3. 8. Toujours Prôche

663 119 13
                                    

L'episode Huit
(Lepisod uit)

Besok mbak Khanza libur dan hari ini dia mengajakku begadang nonton drama Korea. Ceritanya tentang apa? Tentu saja berbau rumah sakit! Kami nonton ditemani berbagai cemilan dan minuman. Aku minum teh tentu dan mbak Khanza kopi.

"Mbak?"

"Hem?" tanyaku sambil menoleh dengan mulut penuh kacang atom.

"Bang Naqi ngajak aku serius," kata mbak Khanza tanpa memandangku. Matanya menatap lurus pada laptop.

Aku yang hendak memasukkan kacang atom spontan menoleh dan tanganku kembali turun. Sudah bulan kelima yang sedang satgas di sana. Kurang lebih empat bulan lagi pulang. Tak terasa waktu cepat berlalu.

"Alhamdulillah." Doa kawan dekat mas Faaiz terkabul juga.

Sebulan terakhir ini dia minta pendapatku dan mas Faaiz tentang niatnya itu. Aku suruh dia sholat istikharah. Dan dengan tegas aku minta untuk nggak mempermainkan perasaan mbak Khanzana. Kalau serius, langsung ajak bertemu orang tua.

Aku tahu kondisi satgas begini nggak bisa berbuat banyak tapi minimal dia luruskan niat dulu. Jangan sampai lain di mulut, lain di hati dan lain di tindakan. Aku nggak ingin hanya karena satu orang tentara nggak baik, maka tentara lain pun kelihatan nggak baik di mata mbak Khanzana.

"Mbak Khanza sendiri gimana?" tanyaku hati-hati. "Sreg sama dia? Nyaman?"

"Gitu deh. Aku juga udah istikharah. Dia juga minta nomer telepon Mama sama Ayahku."

"Alhamdulillah. Semoga dimudahkan ya, Mbak?"

"Aamiin."

Setelah itu tak ada lagi di antara kami yang bicara. Kami fokus menonton drama. Kalaupun ada, hanya komentar tentang tokoh atau adegan yang kami tonton. Kami berdua maraton hingga selesai dan berakhir dini hari.

Aku dan Mbak Khanza cekikikan saat menyadari jarum jam menunjuk ke angka berapa. Aku pun pamit pulang lewat pintu belakang karena gerbang kos sudah dikunci. Walaupun setiap penghuni kos punya kuncinya tapi aku kasihan kalau harus membuat Mbak Khanza repot.

Sesampainya di runah, aku langsung cuci tangan, kaki dan gosok gigi kemudian masuk ke kamarku.

Baru saja tidur satu jam, aku terbangun. Perasaanku tak enak. Aku langsung istigfar. Rasanya seperti terjadi lagi. Aku pun keluar kamar, mengendap dan menempelkan telingaku di pintu kamar orang tuaku. Tak terdengar suara panik, yang ada hanya suara Mama yang mengorok. Segera aku kembali ke kamar, mengecek pesan masuk. Tak ada apapun yang darurat. Berarti jawabannya satu. Kuputuskan untuk wudu dan salat tahajud.

"Ya Allah, hamba memohon perlindungan-Mu untuk semua orang yang hamba sayangi, siapapun mereka. Jika ada yang sakit, mohon sembuhkanlah. Jika ada yang mengalami kesusahan, mohon bantulah. Ya Allah, jika perasaan nggak nyaman yang hamba rasakan ini berkaitan dengan Mas Faaiz, lindungi dia, Ya Allah. Hanya kepada-Mu hamba memohon perlindungan. Ya Allah, hamba mohon tenangkan hati ini. Innallaha ma'ana. Aamiin Ya Rabb," doaku saat sujud yang kuulang lagi usai salat.

Rasanya sudah sedikit tenang tapi masih nggak nyaman. Ini bukan pertama kalinya.

Ya Allah, ada apa?

Usai salat, kuputuskan mengirim pesan kepada Mas Faaiz.

Assalamu'alaikum, Mas

Baru juga terkirim, tampak dia online. Alhamdulillah.

Wa'alaikumussalam, Mbak
Kok belum tidur?

Kebangun
Mas baik-baik aja kan?

Alhamdulillah baik

Alhamdulillah

Kenapa?

Nggak apa-apa.
Aku cuma merasa nggak enak

Baik kok

Ya sudah kalau gitu
Lagi naik jaga?

Iya

Oke. Selamat bertugas
Semoga Mas dan rekan-rekan selalu dalam lindungan Allah sampai pulang nanti
Sehat selamat

Aamiin
Mbak balik tidur

Iya
Sudah pagi ya di sana?

Subuh

Ya sudah
Assalamu'alaikum
Jaga diri
Jaga kesehatan

Wa'alaikumussalam
Iya Mbak

Aku pun menyudahi percakapan kami dan menyimpan ponsel ke meja. Sedikit lega meskipun masih ada perasaan yang mengganjal sedikit.

Semoga semua betul-betul baik-baik saja seperti ucapannya. Apalagi dia membalasnya cukup lama karena biasanya jika sibuk pasti on-off atau malah tak dibalas sama sekali.

Bohong rasanya kalau tidak khawatir dan kepikiran tapi ini pilihanku mendampingi dia, jadi aku harus percaya. Percuma aku merengek sebab itu malah membebaninya. Hanya doa kepada Sang Pelindung dan pemilik semesta alam yang bisa kupanjatkan demi keselamatannya.

Selain doa, untuk mengalihkan pikiranku, aku pun mencari bacaan ringan dan membacanya hingga tertidur.

Tbc ➡

🍃🍃🍃

Assalamu'alaikum semua,

Maaf ya masih vakum. Ada kerjaan yang belum selesai. Semoga bulan depan sudah beres semua. Aamiin.

Ini hanya sekedar pengalih perhatianku karena lagi suntuk 🙇

Turut Berduka Cita untuk Sriwajaya Air SJ-182

Sidoarjo, 13-01-2021

Le Jardin D'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang