La Part Neuf
(La part nef)Seminggu kemudian aku baru bisa ke rumah Karenina. Niatnya. Untuk mengucapkan terima kasih sekali lagi atas bantuannya mau menyetir motor pulang, sebab kalau tidak, entah apa jadinya padaku.
Aku membeli buah tangan sebelum ke rumahnya. Rasanya kurang sopan datang bawa badan saja.
Hanya saja, ketika sampai di rumahnya, di teras tampak Karenina bercengkerama dengan lelaki muda perlente. Bahkan ia pikir sedan BMW hitam yang terparkir di depan rumahnya adalah milik lelaki itu mengingat pintu pagarnya terbuka lebar.
Aku pun memutuskan pulang saja karena rasanya tak nyaman kalau bertamu di saat ada tamu lain. Takut mengganggu juga.
"Loh, kok cepet?" tanya Oma Azi yang tengah nonton TV heran.
Kuletakkan tiga box brownies di atas meja. Sengaja beli tiga. Dua untuk Karenina dan satu untuk orang rumah. Aku duduk di sebelah Oma Azi.
"Karenina nggak ada?" ulang Oma kala tak ada respon apapun dariku.
"Ada."
"Alors? (Terus)" Kebiasaan Oma Azi suka menyelipkan bahasa Perancis. Kalau otak lagi waras, kadang ngerti untuk kalimat sederhana. Tapi ...
"Pardon? (Maaf)"
Oma Azi terkekeh. "Ya, terus gimana? Kok malah pulang kalau ada?"
"Ada tamu." Mungkin Oma Azi menyadari nada bicaraku yang datar sehingga langsung menoleh.
"Oh." Oma Azi mengangguk. "Laki atau perempuan?"
"Laki," jawabku singkat.
"Ganteng?"
Kali ini aku yang menoleh. "Relevansinya apa?"
"Banyak. Jadi, ganteng?" ulang Oma Azi.
"Kinda."
Oma Azi kembali mengangguk. "Yang sabar ya?" katanya dengan nada menghibur sembari menepuk bahuku lembut.
"Sabar kenapa?" tanyaku bingung.
Oma Azi tersenyum. "Browniesnya enak."
Aku pun memutuskan ke kamar, tapi sebelumnya aku menyilakannya untuk memakan saja kue bagian Karenina selain bagian untuk orang rumah yang juga sengaja kubeli.
Entah mengapa aku merasa sia-sia. Dan semakin sia-sia saat minggu berikutnya kulihat lagi lelaki itu datang ke rumah Karenina di saat aku ingin ke sana untuk silaturahim.
Mungkin lelaki itu pacar Karenina dan dia sudah move on dari luka hatinya, sebab di kesempatan lain entah saat di minimarket dekat rumah atau pertemuan-pertemuan tak sengaja, keduanya selalu bersama.
Di satu sisi aku bersyukur kesedihannya tak berlarut. Tapi di sisi lain sudut hatiku merasa terusik. Kenapa? Aku kan tidak ... jatuh cinta?
Jatuh cinta ya? Tapi definisinya cukup berbeda saat aku masih remaja. Meski aku tidak pernah berpacaran, bukan berarti aku tidak menyukai seseorang.
Jadi yang kurasakan ini apa?
Kalau perasaan merah jambu itu benar adanya, mungkin aku harus segera menguburnya. Pertama, dengan kondisiku saat ini, aku susah untuk berkomitmen. Mustahil melamar anak gadis orang untuk kemudian disuruh menunggu bertahun-tahun hingga akhirnya bisa menikah. Kedua, Karenina sudah tidak sendiri lagi.
"Mbak Karen sudah nggak pernah datang lagi, Mas?" tanya Opa Angga suatu malam ketika kami duduk di teras. "Oma kangen masak-masak bareng dia lagi."
Aku tersenyum. "Rasanya nggak patut sering ke rumah laki-laki asing di saat ada hati yang harus dijaga."
Opa Azi yang hendak menyesap teh panasnya langsung menurunkannya lagi. "Sudah ada pacar atau calon suami?"
"Belum tahu statusnya apa, yang jelas ada hati yang harus dijaga," terangku rasanya pahit saat diucapkan oleh lidahku.
Opa Angga manggut-manggut. "Ya sudah, bukan jodoh. Mami dan Papimu saja bisa bertahan selama itu. Gagal meraih pujaan hati tak masalah, sedang gagal meraih cita-cita dan impian, itu bencana di saat kamu mampu melakukannya. Di saat semua di depan mata dan tinggal selangkah lagi. Takdir tak bisa diubah tapi nasib bisa, selama kita mau berusaha. Paham kan?" tuturnya. "Belajar dan bekerja keras saja dulu, kalau memang jodoh, pasti kembali padamu," sambungnya sambil menepuk-nepuk bahuku.
Ya, aku tahu. Aku punya tanggung jawab baik teehadap negara maupun diriku sendiri. Kalau aku terpuruk di sini, yang hancur aku sendiri. Karena toh dari awal juga aku tak bisa mendekati Karenina tanpa komitmen.
"Jalan menuju kesuksesan itu banyak selama kita niat melakukannya. Nggak usah terpaku pada satu jalan saja apalagi jika itu nyatanya di ujung ada jalan buntu. Putar balik dan ambil jalan lain, memutar tak apa, pelan-pelan pun tak apa selama kamu bisa sampai tujuan dengan selamat," tambah Opa Angga.
Tbc🔜
🍃🍃🍃Assalamu'alaikum,
Selamat pagi dini hari 😆Mau up semalam. Kurang 100 kata aja eh ngantuk menyerang dan udah nggak tahan banget daripada dipaksa ngetik dan hasilnya muncul bahasa alien, jadi aku tunda 😆
Kurang satu lagi tamat ya 😏😏😏
Happy reading 😙Sidoarjo, 18-06-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Jardin D'amour
Historia CortaKumpulan cerita pendek penuh cinta dan penuh warna seperti di dalam sebuah kebun yang berisi aneka tanaman dari yang cantik sampai yang berduri. Selamat menikmati 😊 Credit cover to @elaa_rin