3. 6. Toujours Prôche

609 134 2
                                    

L'episode Six
(Lepisod sis)

Aku tiba-tiba terbangun dengan perasaan nggak enak dan tahu-tahu air mataku sudah meleleh sendiri.

Ya Allah, ada apa ini?

Aku pun turun dari ranjang dan ke kamar mandi untuk wudlu. Setelahnya masih nggak enak juga, kuputuskan untuk tahajud saja. Usai sholat perasaanku masih tak menentu bahkan saat berdoa, air mataku semakin kencang.

Ada apa, Ya Allah?

Ya Allah, hamba mohon jika ini adalah pertanda dari-Mu akan kondisi Mas Faaiz, hamba mohon lindungi dia, Allah. Lindungi Mas Faaiz dan rekan-rekannya di manapun mereka berada dan bertugas. Aamiin Ya Rabb.

Usai berdoa, perasaanku sedikit lega. Kulirik jam dinding, sebentar lagi masuk waktu subuh. Aku pun meraih Al-Qur'an dan membacanya sembari menunggu subuh.

Ayat-ayat yang terlantun membuat hatiku semakin hangat dan tenang. Alhamdulillah. Dan begitu adzan subuh terdengar, aku pun mengakhiri bacaanku dan segera menunaikan sholat. Lagi-lagi, usai sholat, saat berdoa, air mataku mengalir dengan sendirinya dan kembali aku merasa sesak.

Ada apa, Ya Allah?

Ya Allah, hamba mohon jauhkan dari segala perasaan was-was entah apapun itu, Ya Allah. Lindungi kami semua. Lindungi dia jika memang itu tentangnya. Lindungi Mas Faaiz, Ya Allah. Lindungi dia dan rekan-rekannya.

Sesudahnya untuk sesaat aku merasa kosong. Hatiku pun masih belum sepenuhnya tenang. Dan ini bukan pertama kalinya. Entah aku yang memang diberi petunjuk atau instingku yang kuat.

Hari ini sudah memasuki bulan ketiga dia berangkat satgas. Karena sifatnya cofidential, sehingga nggak mungkin dia cerita apa yang terjadi setiap ada waktu berkomunikasi. Dia hanya memberi kabar bahwa kondisinya dan yang lain termasuk Naqi baik-baik saja.

Aku mengiyakan dan tetap bersyukur, seenggaknya dia masih berkabar meskipun aku di sini tetap memantau dengan cara apapun dan melangitkan doa setiap mendengar hal yang meresahkan hati. Papa dan mama juga kerap kali bertanya bagaimana, kujawab apa adanya. Apa yang kutahu dan apa yang kudengar. Sekali lagi aku bersyukur terlahir di keluarga tentara yang membuatku mudah menyampaikan informasi meski singkat tapi mereka paham. Mereka selain sahabat-sahabatku yang juga kebetulan anak kolong adalah tempatku berdiskusi dan pendukung terbaik.

Ada kalanya kepalaku overload dan overthinking atas pekerjaan mas Faaiz. Terkadang aku ingin seperti pasangan lain yang murni sipil agar aku nggak perlu merasa was-was berlebihan dan hanya tahu berdoa saja agar si dia tetap selamat. Tapi lagi-lagi aku diingatkan agar tetap bersyukur meski hanya kulit luar tapi aku paham betapa berat pekerjaan mereka sehingga paham dan tahu apa yang harus kulakukan, menjadikanku kuat dan bukan penuntut manja yang merengek-rengek meminta waktu si dia. Karena mas Faaiz dan yang lain hanya butuh aku percaya dan doa yang kulangitkan agar tugasnya di sana diberi kemudahan dan kelancaran.

Menerimanya berarti menerima segala resikonya karena pekerjaannyalah yang akan menafkahiku dan anak-anak kami kelak.

Aku pun beranjak dari sajadah, melepas mukenah dan melipatnya termasuk sajadah dan menyimpannya. Baru saja hendak ke ranjang, ponselku bunyi. Sebuah pesan masuk. Kulihat ada nama mbak Khanzana.

Mbak Khanza

Iya, Mbak?

Mbak Gina

Iya?

Kok perasaanku nggak enak ya?

Nggak enak gimana?

Deg-deg seperti kamu dulu pernah cerita.

Aku yang tadinya akan membalas pesannya, jariku terhenti di udara seketika. Jadi, bukan hanya aku?

Lagi-lagi air mataku meleleh. Segera kuusap. Meski mbak Khanzana nggak bisa melihatku tapi entah mengapa kali ini aku tetap ingin agar dia nggak tahu perasaanku juga. Mengingat yang dulu juga gugur dalam tugas.

Berdoa saja, Mbak
Memang kenapa atau siapa?

Bang Naqi
Perasaanku nggak enak

Berdoa saja
Biar Mbak Khanza juga lega
Semoga dia dan yang lain dalam lindungan Allah

Iya, Mbak
Aamiin

Tak ada lagi pesan.

Ya Allah, berat sekali rasanya. Maaf ya, mbak Khanza? Aku pun sedang berat. Aku hanya bisa menguatkan seperti itu. Aku nggak bisa banyak ngomong nanti takut dia tambah kepikiran.

Kuusap air mataku sembari meletakkan ponsel ke atas ranjang dan aku tiduran lagi. Belum bisa berpikir apapun.

🍃🍃🍃

Assalamu'alaikum semua

Mana suaranya?
Kemarin mau nulis Bani-Bhanu tapi kurang bahan. Padahal mau tamat 😈

Selamat membaca 😙

Sidoarjo, 08-12-2020

Le Jardin D'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang