2.6. Le Monde D'Abhi

1.3K 255 100
                                    

L'histoire Six
(Listoar sis)

Sudah dua minggu belum ada jawaban dari Flo dan itu cukup membuatku nggak tenang. Hingga akhirnya kuputuskan ke rumah adik kembarku.

"Aduh, Om bujang galau datang," dumel adek Garin.

Dia masih kesal padaku yang pinjam mobilnya untuk menemui Flo tanpa memberitahunya.

"Gimana? Masih belum dijawab?" tebaknya begitu aku duduk di sofa ruang tamunya.

Aku menggeleng.

"Makanya nggak usah bikin ulah. Kanjeng Mama bilang apa?" cerocos adek Garin.

"Hati nggak bisa bohong. Rasa nyaman itu tumbuh dari kejujuran hati. Mau ketemu sedetik atau setahun, kalau sudah nyaman ya nyaman saja," beritahuku.

"Mama bilang gitu? Mas Abhi sendiri gimana? Tumben amat terbebani sama perasaan orang? Biasanya ya sudahlah. Kok sama Flo berat amat?"

Haduh, itu mulut kalem sedikit nggak bisa apa? Sudah tahu aku mumet masih diomeli.

"Mas Abhi tahu kok perasaannya," timpal adik Shiro yang belum lama kembali dari Lebanon. "Nggak mungkin dia gegabah ambil tindakan. Kalaupun nggak ketemu di Telaga Sarangan ya ketemu di tempat lain dengan cara lain. Seperti kita kan, Ma belle?"

Adek Garin mendengkus. "Itu Shichan aja yang mepetin Mas Abhi sama Papa!"

Adik Shiro spontan ngakak lalu bersiul. "Lha, witing tresno jalaran saka dipepet."

Adek Garin melotot pada suaminya lalu menatapku tajam. Ya Allah, punya adik gini amat ya? Untung sayang. Meski kembar, sifat kami betul-betul berbeda dan kecepatan bicaranya semakin ke sini bisa diukur dengan kecepatan cahaya. "Mas Abhi, uhm ... Mas Abhi gimana sama Flo? Suka? Nyaman?" tanyanya melembut. Kontras dengan tatapan tajamnya tadi.

"Flo ... tambah manis," jawabku spontan dan begitu sadar kurasakan wajahku memerah.

"Hah!" seru adek Garin.

"Entahlah. Dekat dia ... aku merasa berbeda," kataku kemudian.

"Jadi cerewet ya?" tebak adik Shiro.

"Hem."

"Mas Abhi ... " adek Garin kini pindah duduk di sebelahku dan tiba-tiba satu telapak tangannya ditempelkan ke dadaku. Kiri.

"Adek ngapain?" tanyaku kaget.

"Deg-deg," sahut adek Garin ambigu.

"Nggak deg-deg mati dong!" celetuk adik Shiro sambil terkekeh.

Adek Garin menatapnya tajam. "Shichan diam." Lalu menatapku dengan tatapan yang sulit dialihkan menembus kalbuku. Bertanya sekali lagi bagaimana perasaanku terhadap Flo.

Entah karena tatapannya atau memang adanya, jantungku berdetak cepat tak karuan. Kemudian dia memelukku. "Kalau Mas Abhi sudah mantap, peluk dia dalam doamu. Semoga Flo yang sekarang adalah Flo yang bahkan jauh lebih baik dari Flo SMP. Dia anak baik."

Aku balas memeluknya. "Merci. (Makasih)"

Aku memang salah menemui Flo tanpa mengajak bahkam bercerita kepada siapapun tapi di hari-hari aku nggak menemui bahkan menghubunginya setelah dari Telaga Sarangan, aku sujudkan namanya dalam doaku. Jika keresahan hatiku bukan berujung kami berjodoh, aku meminta agar kami nggak usah dipertemukan sama sekali. Jika kami memang berjodoh, aku memohon dimudahkan.

Dan anehnya meski dua minggu ini aku merasa resah karena tak ada kabar darinya, tapi hatiku tenang. Entah apa artinya. Kontras memang.

"Je t'aime, Mas Abhi, (aku sayang kamu)" ucap adek Garin sebelum melepaskan diri.

"Moi aussi, (aku juga)" balasku sembari mencium puncak kepalanya.

"Romantisnya," celetuk adik ipar yang sekaligus seniorku itu.

"Bien sûre, (tentu saja)" sahut adek Garin mengangguk mantap dan kembali memeluk pinggangku, bersandar di dadaku untuk mengganggu suaminya.

"Ngomong opo toh yo aku nggak mudeng, (ngomong apa sih aku nggak ngerti)" gerutu adik Shiro dengan cemberut. "Sayang, Ma belle, di sini juga ada pundak dan dada bidang gratis buat disenderin loh. Punya Mas Abhi kan jatah orang."

"Mas Abhi est mienne! (punyaku)" cetus adek Garin galak.

"Haduh, ngomong pakai bahasa manusia dong, Dek. Iya, iya, Mas salah ngomong meski nggak tahu kamu ngomong apa tadi." Adik Shiro garuk-garuk kepalanya serata menatapku minta bantuan karena salah strategi. Maunya godain istrinya malah balik digalakin.

Aku hanya mengedikkan bahu acuh tak acuh, balas mengganggunya. Jangan pernah bilang pada adek Garin kalau aku milik orang lain kecuali hanya untuk adek Bianca dan ... istriku. Calon nggak masuk hitungan. Ngomongin si imut itu yang tetap menggemaskan meski sudah jadi mama, sesayang itu kami padanya memang.

Tepat saat adik kembarku ingin membuka mulutnya, segera kututup dengan jari bukan agar suami-istri itu nggak ribut melainkan karena ada pesan masuk dari ... Flo.

"Siapa, Mas? Kok diam?" adek Garin yang merasa aneh langsung merebut ponselku dan membacanya sendiri. "Mon Dieu! (Ya Tuhan)" serunya.

Tbc➡

🍃🍃🍃

Assalamu'alaikum...

Apa kabar? Sehat? Musim hajatan ya 😌

Aku ada rencana mau bikin Elle S'appelle Mia jadi Ebook. Kira-kira mau beli nggak? 😢😆

Sidoarjo, 13-11-2020

Le Jardin D'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang