3. 7. Toujours Prôche

714 134 11
                                    

L'episode Sept
(Lepisod set)

Putri memintaku mengantarnya membeli jaket dan sepatu baru. Seperti biasa kami keluar masuk toko hanya untuk kembali ke toko pertama. Setelah puas, kami menuju food court.

"Itu si Khanza jadian sama Naqi?" tanya Putri sambil mengaduk jus jambunya.

"Itu sih aku nggak tahu. Mbak Khanza atau Bang Naqinya juga nggak cerita banyak cuma emang lagi deketin sih," jawabku setelah menyeruput es lemon tea-ku.

Putri mendesah. "Bukannya apa ya ... cuma yakin sama yang lebih muda. Lagi?"

"Put, nggak semua cowok sama kan? Pengalamanmu juga almarhum kan nggak bisa jadi patokan," kataku sabar.

Aku paham kalau Putri protektif dan kurang setuju karena peduli dan sayang pada kami. Dia keras karena apa yang terjadi sebelumnya memang kurang mengenakkan.

"Sebelum ketemu di rumahku, Bang Naqi sama Mbak Khanza sudah ketemu di rumah sakit."

"Begitu mudah mutusin saat mereka nggak bisa memahami pola pikir kita. Menganggap kita kekanakan padahal nyatanya mereka sendiri malah kekanakan  dan egois," desis Putri emosi.

Aku menghela napas. "Kamu tahu juga kan? Aku sendiri sempat ragu dan berapa kali ingin mundur tapi setiap aku mundur selangkh, dia maju dua langkah. Bukan mauku juga tapi takdir berkata lain, Put."

"Ya aku tahu. Aku cuma takut, Gin. Pengalamanku nggak sesakit Khanza yang didapat dari almarhum. Itu semisal dia masih hidup dan pulang satgas selamat, sudah aku suruh putus tuh. Dia tuh cowok buaya yang udah dikasih hati minta jantung. Khanza kurang apa coba? Bisa nemu setulus dan sekuat Khanza dimana? Dan dia lupa fitrahnya perempuan itu minta disayang," cerocos Putri kesal bukan main. "Karma does exist. Dia pasti bakal ketemu cewek matre yang egois kalau masih hidup tuh seandainya posisi Khanza diganti yang lain. Eh, ternyata karma lain yang dia dapat. Mati."

Dari cara Putri bercerita, dia kelihatan dendam kepada almarhum, lebih daripada mantan pacarnya sendiri. Sebetulnya saat aku mendengarnya pun aku ikut kesal tapi ya itu tadi toh sudah almarhum. Kupikir nggak usah diperpanjang. Aku lebih suka mendoakan kebaikan mbak Khanza untuk masa depannya.

"Aku dan Mas Faaiz bisa menjamin Bang Naqi itu orang baik tapi kami nggak ingin ikut campur terlalu jauh. Biar mereka yang menemukan jalannya sendiri. Kami terutama Mas Faaiz hanya mengawasi kalau-kalau Bang Naqi kurang ajar ke Mbak Khanza," jelasku.

Putri meminum jusnya hingga seperempat gelas lalu memakan capcainya. Untuk sesaat tak ada di antara kami yang bicara. Aku pun menikmati mie-ku dalam diam.

"Sebenernya ... "

Aku mendongak menatap Putri yang kelihatan ragu. "Kenapa?"

"Ada yang lagi deketin aku. Polisi."

"Okay. Then?"

Putri kembali diam dan menyuap capcainya. Setelah empat suap, dia membuka mulut lagi.

"Bukan masalah polisinya. Tapi ... "

"Tapi?"

"Brondong juga!" desis Putri manyun.

Aku spontan terkekeh.

"Nasib amat sih yang deketin brondong semua?" decaknya kesal.

"Takdir, Put."

Putri mengusap wajahnya dengan kedua tangannya seolah tak puas.

"Orang yang kita suka dan yang berjodoh dengan kita itu suka berbeda. Jodoh kan cerminan diri kita. Lepas dari masalah umur. Iya kan?" kataku.

"Iya sih."

"Kamu pasti ingat kan betapa kalutnya aku waktu itu. Aku berharap dapat lelaki dewasa yang bisa ngemong aku. Maksudku dewasa ini ya lebih tua tapi dewasa juga ternyata bukan masalah umur. Pola pikir juga bisa membuat orang lebih dewasa. Dan itu aku dapat di Mas Faaiz ternyata. Seberapa besar pun aku menyangkal dan mundur tapi dia terus mendekat." Ya, buatku nggak mudah untuk menerima dan berkompromi dengan semuanya. Banyak sekali yang aku khawatirkan. Tentu, aku pun takut terluka akibat perbedaanku dengan mas Faaiz. Alhamdulillah, Allah memudahkan dan melancarkan semua.

"Tapi kan ya heran, masa di antara semua lelaki, brondong lagi-brondong lagi. Memangnya yang umurnya lebih tua pada ke mana sih?" gerutu Putri.

"Sudah dikapling, Put. Sisa brondong."

"Dih!"

Aku tertawa dan tetap tertawa saat Putri menceritakan kronologis pertemuannya dengan mas "brondong" ini. Hidup ini tampak lucu tapi nggak ada yang kebetulan di dunia ini. Everything happened for a reason.

🍃🍃🍃

Assalamu'alaikum semua

Apa kabar?

Besok 12.12 😂 adakah yang menanti dan antre belanja?

Sebentar lagi libur dan tahun berganti. Nggak berasa ya? 😆

Sidoarjo, 11-12-2020

Le Jardin D'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang