Kaki melangkah setapak demi setapak. Aulia sedang berjalan pulang. Tidak seperti biasanya. Saat ini ia tidak lagi sendiri. Seorang lelaki ingin mengantarkannya pulang. Dia berjanji akan mengantarkan Aulia pulang selama beberapa hari hingga kaki Aulia pulih sepenuhnya. Aulia tidak mengerti kenapa Victor peduli pada dirinya hingga seperti ini. Kemarin dia jatuh juga bukan karena kesalahan Victor. Mereka berdua sedang bersama tetapi pikiran mereka berada di tempat yang berbeda.
Victor masih memperhatikan Aulia tidak pernah melepaskan earphone kecuali saat pelajaran di kelas. Saat ini pun dia masih mengenakannya. Dia pun mencari topik pembicaraan.
"Kamu suka dengarkan musik?"tanya Victor.
"Iya."jawab Aulia.
Victor ingin bertanya kembali tetapi takut Aulia menjadi tidak nyaman karena seperti diinterogasi. Mulutnya tertutup. Tidak ada keberanian untuk berkata-kata lagi. Hanya suara tapakan sepatu mereka yang terdengar saat ini.
Aulia berhenti di depan toko minuman anggur. Seorang kakek sedang menata botol anggur yang berada di rak. Aroma anggur sedap pun tercium dengan jelas di indra penciuman Victor. Aulia memandang kakeknya sejenak lalu berjalan masuk ke toko tanpa mengucapkan sepatah kata. Victor hanya mengikuti Aulia membuka pintu toko. Suara dentingan bell terdengar. Kakek Aloys menoleh pada pintu. Dia mengira ada tamu yang datang tetapi ternyata Aulia bersama Victor. Aloys tidak mengenal Victor tetapi dia merasa sedikit lega melihat Aulia saat ini sudah mulai memiliki teman.
"Excuse me. I'm Victor, Aulia's senior in school."
"Hi, I'm Aloys, Aulia's grandpa. Would you like to have some drink?"
"Yes, please."
Aulia tidak menggubris percakapan itu. Satu hal yang dia ketahui dari percakapan itu. Nama lelaki itu adalah Victor. Sejak awal bertemu, Aulia tidak tahu siapa nama lelaki itu. Awalnya Aulia sengaja tidak ingin mengenalinya tetapi setelah kejadian kemarin, dia menjadi sedikit penasaran dengan lelaki ini. Meski Aulia penasaran, dia gengsi untuk bertanya lebih jauh untuk mengenali Victor lebih lagi.
Dengan pura-pura tidak mendengar, dia hanya berjalan dengan cepat untuk masuk ke dalam kamarnya. Melihat ekspresi Aulia terhadap beliau dan Victor, Aloys hanya menghembuskan nafas panjang. Aloys tetap berusaha berpikiran positif 'setidaknya sekarang Aulia memiliki teman'.
"You are still under 18th right?"
"Yes I am." Victor memang satu tahun lebih muda dari teman-teman angkatannya. Dia ikut akselerasi saat mendaftar ke SMA ini. Dengan kata lain, usianya hanya berjarak satu tahun dengan Aulia.
"So, I cannot give it to you now." Sebotol anggur digenggamannya dia bawa kembali ke tempat botol itu berada sebelumnya. Di dalam sebuah rak beralas kayu tetapi memiliki pintu yang terbuat dari kaca.
Victor melihat tulisan Merlot pada botol yang sedang digenggam oleh Aloys. Dia tidak terlalu paham dengan wine. Aloys meletakkan kembali botol itu pada tempatnya dan berjalan masuk ke dalam untuk mengambilkan minuman. Pandangan Victor menjadi melihat pada aneka wine yang ada di toko. Berbagai jenis wine tersedia di sini. Tertulis Sparkling wine, Barolo, Malbec, dan masih banyak lagi aneka jenis wine yang ada di sini. Pasti rasa tiap wine juga berbeda-beda.
Berbagai jenis wine ini mengingatkan Victor akan Nolan sangat suka menikmati wine. Dia ingin mengajak pamannya datang ke toko ini untuk memilih wine kesukaannya. Di tengah dia mengamati nama anggur ini satu-per-satu, Aloys kembali dengan membawakan dua gelas teh hangat. Nolan bergegas berjalan mendekati Aloys untuk membantu membawakan teh itu. Bibir Aloys melebar sedikit. Dia merasa lebih lega melihat teman yang Aulia dapati ternyata adalah orang yang baik dan care pada sesama.
"How old are you?" tanya Aloys. Dia melihat adanya sebuah chemist antara Aulia dan Victor. Tidak biasa melihat ada orang yang mau berteman dengan Aulia hingga datang ke rumahnya ini. Tidak pernah juga Aulia berteman dengan siapapun semenjak ayahnya tinggal di tempat lain. Guru-guru sudah melaporkan pada beliau selama bertahun-tahun. Tetapi, apa dayanya dan istrinya untuk meminta cucunya ini kembali bersosialisasi. Mereka sadar hanya kedatangan ayahnya yang dapat menyelesaikan semua ini. Itu pun tidak menjamin Aulia dapat langsung menerima ayahnya dengan baik. Jika Edgar pulang dan Aulia mau menerimanya dengan terbuka, semua masalah akan selesai. Bagaimana jika Aulia menolak Edgar karena sudah terluka sangat dalam dengan semua ini? Masalah tidak akan selesai dalam sekejab. Mereka berdua tahu kemungkinan besar yang akan terjadi adalah Aulia menolak Edgar. Terlihat dari sikap Aulia yang menutup diri saat ini.
Victor meletakkan gelas itu pada meja dan duduk di kursi depan Aloys. "I am 17th years old."
"One years older than Aulia."gumam Aloys. Bibirnya kembali menyungging senyum hangat pada Victor. Ada rasa sedikit tegang pada Victor di tengah pembicaraan dengan beliau. Apakah ini karena beliau adalah kakeknya Aulia? Raut wajah beliau pun terlihat sangat serius. Dia memandang wajah Victor dengan penuh harapan. Victor tidak mengerti kenapa suasana menjadi seperti ini.
"Please take care of Aulia. She longs to feel a friend and a father figure, but she denies it because of her pride. She would be very glad if you can give her a comfortable zone to share her feeling."
Di luar dugaan kalimat itu terdengar dari bibir Aloys. Victor tercengang dan termenung dengan ucapan itu. Seakan ada sebuah kepercayaan besar yang Aloys berikan pada Victor. Di pertemuan pertama ini, dia tidak menyangka akan mendapatkan kepercayaan besar dari anggota keluarga Aulia. Di tengah dia sendiri juga belum mengerti arti perasaannya pada Aulia. Mengapa Aulia selalu terpikirkan di dalam benaknya? Mengapa Aulia yang selalu dia ingin temui? Mengapa dia ingin sekali dapat menolong Aulia?
Sebuah kebingungan menjadi sebuah misteri yang besar baginya. Hanya sebuah senyuman yang dapat dia berikan untuk menjawab perkataan Aloys.
***
Waduh Victor sudah langsung dapat kepercayaan dari kakeknya Aulia nih.
Pasti Aloys juga tidak asal mempercayai orang lain untuk jaga cucu satu-satunya, ya?
Tapi gimana dengan masalah yang Aulia miliki dengan Edgar, ayah kandungnya ini?
yuk, lanjut baca lanjutannya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Teen Fictionsebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...