La Vie de Garin #08

538 73 2
                                    

08. Memperbaiki Kekacauan.

Kemarin terpaksa kutinggalkan Mama sendirian di rumah Oma Azi dan Opa Angga yang kosong. Hanya ada ART yang menjaga rumah saja. Aku sendiri kembali ke Malang untuk mengambil baju ganti dan beberapa pekerjaan juga memberikan instruksi selama aku nggak ada. Besok mungkin Mama yang menggantikanku di Malang sementara.

Hari ini aku masih di Malang. Setelah dari rumah dan Rainbow, aku ke rumah Grandpa untuk menceritakan semuanya. Bagaimanapun Grandma harus tahu.

"Kapan Mbak Garin ke Surabaya?" tanya Grandma yang jelas tampak kecewa. Niatnya membangun Rainbow adalah agar semua bisa belajar tanpa takut terhalang biaya. Jadi semacam subsidi silang.

"Setelah ini, karena Mama sendirian di sana."

Grandma mengangguk. "Grandma ikut. Mbak Ira, tolong siapin baju gantiku."

"Baju saya juga, Mbak," pinta Grandpa.

Kami saat ini tengah berada di ruang makan sehingga Bu Ira, ART yang sudah lama ikut mereka dan sedang memasukkan cucian kotor ke mesin cuci mendengarnya dan segera, secepat langkah tuanya ke kamar. Iya, Bu Ira sudah ikut Grandma sejak Mama kecil. Seharusnya sudah pensiun tapi Bu Ira minta diizinkan untuk ikut karena suaminya sudah meninggal, anak-anaknya sudah besar dan punya keluarga sendiri. Dia juga tak ingin tinggal bersama kerabat karena takut menjadi pengganggu.

Tentu di rumah Grandpa yang cukup besar sudah ada ART lain yang lebih muda, sebab Bu Ira sejatinya tinggal sebagai teman hidup Grandpa dan Grandma. Tetap digaji tentu karena masih ngotot bekerja semampunya. Sungkan kalau diam saja.

Tak lama semua siap dan kami pun berangkat ke Surabaya.

"Mamamu nanti pulangnya gimana?" tanya Grandma.

"Katanya Papa yang akan jemput," jawabku sambil menyetir. Agar cepat, aku mengambil jalur tol.

Grandma mengangguk. "Prita jadi mengundurkan diri?"

"Jadilah. Sebentar lagi menikah terus ikut suaminya ke Kanada," jawabku.

Ya, bulan depan sekretarisku akan menikah dengan seorang lelaki asal Kanada yang bekerja di salah satu perusahaan di Surabaya dan kebetulan setelah mereka menikah, akan ditarik kembali ke Kanada. Bertemu di mana? Tentu saja Rainbow saat diajak nongkrong di kafe.

"Penggantinya?"

"Sudah. Jessica. Baru masuk hari ini, tadi sempat bertemu sebentar karena aku harus ke Surabaya. Jadi, ya, semua kuserahkan pada Prita," terangku.

"Grandma ingin bertemu Lea," katanya.

Aku cemberut. "Sudah aku skor seminggu buat merenung."

"Suruh menemui Grandma," pintanya lagi.

"Siap." Ya, Grandma nggak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Tadi pun Grandpa langsung menyuruh untuk melakukan audit padahal bukan tipe yang langsung curiga.

Keluar dari tol, aku bersyukur karena sudah memasuki wilayah Surabaya. Rencananya kami langsung ke Rainbow.

"Shit ! Astagfirullah!" teriakku setelah kami nyaris diserempet mobil lain yang ngebut dan motong jalan. "Orang mabok apa ya!"

Grandpa dan Grandma serempak berdeham.

Ups ! Sikap tobat nih, alamat. Ceramah sepanjang jalan kenangan tak berkesudahan sampai reuni lagi nih.

Aku nyetir sambil nyengir. "Siap, salah!" 

Keduanya menghembuskan napas dalam juga serempak. Pasti ingin menceramahiku tapi sikon tak memungkinkan. Hukuman ditangguhkan. Nggak tahu harus senang atau sedih.

Le Jardin D'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang