4.1. L'amour De Cœr

1.1K 139 25
                                    

La Pièce Une
(La pies un)

Quel est donc
(But what is)
Ce lien entre nous
(This link between us)
Cette chose indéfinissable ?
(This elusive thing?)
Où vont ces destins qui se nouent
(Where are those fates, which are tied)
Pour nous rendre inséparables ?
(To make us inseparable, going?)

On avance
(We move forward)
Au fil du temps
(Over time)
Au gré du vent...
(Wherever the wind goes...)

On vit au jour le jour
(We live day by day)
Nos envies, nos amours
(Our desires, our loves)
On s’en va sans savoir
(We leave without knowing)
On est toujours
(We're still)
Dans la même histoire...
(In the same story...)
🍃🍃🍃

"Papa nggak habis pikir sama kelakuan kamu! Bikin malu orang tua! Apa Mama sama Papa ngajarin kamu nggak bener selama ini?" teriak Papa begitu kami sampai di rumah kontrakanku di Surabaya.

Sepanjang perjalanan Papa hanya diam seribu bahasa sedang Mama terus menangis.

"Mama malu sekali Arisa. Malu!" ujar Mama masih menangis. "Mungkin Mama sama Papa yang terlalu memanjakanmu atau kurang perhatian sama kamu."

Aku diam saja.

Kenapa aku yang disalahkan? Kan yang dijodohin aku dulu bukan cewek sok imut dan sok polos itu! Menang kaya, sok imut, tinggi sama keluarga jenderal doang!

"Papa nggak akan bantu kamu kalau sampai ada panggilan dari kepolisian. Perbuatanmu, tanggung jawabmu sendiri!" teriak Papa sebelum masuk kamar sambil membanting pintu.

Aku spontan berjengit.

"Mama kecewa sama kamu!" Setelah mengatakan itu, Mama menyusul masuk ke dalam kamar.

Aku menggit kukuku yang pendek. Masih sambil duduk di sofa ruang tamu. Perasaanku campur aduk.

Aku kesal!

Bisa-bisanya mereka mengundangku hanya untuk pamer mereka lamaran! Melambungkanku karena kukira jalanku selangkah lebih dekat ternyata membantingku jatuh sejatuhnya!

Aku sudah gembira dan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk hari ini. Apa sih yang dilihat Mas Shaheer dari cewek sok imut itu? Kerja juga nggak jelas, mana ke mana-mana dikuntit keluarganya. Manja amat sih! Aku dong dokter. Mandiri. Lebih bisa mengimbangi Mas Shaheer yang Kapten.

Harusnya aku yang kecewa! Bukan cewek sok imut itu! Tante Yessi aja lebih merestui aku!

Tapi kalau dilaporkan ke polisi betulan gimana dong? Nasibku? Izin praktekku?

Tubuhku tiba-tiba merinding. Apalagi Papa sudah mengancam nggak mau bantu. Mama juga. Aduuuh ...

Aku loncat ke kamar sambil meraih kasar tasku. Lalu kurebahkan diriku sambil menggigit kukuku. Aku harus bagaimana?

Saat aku tengah berpikir, ponselku berdering. Delia.

"Haloooo, cantik. Gimana acara tadi? Undangan sebentar lagi dong ya? Terus, beneran itu Mas Shaheer cuma settingan sama cewek itu?" berondong Delia antusias.

Aku mendengkus. "Apaan? Kacau yang ada! Harga diriku diinjak-injak!" gerutuku kesal.

"Hah! Kok bisa?" tanya Delia kaget.

"Buktinya," cibirku. Aku pun menceritakan semua yang terjadi padanya.

"Gila! Kok mentang-mentang sih!" cetus Delia ikut kesal. "Tapi Tante Yessi tetap dukung kamu kan?"

"Dari gayanya tadi sih iya. Selama ini juga gitu sih. Sampai minta maaf terpaksa menerima pilihan anaknya meskipun lebih suka aku," kataku.

"Janur kuning belum melengkung. Lagian, kamu mikir nggak sih kalau mungkin aja Mas Shaheer itu dijodohin sama cewek itu dan nggak berani nolak secara ponakan Mayjen gitu loh," papar Delia yang membuatku baru menyadari kalau itu bisa jadi benar.

"Iya ya? Lagian, meskipun mereka kenal dari kecil tapi tetap aja yang dikenalin dan direstuin duluan sama Tante Yessi itu aku. Padahal waktu di Semarang juga, cewek itu dan Mas Shaheer belum pacaran. Aneh aja sih sebelum ke Teluk Asmara tiba-tiba sudah lamaran padahal resminya baru hari ini," jelasku.

"Nah itu. Aneh banget!"

"Kok aku kesel ya?"

"Coba aja sih kamu temui dia atau aku?" usul Delia.

"Hmm ... boleh deh aku ketemu dia. Apaan coba, sok banget sumpah!"

Setelah puas menyusun berbagai rencana dan mengakhiri telepon, aku pun mengganti baju dengan yang bersih dan cuci muka. Kemudian aku berbaring.

Meskipun mungkin gantengnya Mas Shaheer berbeda dengan aktor lawas jaman itu, Song Jong Ki, tapi kegantengan khas Jawanya langsung membuatku jatuh cinta. Semua yang ada di dirinya itu tipeku. Dan lagi katanya cewek sok imut itu baru pulang dari Inggris kan, memang bisa jadi ibu Persit yang baik, yang nasionalis dengan adat ketimuran bukan kebaratan.

Hari gini, hijab nggak jaminan cewek itu solehah. Kalau memang dia solehah, tentunya sadar diri dong untuk nggak merebut jodoh orang. Sudah tahu nggak direstui kok nggak punya malu tetap lamaran! Mentang-mentang orang kaya? Keponakan Mayjen? Sok lemah buat narik simpati pula! Dih, apaan itu!

Beneran, bikin kesal aja!

Tbc➡
🍃🍃🍃

Assalamu'alaikum, ada yang masih melek? 😂😂😂

Jeng jeng jeng
Udah esmosi belum? 😏😎

Sidoarjo, 03-02-2021

Le Jardin D'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang