55. Epilogue

215 7 1
                                    

Suasana lingkungan yang memiliki banyak kenangan bagi mereka berdua. Awal pertemuan yang tidak biasa hingga proses saat ini. Sudah satu tahun juga mereka menikah dan menetap di Strasbourg. Sebelum mereka berencana untuk memiliki keturunan, Victor meminta Aulia untuk memaafkan Edgar terlebih dahulu. Bukan karena dia ingin terlihat baik bagi Edgar tetapi karena dia tidak ingin semua luka lama yang Aulia miliki ikut melukai orang yang tidak bersalah.

"Aku tahu aku tidak boleh ikut campur dalam urusanmu dengan ayahmu. Itu sudah perjanjian kita selama bertahun-tahun. Tapi, ketika kita masih kepahitan dengan masa lalu apalagi orang tua sendiri, tanpa kita sadari, cara kita perlakukan ke orang lain akan mirip dengan cara mereka perlakukan kita. Aku enggak masalah kalau itu kadang membuatmu menjadi cuek dan keras tetapi gimana dengan keturunan nanti? Mereka juga enggak minta dilahirkan tetapi kita yang menginginkannya. Apa enggak kasihan kalau nanti mereka terkena sedikit imbas dari luka masa lalu orang tuanya sendiri?"

Ucapan yang Aulia dengar dari Victor tiga bulan lalu itu terus mengikutinya setiap hari. Pikirannya menjadi terus merenungkan nasihat itu. Dua minggu lalu, Aulia pun memutuskan ingin memperbaiki semuanya kembali tetapi dia ingin Victor juga menemaninya.

Toko minuman anggur terlihat di depan mata mereka. Pintu serta dinding di depan terbuat dari kaca. Aloys, Edgar, serta Carole sedang beberes barang-barang karena sudah jam tutup toko. Victor dan Aulia saling menatap. Aulia terlihat tegang dan tidak percaya diri untuk melakukannya tetapi Victor tersenyum dan menepuk punggungnya.

Dengan sedikit tenaga, Victor mendorong pintu itu dan mempersilahkan Aulia untuk masuk terlebih dahulu. Suara gesekan pintu mengalihkan perhatian Edgar dari botol anggur yang ada di tangannya. Matanya membelalak melihat sosok dua orang yang dia rindukan selama bertahun-tahun. Dia sendiri merasa tidak layak untuk datang ke acara pernikahan mereka. Hanya melihat jauh dari balik pintu masuk ruang acara mereka saat itu.

Aulia terlihat lebih lembut dan ramah daripada dulu. Sebuah senyuman manis tersungging pada kedua bibirnya. Yang lebih membedakan lagi, saat ini Aulia menggunakan lipgloss yang membuat bibirnya terlihat glowing.

"Aulia.." ucap Edgar.

Mendengar nama itu, perhatian Aloys dan Carole ikut teralih pada tamu mereka saat ini. Mereka berdua juga ikut terkesima dengan kedatangan Aulia dan Victor.

"Victor, Aulia, kalian sedang main ke Colmar?"tanya Aloys.

"Iya, grandpa."jawab Aulia dengan lembut. Respon ini membuat mereka bertiga saling beradu pandang. Perubahan total yang terjadi pada Aulia ini sangat diluar dugaan mereka.

Mereka pun berkumpul di living room. Edgar mengambilkan minuman serta makanan kecil yang ada untuk mereka. Perbincangan pun dimulai dari bercerita mengenai apa saja yang terjadi di Strasbourg. Aulia tertawa mengingat kebiasaan Victor yang ternyata juga sedikit kekanak-kanakan saat di rumah. Perlahan-lahan, topik mulai berpindah menjadi lebih serius dengan mengingat masa lalu mereka di Colmar ini. Aulia memegang tangan Victor untuk menurunkan rasa tegangnya.

Tiba-tiba, Victor menatap Edgar dan berkata, "Kami kemari karena Aulia perlu sesuatu dengan Grandpa, Grandma, dan Papa Edgar..."

Keadaan menjadi sangat serius.

Aulia menatap pertama pada Aloys lalu berpindah pada Carole, terakhir dia menatap Edgar cukup lama. Dia menceritakan semua rasa kecewanya saat remaja dulu hingga saat terakhir Victor menasihatinya tentang hal ini.

"Aulia ke sini bukan untuk menyalahkan siapapun. Aulia sadar kalau Aulia juga salah atas keserakahan Aulia yang menaruh harapan terlalu tinggi, kepahitan Aulia selama bertahun-tahun, serta perlakuan Aulia pada orang-orang terutama pada Daddy."

Mendengar kata 'daddy' dari mulut Aulia sudah menjadi sebuah sentuhan yang menghangatkan hati Edgar. Mata mulai berkaca-kaca tetapi sebagai pria dia gengsi untuk menunjukkannya. Dia sembunyikan wajahnya dari Aulia dengan menunduk.

Ucapan mulai terpotong-potong oleh isakan. "Aulia minta maaf buat semua kemarahan, kepahitan, dan keserakahan Aulia selama ini.... Aulia tahu dulu Aulia salah, ya Aulia memang salah... Aulia ingin kita bisa menutup chapter tentang semua itu dan memulai chapter yang baru lagi bersama Grandpa, Grandma, dan Daddy. Chapter di mana kita belajar untuk berhenti saling menuntut dan menyalahkan demi ego masing-masing. Chapter di mana kita belajar untuk saling menerima dan menghargai kekurangan masing-masing."

Air mata yang tak tertahan menetes pada wajah mereka semua termasuk Aulia. Dia tidak kuat menahan tangisan itu. Victor ikut menahan tangis dan memeluk Aulia. Aloys merangkul Carole dan Edgar.

Tangisan yang dalam ini bukan menyampaikan kesedihan. Tangisan yang dalam ini menyampaikan pesan kebahagiaan dan terharu yang dalam. Ya, semua mulai kembali dari awal. Chapter baru kisah mereka semua ini baru akan dimulai lagi saat ini juga.

Lost Daddy (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang