3.4. Toujours Prôche

760 146 4
                                    

L'episode Quatre
(Lepisod kater)

Sore ini aku dan mbak Khanzana tengah duduk di teras. Seminggu lebih kami hanya saling bertukar sapa atau obrolan pesan saja.

"Mbak, ada paketan nih dari Babang Naqi. Sebentar ya?" kataku lalu beranjak masuk dan kembali tak lama kemudian. "Nih."

"Apa itu?" tanya mbak Khanzana sembari menerima bungkusan dariku.

"Entah." Aku mengedikkan bahu. "Yang jelas sih Mas Faaiz ngirimin cemilan buat aku."

Mbak Khanzana pun membuka bungkusnya dengan hati-hati. Ternyata isinya ...

"Buku?" komentarku.

"Kok dia? Aduh, masa sih?"

"Apa sih?"

Mbak Khanzana menggeleng. "Aku pernah cerita kalau lagi nyari judul ini belum ketemu."

Aku tersenyum mendengarnya. "Alhamdulillah si Om baik."

Wajah mbak Khanzana tersipu. "Ehe, iya."

Aku menaik-turunkan kedua alisku. "Semoga lancar ya? Entah akan berakhir bagaimana, doa yang terbaik untuk Mbak Khanza. Seperti aku sama Mas Faaiz, siapa sangka kami berakhir ke jenjang serius begini?"

"Aamiin, Mbak. Aamiin," ucap mbak Khanzana.

Kulihat ada binar haru dan setitik bahagia yang kuharap akan menjadi bahagia selamanya.

"Memangnya Mbak Gina dulu nggak ada ekspektasi sejauh ini?" tanya mbak Khanzana ingin tahu.

Aku menggeleng. "Jujur? Nggak ada. Hard to deal with someone younger. Kita harus berkompromi dengan banyak hal. Yang seumuran atau lebih tua dari kita aja belum tentu sejalan apalagi dengan yang lebih muda kan?"

Mbak Khanzana mengangguk mengerti karena sebelumnya pun lebih muda. "Benar."

"Kedua belah pihak harus sama-sama dewasa dan mengecilkan ego masing-masing. Meskipun hal tersulit itu usia nggak akan bohong karena di beberapa hal kita lebih berpengalaman. Kalau pasangan bisa menahami dan menerima omongan kita sebagai opini baik ya semua akan jadi lebih baik tapi kalau merasa kita terlalu memimpin ya malah bikin masalah baru. Iya kan?" kataku.

Mbak Khanzana mengangguk membenarkan. "Bener banget. Bukan menganggap mereka kekanakan tapi kadang kalau sudah dihadapkan pada masalah itu, ego duluan yang maju sukanya."

"Kadang aku suka gemes ingin ngomel cuma ya balik lagi kita berhubungan itu tujuannya apa? Buat senang-senang atau yang lebih serius." Aku tersenyum lebar. "Cuma, daripada dia yang bikin ulah, aku yang justru suka berulah."

"Hah, kok bisa?" tanya mbak Khanzana kaget.

"Dia lebih dewasa dari aku jadi bisa ngimbangi aku yang kadang suka kolokan."

"Oh, I see." Mbak Khanzana terkekeh.

Saat akan membuka mulut, ada penjual cilok lewat. Aku pun memanggilnya dan kami berdua beli cilok dulu buat teman ngobrol. Begitu kami masuk ke teras lagi, penjual ciloknya sudah dikeributi massa eh pembeli. Apalagi memang rasanya enak.

"Yah, intinya memang kompromi dan saling pengertian. I'm dealing with someone younger and he's dealing with someone older ... it's not that as easy as it's seems kan?" kataku setelah menelan cilokku yang berbumbu kacang. "I'm really wishing you the best, Mbak."

"Makasih," balas mbak Khanzana mengangguk lalu menusuk ciloknya yang berbumbu saus sambal. "Iya. Kompromi dan saling pengertian," tambahnya membenarkanku. "Komunikasi."

"Iya. Komunikasi."

Kalau komunikasi nggak baik, akan susah ke depannya mengingat pekerjaan tentara akan ada banyak sekali masa tugas jauh dan lama. Dan saat komunikasi sudah nggak searah, kedua belah pihak harus menurunkan ego masing-masing. Kalau salah satu pihak saja yang selalu merasa benar dan pihak lain selalu mengalah, itu sudah bukan komunikasi kalau ada akhirnya nggak pernah ada penyelesaian. Bahkan urusan komunikasi juga hal utama untuk pasangan sesama sipil kan?

"Apa komunikasi kalian lancar?" tanya mbak Khanza.

"Nggak juga. Ada kalanya aku gemes kalau dia nggak paham maksudku, tapi ada kalanya dia yang gemes sama aku yang nggak paham maksudnya," jawabku sembari terkekeh. "Kalau sudah pada posisi nggak nyambung gitu, kami diam dulu. Setelah tenang baru diulang."

Sembari mengunyah cilok, aku menatap mbak Khanzana yang juga mengunyah ciloknya. Dia sudah pernah melewatinya, kalau Naqi serius, semoga dia tetap kuat menunggu tanpa teringat lagi dengan yang gugur saat satgas lalu. Selama saling percaya dan berjuang bersama, rasanya bukan mustahil untuk keduanya happy end.

🍃🍃🍃

Assalamu'alaikum semua,

Syelamat malam duhai kawanku
Sebutlah namaku, menjelang tidurmu
Bawalah aku, dalam mimpi yang indah
di malam yang dingin, sesunyi ini

Ciaaaah 😂😂😂😂

Do you miss me? No? 😢😪

Semoga terhibur 😊

Sidoarjo, 25-11-2020

Le Jardin D'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang