20. Kondisi Edgar 1

51 7 1
                                    

Sekarang waktunya kita lihat kondisi ayahnya Aulia. 

Daripada lama berbasa-basi, langsung baca aja, yuk!

***

Udara sejuk nan juga dingin terasa menempel pada kulit. Jaket berwarna hitam memberikan rasa yang nyaman di tubuh. Musim gugur ini sudah semakin terasa. Daun-daun semakin banyak yang berguguran. Belum lagi udara yang semakin dingin ini. Rumah tempat dia mengantarkan Aulia pulang kini dia datangi lagi. Nolan kembali mengingat saat dia kembali datang ke rumah lama Edgar. Suasana masih sama. Tidak ada yang berubah dari rumah ini sejak terakhir kali dia datang kemari. Dia tidak banyak datang ke rumah ini juga saat itu. Lebih banyak menghabiskan waktu di lapangan basket dan menongkrong bersama yang lainnya. Sudah lama juga ia tidak pernah kontak dengan seorang pun dari tim itu. Semua sudah disibukkan oleh kehidupan masing-masing. Tidak banyak lagi waktu luang untuk bersenang-senang seperti dulu. 

ya, ia tahu kalau toko itu sudah ada sejak jaman Nolan masih kecil dulu. Saat remaja, ia pernah datang ke tempat ini dengan membawa bola di tangan kanannya. Seorang kakek sedang menata botol anggur di rak dengan rapi dan berhati-hati. Bau anggur terasa sangat menyengat. Sudah pasti karena toko ini menyediakan berbagai macam minuman anggur. Nolan berteriak memanggil Edgar tetapi justru beliau yang menyambut panggilan karena Edgar sudah berangkat ke lapangan terlebih dahulu.

Kenangan itu datang saat melihat lokasi dan bangunan toko ini. Berlantai tiga dengan model bangunan kuno khas Alsace. Dia memarkirkan mobil di tempat parkir terdekat. Dia buka pintu mobil dan melangkahkan kaki keluar dari mobil. Pintu dia tutup lalu dia kunci mobilnya. Pria ini berjalan perlahan-lahan kembali ke toko yang tadi dia lewati sesaat melalui mobil. Tempat parkir ini terletak tidak jauh dari toko. Hanya selisih empat bangunan dari tempat parkir.

Tangannya membuka pintu kaca toko itu. Suara dentingan bell kecil yang tergantung di pintu pun terdengar. Aloys yang sedang menghitung pengeluaran bulan lalu berdiri seketika. Dia tinggalkan semua catatan itu di mejanya dan menyambut kedatangan Nolan. Aloys kira ada pelanggan baru yang sedang ingin melihat-lihat anggur di toko ini. Sambutan ramah pun dia berikan pada Nolan. Namun, sambutan itu dibalasa dengan sebuah pertanyaan yang tidak ia sangka. 

"Excuse me. Are you Edgar's father?" Nolan langsung ingin memastikan bahwa dia tidak salah tempat. 

"Yes, I am. Could I know who are you?" Aloys terlihat bingung dengan wajah yang tak asing ini. Dia juga heran dari mana pria berjaket hitam itu tahu kalau ia adalah ayahnya Edgar. Dia berusaha mengingat kembali bentuk wajah ini tetapi tidak terbesit sedikitpun ingatan kapan dia bertemu dengannya.

Nolan tidak heran jika beliau tidak mengingatnya. Dia hanya sempat bertemu dengan beliau sekali dan itu sudah sangat lama.

"I am Nolan. Edgar's old friend." Nolan mencoba mengingatkan kembali. Raut wajah Aloys tetap terlihat kebingungan.

"Maaf saya sudah terlalu tua dan tidak mudah untuk mengingat. Apakah ada yang bisa saya bantu?"

Ya, Nolan tidak heran juga jika beliau tidak ingat. Mereka hanya pernah bertemu sekali dan itu juga tidak lama. Sudah lewat bertahun-tahun juga kenangan itu terjadi. Apalagi dengan usia Aloys, pasti tidak mudah juga untuk mengingat kejadian yang sudah berlalu sangat lama. 

"Bolehkah saya mengetahui di mana Edgar saat ini?

Aloys melirik ke arah kiri dan membuang muka. Dia memunggungi Nolan. Nolan tidak menyangka akan respon beliau. Sedikit rasa bersalah terasa di lubuk hatinya karena sudah membuat suasana menjadi tidak enak. Aloys juga pesimis. Pasti tidak akan ada perubahan pada Edgar meski dia bertemu kembali dengan kawan lamanya. Aloys juga tidak tahu semua ini akan terus berjalan seperti ini berapa lama. Kapan masalah ini akan berakhir. Semua hanyalah misteri baginya. 

 Aloys serta Carole sudah berulang kali juga datang ke sana. Sedikit pun respon tidak terlihat. Mereka hanya membawakan makanan yang mereka beli di tengah perjalanan lalu meletakkannya di meja dekat pintu masuk. Mereka tidak ingin Edgar sakit karena makanannya yang tidak sehat; makanan instan. Hanya itu yang terjadi selama bertahun-tahun. Setiap minggu sore mereka melakukan hal yang sama. Tetap tidak ada perubahan. Mereka juga tidak tahu apa Edgar memakan makanan yang mereka beri itu atau tidak.

Beliau sudah pesimis. Nolan tidak mengerti juga kenapa Aloys merespon dengan reaksi seperti ini. Dia hanya takut telah terlalu mengikutcampuri urusan keluarga mereka. Niat ia datang kemari hanyalah untuk membangun kembali relasi dengan Edgar setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Mengingat raut wajah Aulia kemarin, dia juga menjadi khawatir ada sesuatu yang terjadi pada mereka semua. Tanpa harus bertanya, dibalik respon dingin dan cuek Aulia kemarin, ada pancaran sebuah depresi dari raut wajah gadis polos itu. Nolan tahu Aulia tidak bermaksud menjadi orang yang seperti itu. Gadis itu hanya tidak tahu dengan arah hidupnya yang seolah tidak lagi ada harapan bagi dirinya sendiri. Nolan segan untuk menanyankan masalah mereka lebih dalam. Dia pun bergegas ingin mengakhiri pembicaraan ini. 

Tiba-tiba Aloys bertanya,"Apakah kau yakin ingin mengetahui kondisi Edgar?"

Mata Nolan membesar dan berganti dia melirik ke kiri. Tidak tahu lagi harus menjawab bagaimana dengan suasana yang tidak tenang dan sedikit menusuk ini. Sepertinya memang sedang terjadi sesuatu. Nolan semakin khawatir dengan kondisinya.

"Yes I am."Nolan menjawab pertanyaan itu. Dia bukan hanya ingin tahu tetapi dia juga ingin membantu mereka. Melihat ekspresi Aulia kemarin, dia merasa ada sesuatu yang terjadi pada mereka. Dia sebenanrnya berharap dugaannya salah. Aulia hanya sedang kelelahan dan semua baik. Tetapi respon yang diberikan oleh Aloys mengatakan sebaliknya.

"Bisakah kita berbicara di dalam?" Aloys mengajak Nolan untuk masuk ke dalam ruang keluarga. 

Lost Daddy (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang