La Part 4
(La part kater)Aku masih ingat ekspresi Karenina yang terkejut saat mengetahui aku seorang dokter polisi. Entah apa yang mengejutkannya. Aku yang dokter sekaligus polisi atau apa?
Sudah sebulan aku dan Karenina kenal lebih dekat dan terkadang berbalas pesan. Yang aku salut dan bersyukur, dia memperlakukanku biasa saja. Berbeda dengan yang selama ini berkenalan atau dikenalkan padaku. Sejak jaman kuliah, dengan label mahasiswa kedokteran ditambah tampang lumayan yang patut kusyukuri, banyak yang ingin menjadikanku pacar.
Boro-boro mikir pacaran, otak tidak berasap saja aku sudah bersyukur. Apalagi wejangan para orang tua yang memang melarang pacaran membuatku tetap bergeming.
"Mas Naku bisa datang kan ke nikahannya Juna sama Mbak Mehreen?" tanya Oma Azi suatu malam saat makan malam. Badanku sebetulnya sudah terasa lengket tapi perut keroncongan juga tak bisa dibiarkan sehingga aku hanya cuci muka, tangan dan kaki lalu ikut bergabung.
"In syaa Allah bisa kalau yang di Malang. Minggu kan? Masih belum terlalu sibuk juga," sahutku sebelum menyendok nasi berlauk oseng cecek. "Kalau di Kartasura nggak bisa."
Oma Azi mengangguk lega. "Nggak apa. Memang kondisinya kan?"
"Mas Naku kapan?" tanya Opa Angga sambil lalu.
Aku hanya bisa nyengir kuda. "Kapan jodohnya datang saja deh, Opa."
Opa Angga terkekeh mendengar pernyataanku. "PPDS itu waktunya lama loh, Mas."
"Kalau jodoh pasti ketemu, Pa," celetuk Oma Azi.
"Mbak Karen cocok loh, Mas, jadi Ibu Bhayangkarinya Mas Naku," sambung Mbak Ratmi. "Mirip Mbak Mia, ya Bu?"
Ganti Oma Azi yang terkekeh. "Perawakannya saja. Sifatnya beda. Mia sama Bianca sifatnya kayak kakak-adek daripada emak sama anaknya."
"Omaaa ... nggak gitu juga." Tapi aku ikut tersenyum. Istri sepupuku itu memang lucu. Sifatnya terkadang kekanakan tapi tidak pernah membuat orang jengah malah terhibur. "Kenapa ya generasiku banyak yang bautnya kendor sih?"
Mendengar hal itu membuat semua yang ada di meja makan tertawa.
Aku memandang mereka heran. Aku salah atau terlalu jujur? Adik kembarku sendiri terkadang suka kurang otaknya kalau kambuh, adik sepupuku Mehreen, si kembar Rahil-Sahil ... rasanya setiap keluarga ada.
"Yah namanya juga turunan buyutmu," kata Oma Azi. "Buyut kakungmu persis eyang kakungmu kelakuannya. Konyol."
Mau tak mau aku tersenyum. Bibit konyol generasi berikutnya sepertinya menurun pada Bianca.
"Tapi menurut Mas Naku sendiri, Mbak Karen gimana?" tanya Opa Angga.
Eh?
Opa Angga yang duduk di sebelahku, menepuk bahuku. "Pastikan dulu single lahir batin nggak? Statusnya tanah tak bertuan, baru dibayar DP atau kaplingan bersertifikat."
"Opa ... " cicitku. Bisa-bisanya mereka seperti itu.
"Memang di Mataram nggak ada satu pun yang menarik perhatianmu?"
Aku menggeleng. Sekali lagi, selain fokus ke pekerjaanku juga belum ada yang menarik perhatianku.
Usai makan, aku pamit lebih dulu ke kamar. Kebetulan Mami telepon setelah tanya kabar juga tanya apakah aku bisa datang ke pernikahan adik sepupuku. Sungguh jodoh itu misteri ilahi. Yang tadinya akan berjodoh dengan Dek Ai, kakak si kembar Rahil-Sahil ternyata justru berjodoh dengan sepupuku yang lain. Dia Arjuna, lelaki berpangkat Sertu dan berwajah ganteng yang membuat perempuan mengaguminya dan sesama lelaki terancam. Jujur saja, awal bertemu dengannya aku cukup syok. Aku sadar diriku good looking bahkan sedikit lebih dari Adek Sadewa tapi Arjuna jauh di atasku skalanya. Kombinasi yang menarik dari Adek Mehreen yang ceriwis dan Arjuna yang kalem.
Setelah menutup telepon, aku segera mandi. Badanku rasanya sudah tak karuan dan beberapa waktu ke depan aku akan mengalami perjuangan keras lagi. Memulai fase awal lagi. Jadi junior lagi.
Roda kehidupan.
Selesai mandi aku membuka laptopku tapi pikiranku terngiang pada ucapan Opa Azi. Untuk menyelesaikan PPDS butuh bertahun-tahun. Bukan dua tahun selesai. Apakah jodohku datang saat aku baru lulus sebagai dokter spesialis ataukah di tengah-tengah masa perkuliahan, aku sudah menemukan bidadari surgaku?
Tapi aku lebih lega ketika sudah bergelar dokter spesialis. Otakku juga sudah tak berasap lagi.
Tbc➡
🍃🍃🍃Sudah resmi jadi anggota PPKC. Yok bagi kawan-kawan penulis yang punya karya sudah diterbitkan bergabung dengan PPKC untuk melindungi karya kita dari pembajakan. Sebuah lembaga resmi berbadan hukum. Bagi yang suka bajak hati-hati. Silahkan follow IG @haloppkc.
Assalamu'alaikum,
Maaf slow update dan respon 🙇🙇🙇🙈Sidoarjo, 08-04-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Jardin D'amour
KurzgeschichtenKumpulan cerita pendek penuh cinta dan penuh warna seperti di dalam sebuah kebun yang berisi aneka tanaman dari yang cantik sampai yang berduri. Selamat menikmati 😊 Credit cover to @elaa_rin