2.2. Le Monde D'Abhi

1.6K 249 72
                                    

L'histoire Deux
(Listoar de)

Sekarang kami berdua duduk di dekat telaga. Kami, aku dan Flo. Nggak betul-betul berdua karena masih ada dua temannya yang dibilang jauh juga nggak tapi dekat juga nggak.

Aku menyusulnya setelah makan siang bersama rekan-rekan dan rasa penasaran April yang membuat riuh suasana. Sesungguhnya aku sedikit cemas jika kehilangan jejak Flo akibat tindakan impulsifku seumur hidup. Alhamdulillah Allah masih berkenan kami bertemu.

Flo, perempuan di masa lalu, teman sekelas adek Bianca sepupuku yang ceria, ramai, berisik dan ... mengagumiku. Ya, tentu aku tahu dia sedikitnya menyukaiku. Dulu di SMP.

"Jadi, maksud Mas Abhi tadi apa?" tuntut Flo bingung, penasaran, cemas dan takut jadi satu.

Aku mendadak salah tingkah. Bisa kurasakan wajah hingga telingaku memerah. Kedua tangan yang tadinya saling bertaut di pangkuan kini terurai dan tanpa sadar aku sudah menggaruk kepalaku. Too cliché.

"Itu ... uhm ... je suis désolé eh ... uhm, maaf. Aku khilaf, (aku minta maaf)" kataku lalu istigfar beberapa kali sambil menenangkan diri dan pikiran. Kuusap wajahku dengan kedua tangan.

Flo tampaknya sudah banyak berubah dari Flo SMP yang kukenal. Kalau dulu mungkin dia akan menuntut jawab dengan ceriwisnya, sekarang sikapnya sudah kalem. Bahkan adek Garin dan Bianca saja rasanya dari mereka bayi nggak ada yang berubah. Masih sama berisiknya.

"Dia ... mantannya Mas Abhi?" tanya Flo.

Kami duduk bersisian sehingga aku nggak terlalu melihat ekspresinya tapi sekilas bisa kulihat Flo yang memang dasarnya manis semakin manis seiring berjalannya waktu. Tubuhnya termasuk tinggi walau nggak setinggi adek Bianca. Yang jelas satu lima lima senti ke atas.

"Kamu kok ada di sini?" Justru itu yang keluar dari mulutku.

"Oh, ada pernikahan teman terus pulangnya ke sini. Orang Magetan dia."

Aku mengangguk. "Patut. Bajunya cantik." Ya, dia memang mengenakan gamis dan hijab untuk ke pesta meski terkesan simple.

"Orangnya nggak?"

Aku langsung menoleh dan mendapatinya menatapku. Kedua bola mata hitamnya lurus ke arahku. Membuatku merasa berdebar tiba-tiba. Aku kembali menunduk dan mengangguk. "Cantik."

Ya, cantik. Meski mungkin jika dibandingkan dengan adek Garin atau Bianca tapi dia cantik dengan dirinya sendiri.

Tanpa sengaja aku melirik kedua tangannya yang bertaut. Aku mengernyit ketika menyadari ... kedua tangan itu bergetar. Jadi ...

"Maaf ya, Flo. Maaf," sesalku menghadap Flo bahkan kutangkupkan kedua tanganku di dada karena nggak mungkin aku menggenggam tangannya untuk menenangkan.

"Eh, maaf untuk?" tanyanya lagi kali ini jauh lebih bingung.

Perasaanku campur aduk nggak karuan. Ya Allah, ampuni hamba! Kalau adek Garin tahu, bisa-bisa dia mengomel sampai besok malam.

"Tadi itu temannya temanku. Aku risih. Kamu pasti tahu aku seperti apa dengan semua orang terutama perempuan," kulihat Flo mengangguk, "jadi aku merasa risih seperti kataku tadi. Risih dan kesal. Terus, aku lihat kamu dan tiba-tiba saja sudah terjadi begitu. Maaf ya? Kamu mau apa biar aku bisa menebus kesalahanku?"

"Eh? Uhm ... nomer ponsel Mas Abhi?" tanyanya ragu. Kulirik tangannya semakin bergetar.

"Oke." Aku mengangguk mengiyakan.

"Kita makan bareng sesekali kalau Mas Abhi libur?" Kulirik lagi tangannya semakin bergetar.

Aku tersenyum. "Kamu tahu itu nggak mungkin buat kita jalan berdua, Flo. Kamu tinggal di mana sekarang?"

"Surabaya."

"I see. Kerja di mana? Masih suka menulis?"

Flo tampak bergerak dan saat aku mendongak, kulihat dia terperangah kaget. "Mas Abhi masih ingat itu ya? Masih. Aku masih menulis. Alhamdulillah sudah terbit satu buku. Selama ini hanya berani ikut event antologi aja!" Ia tampak antusias saat menceritakan passionnya.

"Selamat ya. Aku ikut senang, cita-citamu menjadi penulis tercapai," ucapku tulus.

"Merci beaucoup, (terima kasih)" balasnya dalam bahasa Perancis yang kaku.

Aku tersenyum lebar. "Je veux en prie, (sama-sama)"

"Aku sekarang jadi guru. Dulu pengennya kuliah di tempat Om Rahil mengajar tapi rezekiku diterima di kampus negeri. Alhamdulillah."

"Bu Flo, ayo!" ajak salah satu temannya.

"Iya, sebentar!" sahut Flo.

Aku mengeluarkan ponselku dan menanyakan nomernya. Setelah kusimpan dan tes chat, aku berdiri. "I'll call you later in syaa Allah. Ayo, temanmu sudah menunggu."

Flo hanya membalas dengan senyuman sembari berdiri.

"Fii amanillah," ucapku.

"Aamiin Ya Rabb."

Tbc➡

🍃🍃🍃

Assalamu'alaikum semua,

Selamat siang ehm pagi? Di hari yang mendung ini Mas Abhi dan Flo datang menemani 😆😆😆

Tanggalnya cantik ya? Haruskah aku update jam 11 nanti aja?

Sidoarjo, 11-11-2020

Le Jardin D'amourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang