La Part Sept
(La part set)Pulang dari kampus, aku menatap horor ke arah ruang makan saat melihat Karenina ngobrol bersama Mami dan Papi. Orang tuaku memang bilang siang hari mereka akan berangkat ke Sidoarjo untuk menemuiku dan menginap sehari, Oma Azi dan Opa Angga sendiri masih di Malang. Tapi ... pemandangan di depanku tak sesuai ekspektasiku.
Kenapa bisa ada Karenina?
Kalau memang butuh denganku pasti dia memberitahuku. Ini? Lagipula, dia juga bekerja kan? Apa dia pulang di jam normal tanpa terjebak macet atau pekerjaan tambahan?
"Mas Naku kok malah bengong ih! Cuci tangan sama kaki sana terus buruan gabung sini!" titah kanjeng Mami tercinta.
Aku terperangah sedikit gelagapan lalu tersenyum canggung. Aku maju untuk salim ke Mami dan Papi.
"Mbak Karen di sini?" pernyataan bukan pertanyaan.
"Iya, Tante Kartika yang undang," jawab Karenina tampak seperti berusaha mengirim sinyal S.O.S padaku.
Hah, Mami? Kok bisa? Oke, singkirkan itu dulu. Aku tersenyum tipis pada Karenina sambil mengusap belakang kepalaku lalu pamit ke kamar mandi sebelum akhirnya kembali ke meja makan.
Setelah berdoa, kami pun mulai makan. Di meja sudah terhidang semur daging kentang kesukaanku.
"Mami masak?" tanyaku.
"Tadinya mau beli terus buka kulkas eh ada daging sama kentang, ya sudah masaklah," jawab Mami. "Ayo, Mbak Karen dimakan yang banyak. Nggak usah sungkan. Semur ini kesukaan Mas Naku."
Mami! Kan malu! "Kok Mami bisa ngundang Mbak Karen? Ya bukan apa sih, cuma ... lagian, tahu nomernya dari mana?"
"Lah, tanya dong kan punya mulut. Malu bertanya sesat di jalan," jawab Mami enteng.
Eh? Kapan? Kok bisa? Kenapa?
Mendadak aku merasa panik.
"Mukanya biasa sajalah, Mas," celetuk Papi. "Ternyata tetangga meski beda bloknya jauh. Ya kan barangkali bisa titip-titip Oma sama Opa. Kamu kan sibuk."
"Oh." Tetap saja alasan tak masuk akal. "Ngerepotin orang ah, Papi." Padahal tetangga sebepah juga ada. Alibinya kurang masuk akal. Lalu aku menoleh pada Karenina yang ada di sebelahku. "Orang tua kamu okay kan kamu makan di sini?"
Karenina mengangguk. Tersenyum tapi tak sepenuhnya sampai mata.
Nah kan, apa kubilang? Mami main undang anak orang sembarangan! Aku saja jarang ke rumah Karenina. Pasti keluarganya mengira kami ada hubungan.
Untungnya sepanjang makan malam, kami tak membahas aku dan Karenina terutama kenapa aku mengajaknya ke pernikahan adik kembarku. Tapi ... Mami justru dengan luwesnya mengorek tentang Karenina! Untung atau ... untung?
Pembawaan Mami dan Papi yang menyenangkan membuat Karenina tak sadar dirinya tengah diintetogasi. Akan berbeda jika yang kami hadapi Papa Rashad.
Kemudian usai makan malan, mereka masih ngobrol sementara aku pergi mandi. Dan sebelum pukul sembilan, aku mengantar Karenina pulang. Mengawalnya lebih tepatnya karena dia membawa motor sendiri saat ke rumahku. Ada juga setumpuk oleh-oleh untuknya yang dibawakan oleh Mami selain untuk para tetangga sekitar rumah.
Aku ngobrol basa basi sebentar dengan orang tua Karenina sebelum pulang.
"Mas, kamu bakal susah buat dekat dia," ujar Mami begitu aku memasuki ruang tengah.
Mami dan Papi tengah nonton entah apa itu. Aku pun duduk di karpet dekat kaki Mami.
"Siapa yang pendekatan sih, Mi? Kami cuma berteman," sahutku.
Mami mendengkus. "Seolah-olah ... "
"Mi ... "
"Mas, Mami ini orang yang melahirkanmu. Mami lebih hapal kamu daripada dirimu sendiri. Sekarang mungkin belom, besok? Siapa yang tahu?"
"Ya, Mami benar. Besok siapa yang tahu." Aku mengangguk untuk mengakui.
Kurasakan elusan di rambutku. "Dia pernah gagal menikah dan sepertinya masih sulit membuka diri ke jenjang serius. Kalau berteman dia bersedia. Untung nggak trauma cowok," jelas Mami.
"Hah?!" Aku mendongak kaget menatap orang tuaku. Sejauh itu mereka berhasil cari tahu.
"Pernikahannya batal sebulan sebelum akad dengan alasan nggak cocok yang dengan entengnya diucapkan pihak sana. Tapi dua bulan kemudian malah nikah sama orang lain," tutur Papi.
"Hah!"
Aku melongo. Ada gitu laki-laki brengsek seperti itu? Sebaiknya jantungnya dekom* sekalian terus diganti batu. Dasar manusia anenchepal!* atau dasarnya memang sudah rigor mortis!* makanya suda tak tertolong lagi.
Tbc➡
🍃🍃🍃Dekom* (dekompensasi jantung) kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (gagal jantung)
Anenchepal adalah kondisi berbahaya yang menimpa bayi, di mana ia dilahirkan tanpa beberapa bagian otak dan tulang tengkorak.
Rigor mortis* atau kaku mayat adalah salah satu tanda fisik kematian.
Assalamu'alaikum semua
SAHUR SAHUR SAHUUUUUR
Siapa bolong hari ini? 😆Semangat beribadah puasa 😙
Sidoarjo, 01-05-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Jardin D'amour
Short StoryKumpulan cerita pendek penuh cinta dan penuh warna seperti di dalam sebuah kebun yang berisi aneka tanaman dari yang cantik sampai yang berduri. Selamat menikmati 😊 Credit cover to @elaa_rin