1.1. Les Vacances

5.8K 276 36
                                    

Une

Passe, passe, passera, la dernière restera
(Lewat, lewat, lewat, yang terakhir akan tinggal)

Chaque mois se joue dans des cycles différents
(Setiap bulan dimainkan dalam siklus yang berbeda)

C'est marrant ces remous
(Lucu pusaran ini)

Qui m'animent à travers le temps d'un état à un autre
(Yang mendorong saya melewati waktu dari satu keadaan ke keadaan lain)

J'oscille inexorablement
(Aku terombang-ambing tak terelakkan)

Par les temps, je cours à l'équilibre
(Melalui cuaca, saya berlari mencari keseimbangan)

Chaque jugement sur les gens me donne la direction à suivre
(Setiap penilaian terhadap orang memberi saya arahan untuk diikuti)

Sur ces choses en moi, à changer
(Tentang hal-hal ini dalam diriku, untuk berubah)

Qui m'empêchent d'être libre
(Itu mencegah saya untuk bebas)

Les voix se libèrent et s'exposent
(Suara dilepaskan dan diekspos)

Dans les vitrines du monde en mouvement
(Di jendela dunia yang bergerak)

Les corps qui dansent en osmose
(Tubuh yang menari dalam osmosis)

Glissent, tremblent, se confondent
(Geser, gemetar, gabungkan)

Et s'attirent irrésistiblement
(Dan menarik)

Par les temps je cours à l'expression
(Pada saat saya berlari ke ekspresi)

Chaque émotion ressentie me donne envie d'exprimer les non-dits
(Setiap emosi yang saya rasakan membuat saya ingin mengungkapkan apa yang tidak terucapkan)

Et que justice soit faite dans nos pauvres vies endormies
(Dan keadilan ditegakkan dalam kehidupan tidur kita yang buruk)

Aku bersenandung mengikuti musik dari USB koleksiku. Di audio terdengar Zaz menyanyikan Le Passants dengan lantangnya. Sejak awal mendengar tentang penyanyi Perancis ini, aku sudah jatuh cinta dengan lagu-lagunya terutama Je Veux.

Saat ini aku bersama adik-adik dan iparku tengah menuju Semarang untuk liburan. Mereka protes dengan pilihan laguku tapi tak bisa berbuat banyak mengingat mobil yang kami naiki adalah mobilku. Alhamdulillah usahaku bersama teman penuh berkah hingga membuatku bisa beli mobil sendiri.

Dari Sidoarjo, kami berangkat pagi. Hari sudah menjelang siang ketika kami sudah tiba di tujuan. Asrama militer, tempatku menginap beberapa hari ke depan.

Setelah lapor ke penjagaan, kami langsung menuju ke rumah Mbak Pristine, temanku. Sambil mencari-cari, kenapa aku yang deg-degan ya?

"Mbak, itu ta rumah e?" tunjuk Shidiq, adikku yang menyetir.

Aku melongok mendekat ke kaca dan kulihat Mbak Pristine ada di teras seperti menunggu karena sedari mendekati area batalyon, kami saling menghubungi untuk memastikan semua.

Dengan mulus, Shidiq menghentikan mobil kami di halamannya dan aku segera turun. Kami berpelukan setelah aku mengucapkan salam. Ini pertama kalinya kami bertemu lagi setelah dia menikah.

"Maaf gangguin manten anyar," kataku sambil terkekeh.

Mbak Pristine tertawa dan mengajak kami masuk.

"Sambutan kedatangan Princess udah sesuai kan sajennya?" tanyaku.

"Uwes yo. Akeh kae," tunjuk Mbak Pristine pada meja ruang tamunya.

Ganti aku yang tertawa. "Siplah."

Kami pun dipersilahkan duduk. Berkat tol trans Jawa membuat perjalanan jadi lebih singkat.

"Aku bingung ki mau tak oleh-olehi apa," kataku ketika adikku yang lain, Andhanu meletakkan kardus dekat pintu. "Semoga suka deh."

"Eh, ngerepotin," sahut Mbak Pristine.

"Halah, kayak apa sih!"

"Ayo diminum dulu biar segeran." Mbak Pristine menyilahkan kami. "Eh, lho kok di lantai sih?" tanyanya melihat Shidiq dan Andhanu duduk selonjor di lantai.

"Adem, Mbak," balas Shidiq.

Alasan lainnya sebetulnya karena kursinya penuh oleh kami para perempuan. Aku, Mbak Pristine dan dua adik iparku, Annira istri Shidiq dan Zafhirah, istri si bungsu Andhanu.

"Maaf ya, waktu itu nggak bisa datang ke nikahannya," kataku menyesalkan. "Sekali lagi barakallahu laka wa baraka alaika wa jama'a bainakuma fi khoir. Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu serta keberkahan atasmu dan semoga Allah mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan," ucapku sambil menggenggam tangannya.

Mbak Pristine tersenyum. "Nggak apa. Kan emang barengan sama lamarannya Mbak Keyna. Semoga dilancarkan sampai hari H ya? Aamiin."

"Aamiin Ya Rabb," sahutku dan adik-adikku.

Kami ngobrol sebentar lalu adik-adikku pamit untuk check in ke hotel tempat mereka menginap. Tadinya mau di rumah Mbak Pristine tapi sungkan jadi memilih menginap di luar. Mungkin nanti hari terakhir mereka menginap.

Saat hendak keluar ada panggilan masuk ke ponsel Mbak Pristine bahwa dia diminta menjaga temannya. On call. Padahal seharusnya sudah waktunya libur.

"Nanti masuk? Nggak jadi libur?" tanyaku.

Mbak Pristine mengangguk. "Jagain temen yang cuti sakit. Maaf ya?"

Aku tersenyum. "Ya udah sih, nanti malam biar aku tidur di hotel sama adekku. Masa iya berdua sama Oppa doang?" Aku menaik-turunkan kedua alisku. "Nanti bisa-bisa si Mamas langsung nyusulin ke sini pake pintu Doraemon."

"Nggak apa ben rame," sahut Mbak Pristine sambil tertawa.

"Cari cuan buat modal nikah hihuuu ... " aku menoleh kepada adikku. "Wei, ojok ditinggal. Aku mau beli bakso yang didepan. Kok tiba-tiba pingin."

"Ya udah, duluan. Nanti aku susulin. Pesenin juga aku," pesan Mbak Pristine.

"Oke."

Kami pun berpamitan meninggalkan rumahnya.

Tbc➡

💐💐💐

Assalamu'alaikum

Ini adalah kumpulan cerpen. Pengisi jeda sementara sambil menunggu yang lain ya, karena yang lain butuh mikir nggak bisa asal nulis. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Ada pekerjaan yang mendadak harus di-handle. In syaa Allah tetep dicicil kok 😊🙇🙇🙇

Selamat membaca

Sidoarjo, 16-10-2020

Le Jardin D'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang