Air menetes dari awan perlahan-lahan. Hujan mulai bergerimis ria di luar. Tidak ada orang di dalam ruangan ini selain Aulia. Kenangan yang membawanya kembali ke masa lalu kemarin membuat dia ingin kembali menyentuh sesuatu. Dia masih ingat cara menggunakannya karena sering diajak ibunya untuk bermain alat itu saat kecil. Hingga saat ibunya telah pergi, Aulia masih sering kembali ke rumah lamanya untuk memainkan alat itu.Sudah lama dia tidak lagi datang ke rumah itu. Kalau diingat, terakhir adalah dua tahun lalu dia menginjakkan kakinya ke dalam rumah itu. Setelah itu dia sudah tidak ada niat untuk kembali ke sana. Merasa sia-sia untuk mengenang masa lalunya. Tidak ada gunanya mengenang masa kecilnya. Keputusan dia untuk berhenti memainkan ini adalah saat dia memutuskan tidak ingin lagi berurusan dengan masa lalunya ini. Hanya lagu instrumental yang menjadi hiburan dia saat ini untuk mengenang kenangan yang indah bersama almarhum bundanya tercinta.
Tetapi pertemuan kemarin membawa dia kembali tidak bisa move on dari luka masa lalunya. Membuka kembali semua rasa pilu yang masih terpendal di lubuk hatinya terdalam. Apa dengan memainkan alat musik ini lagi, perasaanku akan menjadi lebih baik? Gadis itu ingin mengexpresikan semua yang ada di perasaannya saat ini melalui alat instrumental yang sudah dia tinggalkan ini.
Daripada mengisi perutnya yang kosong di tengah jam istirahat sekolah, ia lebih memilih datang ke ruang musik ini untuk memainkan piano yang ada di dalam ruangan. Kedua tangannya membuka dan memainkan piano. Maybe. Lagu yang biasa dimainkan oleh Yiruma muncul pertama dipikirannya.
Terakhir dia memainkan ini sehari sebelum ibunya pergi. Sudah lama dia tidak memainkan piano. Tangan terasa kaku tetapi dia masih ingat lagu ini dengan baik. Perlahan-lahan tangannya mulai kembali terbiasa menari di atas tuts piano kembali.
Kembali dia terhanyut ke dalam lagu yang dia mainkan. Seolah tidak ada orang lain yang akan mendengar lagu ini kecuali dia sendiri. Kenangan malam terakhir bersama ibunya menjadi kenangan yang sedang ia rindukan.
Sebuah hidangan opor ayam dengan telur dan wortel sebagai tambahan tersedia di meja makan. Masih hangat serta aroma tercium dengan sedap. Aroma ini selalu memicu nafsu makan meningkat drastis. Tidak banyak orang berjualan makanan ini di Colmar karena makanan khas Indonesia ini menjadi menu andalan Kanna sebagai ibu rumah tangga.
Kanna, orang Indonesia, menikah dengan Edgar, orang perancis dan menetap di Colmar. Edgar bekerja sebagai sales minuman wine dari toko milik orang tuanya. Sesudah makanan selesai dimasak, Kanna menuangkan makanan itu pada mangkuk yang besar. Bersama dengan nasi putih yang sudah ada di atas setiap piring, ia memindahkan ke meja makan secara bergantian. Meja maka tertata dengan rapi.
"Papa, makanan sudah selesai!"
"Iya, ma. AULIA!" sorak Edgar.
Aulia mendengar seruan itu. Dia bergegas keluar dari kamar. Aroma masakan tercium dengan nikmat. Kakinya berlari ke arah ruang keluarga karena tergoda dengan aroma masakan ini. Yang pasti tidak ada makanan lain yang dapat menyaingi masakan ini karena masakan dari seorang ibu selalu menjadi makanan tersedap.
"Hmm.. Opor ayam. Nice!"
"Ayo duduk!"
"Kalau kamu gak segera duduk, papa habiskan lho!"
"Oh no! My opor."
Mereka duduk di kursi masing-masing.
"Selamat makan!"sorak mereka bersama-sama.
Dengan lahap mereka menghabiskan makanan itu. Edgar dan Aulia saling berebutan untuk mengambil potongan ayam.
"Sorry, Pa. It's mine."goda Aulia dan melahapnya.
Sebuah kesederhanaan yang bermakna ini menjadi hari sukacita mereka setiap malam.
"Nanti piringnya diletakkan di dekat wastafel, ya! Mama mau maen lagu Maybe."
Kanna meletakkan piringnya ada wastafel dan berjalan ke piano berjenis upright piano berwarna cokelat ini. Aulia dan Edgar masih membahas makanan yang sedang mereka rebutkan sambil menikmati lagu itu.
Kenangan itu muncul seiring lagu yang sedang dia mainkan mengalun dengan indah. Air mata menetes perlahan-lahan. Tak sanggup menahan tangisan akan kerinduan ini. Hingga ketika lagu ini usai dimainkan, dia masih tidak dapat menghentikan tangisan ini.
***
Sebuah suara tepuk tangan terdengar dari balik pintu. Sebuah kaca yang ada di tengah pintu kayu ini menunjukan bahwa ada yang menikmati lagunya sejak tadi. Dia tidak sadar bahwa ada yang melihatnya dari balik pintu masuk. Sontak, dia menoleh kebelakang untuk melihat orang itu. Kembali lagi pada pertemuan mereka. Victor sejak tadi ikut menikmati lagu itu. Victor tersenyum dengan manis. Dia yang biasanya tidak dapat menikmati lagu instrumental bisa terbawa masuk ke dalam pesan tersirat yang ada di lagu tadi.
Namun tepuk tangan itu terhenti sejenak ketika melihat mata Aulia sembab dan masih berkaca-kaca. Victor menjadi sadar bahwa lagu yang dia mainkan tadi membawa sebuah pesan yang dalam dari lubuk hatinya. Dia tidak mengerti pasti arti pesan itu tetapi dia merasakan adanya kerinduan yang besar pada seseorang.
Dia melanjutkan tepuk tangan itu sejenak lalu membuka pintu. Ingin meminta dia bercerita tetapi tangisan itu membuat Victor berubah pikiran. Bukan waktunya dia bercerita. Dia hanya menepuk pundak Aulia.
"Kamu bisa main dengan baik. Aku gak sangka kamu bisa main seindah itu."
Hanya itu yang dapat dia sampaikan untuk mencairkan suasana yang sendu ini. Dia juga tidak kepikiran bahwa Aulia dapat bermain sebaik itu. Keberadaannya di balik pintu itu bukanlah karena kebetulan. Dia sengaja mengikuti Aulia karena rindu melihat wajahnya yang terlihat jutek tetapi juga manis. Tidak ramah tetapi tidak jahat pada orang lain.
Hampir setiap hari Victor mencari Aulia di sela jam istirahat dan memperhatikan dari jauh. Tidak susah untuk mencari Aulia karena kelas mereka yang tidak berjarak jauh. Victor hanya perlu segera keluar di tengah jam istirahat lalu bergegas berlari ke kelas Aulia. Dia sadar bahwa yang dia lakukan seperti spy yang sedang memata-matai seseorang. Lebih tepatnya mata-mata yang tidak memiliki tujuan apapun selain rindu.
Menepuk pundak dan menemani Aulia membawa Victor menjadi sadar dan merenung mengapa dia suka sekali memperhatikan Aulia dari jauh.
Rindu?
Mengapa aku merindukannya?
Mengapa aku sangat ingin tahu tentang dia?
Mengapa aku hingga rela keluar kota cuma untuk melihat ayahnya?
Tersadar bahwa yang dia lakukan sangatlah tidak wajar untuk disebut sebagai teman.
Apakah aku ingin dapat lebih dari sekedar pertemanan ini?
Dia ikut duduk di sebelah Aulia dan merangkul dengan tangan kirinya. Aulia tidak protes untuk kali ini. Rangkulan itu sangat menghibur dan memberikan rasa kenyamanan. Sudah lama dia merindukan perhatian seperti ini. Dia tidak dapat menghentikan air matanya. Air mata yang sudah dia pendam selama bertahun-tahun. Tetesan air mata ini seakan sudah tidak cukup lagi untuk ia tampung seorang diri.
Bell berbunyi. Jam istirahat sudah selesai. Saat ini Victor tidak sempat berkumpul bersama temannya. Biasanya dia hanya melihat Aulia sesaat lalu kembali bergabung bersama temannya. Lagu yang dia mainkan telah membawa Victor masuk ke dalam sebuah perasaan yang sangat dalam. Tanpa mengetahui kisahnya, lagu itu sangat cukup menyampaikan perasaan Aulia pada Victor saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Novela Juvenilsebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...