Tidak mengerti dengan respon Aulia. Lelaki berseragam SMA ini juga tidak ingin berlama di tempat sunyi ini. Victor langsung pulang setelah ditinggalkan oleh gadis itu. Lokasi rumah dia juga berada tak jauh dari lokasi pohon tadi. Hanya perlu empat menit, dia sudah dapat sampai di rumah. Bisa dibilang ini bukanlah rumah dia dan orang tuanya. Dia tinggal di rumah pamannya yang sudah lama bekerja di kota ini. Pamannya memiliki karir yang sangat bagus dan membangun rumah ini dengan hasilnya sendiri. Dia tinggal terpisah dari orang tua demi menjalani sekolah di sini. Untung pamannya tidak keberatan menerimanya untuk tinggal seatap tanpa ada biaya yang harus Victor tanggung. Uang jajan yang Victor pakai hanya dia pakai untuk kebutuhan kesehariannya seperti transportasi, makan, minum, biaya serta keperluan sekolahnya.Paman Nolan adalah saudara dari keluarga Ibunya. Ibunya adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sayang, jam pulang beliau sangat tidak menentu. Terkadang sore sudah di rumah tetapi beliau juga sering lembur hingga tengah malam atau pagi buta. Tidak pasti dan sangat susah untuk dapat bertemu dengan beliau secara mendadak.
Dari saat perjalanan pulang hingga saat ini, pikiran Victor masih pada seseorang yang dia sedang ingin ketahui lebih dalam. Dia sangat penasaran dengan gadis itu. Selama ini dia hanya dipaksa Emma menemaninya melabrak adik kelas. Sesungguhnya Victor sendiri menjadi tidak respect dengan Emma yang suka melabrak tetapi membutuhkan orang lain untuk menemani. Justru terlihat bahwa Emma yang penakut. Tetapi cewek pemberani yang satu ini benar-benar berbeda. Belum ada cewek yang berani melawan tiga orang seniornya seorang diri. Berawal dari melihat responnya saat dilabrak oleh Emma dan Chloe itulah lama-lama dia juga menjadi ingin tahu lebih lagi. Dirinya belum pernah merasakan rasa ingin tahu sedalam ini. Seperti ada daya tarik tersendiri di balik sikap cuek dan dingin gadis juniornya itu.
Tas yang berisi baju kotor saat main basket tadi ia taruh pada keranjang baju untuk ia cuci sebentar lagi. Aulia masih ada di dalam benaknya. Reaksi wajahnya yang sinis justru membawa ketertarikan tersendiri baginya. Meski ia tidak ramah, Victor merasa ada aura tersendiri yang membuat gadis itu terlihat berbeda dari lainnya. Dia tidak tahu mengapa dia merasa seperti ini.
"Ah, kenapa dia selalu dipikiranku?" tanya Victor pada dirinya sendiri. Untungnya, Om Nolan sedang tidak di rumah. Jika beliau di rumah, pasti sudah jadi kehebohan karena beliau sangat penasaran dengan hidup Victor sejak Victor masih kecil.
Dia mengambil semua pakaian kotor yang ada di kamarnya dan membawanya ke dekat dapur, tempat mesin cuci berada. Meski ia sedang melakukan pekerjaan rumah, pikirannya masih pada perempuan tadi. Belum pernah ia merasakan rasa penasaran dan senang sendiri seperti ini. Mengapa dia menjadi senang? Ia juga tidak mengerti. Teringat saat telah selesai melabrak, Victor menjadi malu dengan Emma dan Chloe saat menanyakan nama adik kelas itu. Karena sudah berulang kali dia dipaksa ikut melabrak, sudah lama sekali dia penat untuk menanyakan nama adik kelas yang akan Emma labrak. Baru kali ini dia mulai ingin tahu lagi.
Tetapi, ia mencoba untuk tidak peduli dengan mereka berdua. Dia hanya tersenyum sendiri mengingat wajah Aulia.
"Au..li.. a..hmm.. nama yang unik juga." gumam Victor saat memasukkan baju kotornya ke dalam mesin cuci. Dia ambil bubuk sabun cuci baju ke dalam mesin dan dia nyalakan mesin itu.
***
Victor masih gak ngerti-ngerti sama perasaannya sendiri. Kapan ya Victor sadar kalau ada sesuatu pada dirinya berkaitan dengan Aulia?
btw, salah satu my bestie yg juga sudah aku anggep adik sendiri sekarang juga nulis. Follow akun wattpadnya ya thisisevalline
dijamin baper deh kalau baca ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Teen Fictionsebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...