik lagi dan apa yang harus kupersiapkan. Aku pun diberitahu bahwa nanti akan mengisi soal yang sangat banyak tanpa bantuan dari calon suami sama sekali dan nggak boleh bawa stipo atau type X.

"Belajar lebih kuat lagi, Mbak," kata mbak Pristine saat kami makan siang.

Kali ini kami pergi tanpa suaminya karena harus berdinas.

"In syaa Allah," balasku sambil mengangguk. "Makasih banyak ya, Mbak, dan maaf ganggu honeymoon-nya."

"Nggak ah. Aku malah senang. Aku sih yang harusnya minta maaf nggak bisa efektif nemenin liburan," kata mbak Pristine lagi.

Aku menggeleng. "Rezeki yang termasuk jodoh itu kita nggak tahu kapan datangnya. Liburan ini sudah kita rencanakan tanggalnya jauh sebelum para lelaki itu mengikat kita."

"Iya. Siapa yang sangka, jodoh kita jalannya begini dengan waktu yang bersisian." Mbak Pristine membenarkan.

"Ikhtiar. Usaha dan doa oh sama memperbaiki diri. Jodoh kan cerminan diri kita. Kalau kita minta lelaki yang sholeh ya kita juga harus jadi sholihah," sambungku. "Allah akan memberi di waktu yang tepat karena jika itu memang milik kita, nggak akan jadi milik orang lain."

"Apalagi pasangan kita tentara. Mental betul-betul harus kuat, harus bisa jaga diri karena kita juga bawa nama suami. Nggak bisa seenaknya. Mandiri juga karena dia nggak selamanya selalu ada untuk kita. Selalu update dan nggak berhenti belajar juga, Mbak."

"Aku cuma nggak yakin bisa masang tabung gas sama angkat galon sendiri," gumamku yang langsung disambut gelengan kepala mbak Pristine.

"Bisa, Mbak. Pasti bisa," yakinnya.

Harus bisa memang sepertinya. Kalau ditinggal mamas tugas kan nggak mungkin merepotkan tetangga terus.

Perjuangan akan segera dimulai!

Tbc ➡

🍃🍃🍃

Assalamu'alaikum semua,

Satu bab lagi, cerpen Les Vacances tamat dan ganti judul yang baru. Aku mau tahu dong pendapat kalian? 😆

Maaf ya sekali lagi, otakku belum bisa mikir lanjutan cerita lain 🙇

Sidoarjo, 09-11-2020

Le Jardin D'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang