Langit sudah gelap. Tidak ada bintang di langit hari ini. Sunyi dan senyap. Orang-orang sudah menikmati kamar mereka masing-masing termasuk Victor. Dia sedang menghadap ke kanan dan memperhatikan layar ponselnya. Foto serta video yang terlihat di instastory terpampang dengan jelas. Semua itu bergantian tampil di layar ponselnya.
Melihat jam sudah pukul 22.00p.m, dia menjadi terpikir untuk menunda keputusannya ini. Orang tua dia pasti sudah terlelap. Daripada orangtuanya, dia saat ini justru lebih ingin menghubungi Aulia. Dia masih tidak tenang dengan kesalahpahaman itu. Dia tidak bermaksud berikutcampur dengan masalah Aulia dengan Ayahnya.
Pertanyaan Nolan tadi juga masih terus menghantuinya. Dia tahu kalau tidak biasa dia ingin dekat dengan orang lain hingga seperti ini. Ingin memiliki dan menyayanginya. Mengenali dan selalu ada untuknya. Semua ini tidak akan menjadi kacau seperti ini kalau dia tidak menanggapi Edgar sama sekali. Hal kecil yang menjadi kesalahan fatal.
Aulia salah mengerti karena melihat dia menanggapi keberadaan Edgar. Dia keluar dari instagram dan membuka whatsappnya. Dia buka chat dia dengan Aulia.
Aulia... I'm sorry...
Kalimat itu dia ketik. Namun, dia berpikir berulang kali untuk mengirimkan pesan itu. Apa lebih baik aku kirim sekarang? Atau besok? Dia tidak tahu hari ini Aulia sudah tidur atau belum.
Akhirnya dia hapus kalimat itu dan dia tutup ponselnya. Dia ingin menemui Aulia besok.
***
Karena Victor yang ingin mulai fokus pada studinya dan sempat berbicara dengan Edgar, kekecewaan terus menghantui Aulia. Dia baru saja mulai percaya dengan lelaki itu tetapi semuanya hanya dia balas dengan seperti ini. Tidak hanya Edgar yang sudah merusak semuanya, saat ini Victor juga masuk dalam masalah ini. Selain itu, dia sudah lelah dan risih dengan perbuatan Edgar yang akhir-akhir ini suka mengikutinya, Victor justru membuat dia semakin tidak mengerti dengan semua ini. Dia tidak mau lagi di-php seperti kejadian bersama Aloys dan Carole dulu. Kejadian itu sangatlah lebih dari cukup untuk menunjukkan betapa dinginnya hati Edgar padanya tanpa Kanna.
Aulia kembali rindu dengan bundanya tercinta. Apa dia sedang berbahagia di sana? Apa dia tahu tentang semua masalah ini dari atas sana? Aulia mulai bertanya-tanya sendiri di dalam hatinya. Mengingat Edgar dan Victor berbicara kemarin, Aulia menjadi ingin tahu apa yang mereka bicarakan.
Gimana kalau ternyata mereka sedang bersekongkol bikin rencana buat mendekatiku? Dia takut Victor jadi ingin membantu Edgar untuk mendekatinya. Pertemanan ini dirusak oleh Edgar. Apa tadi Edgar yang panggil Victor? Atau Victor yang dekati Edgar? Dia tidak lihat awal mula semua itu. Hanya mereka berdua yang sedang berhadapan satu dengan yang lain. Itu yang dia lihat saat berlari. Ketika melihat mereka berdua yang sedang berbicara, dia tetap memilih untuk menjauh daripada harus bertatap muka dengan Edgar lagi. Melihat wajahnya dari kejauhan saja sudah membuat Aulia merasa muak dengan semua ini.
Di dalam kamar ini, Aulia terus berbaring sambil termenung merenungkan semua itu dan sudah pasti ada lagu instrumental piano yang berbunyi dari ponselnya, menemani kesunyiannya di dalam kamar ini. Tatapannya sejak tadi terus menghadap ke langit-langit. Tangannya terulur ke arah langit-langit itu. Jari yangan kanannya terlentang dan bergerak membentuk lingkaran. Jarinya perlahan-lahan terlipat. Dimulai dari kelingking, jari manis, jari tengah, telunjuk, dan yang terakhir, jempol. Kepalan tangan itu semakin lama semakin kencang.
Seberapa besar usahanya untuk mengerti moment tadi, dia tetap tidak mengerti karena dia juga tidak mendengarnya.
Siku tangan kanannya pun terlipat dan daerah pergelangan tangannya menutupi matanya. Kamar yang sejak tadi sudah gelap, menjadi tambah gelap. Lampu kamar yang berada di langit-langit pun sudah tidak bersinar. Hanya lampu kecil yang berada di atas meja belajarnya yang tetap menyala.
I don't understand anymore....
***
Victor kembali teringat saat dia membahas bersama orang tuanya. Respon orang tuanya membuat dia semakin bingung.
Dia menelepon orang tuanya pada pukul 4 pm. Karena itu adalah jam orang tua Victor beristirahat dari kerjaan mereka. Mereka berbasa-basi terlebih dahulu. Saling menanyakan kabar dan saling berbagi informasi. Victor perlahan-lahan mulai membahas tentang penjurusan kuliah.
"Victor, Mama lebih suka kamu belajar di Strasbourg. Bisa mempermudahmu buat dapat kerjaan juga wawasanmu bakal lebih luas."
"Iya, Papa juga." Suara Ayah Victor terdengar lebih pelan karena ponsel dipegang oleh Ibunya.
Victor hanya diam. Dia juga sependapat dengan mereka tetapi dia belum rela meninggalkan Aulia.
"Nanti Victor cari tahu di google persyaratan univ yang di sana."
Perbincangan di telepon pun usai. Dia geletakkan ponsel di atas meja dan melihat ke pemandangan di balik kaca jendela dekatnya. Bangunan-bangunan kuno terlihat sangat cantik. Seolah dia berada di negeri dongeng. Kota yang mengindahkan budaya nenek moyang ini menjadi tempat yang kembawa keunikan sendiri.
Belum juga dia berhasil menyampaikan pesan itu. Aulia juga justru ingin menghindarinya karena miskomunikasi kemarin. Semua chat whatsapp yang dia kirim tidak terbalas hingga saat ini. Hanya centangnya yang sudah berganti warna biru.
Sedikitpun, dia tidak melihat tulisan "typing" pada chat itu. Aulia sedang tidak ingin menggubris semua itu.
Victor menjadi semakin tidak tahu harus tetap melanjutkan studi di Colmar atau di tempat lain. Apakah Aulia masih mau menerimanya? Ataukah semua sudah usai saat ini juga? Kecewa dengan yang terjadi saat ini. Victor sendiri belum pernah jatuh cinta sedalam ini dengan seseorang. Tetapi apa dayanya jika Aulia tidak menginginkannya kembali?
Jika tidak ada Aulia, dia tidak lagi berminta melanjutkan akademisnya di Colmar lagi. Sejak orang tuanya membicarakan kalau mereka ingin ia lanjutkan di Strasbourg, dia juga menyetujui alasan itu. Hanya Aulia yang menjadi pergumulannya saat ini.
Meski pemandangan di balik kaca jendela terlihat cantik, hal itu tidak dapat mengalihkan pikirannya dari hubungannya dengan Aulia saat ini. Dia rindu bertemu dengan Aulia tetapi dia tidak menemuinya supaya hari ini Aulia menenangkan dirinya dulu.
Apa lebih baik aku lepas sekarang juga? Demi mencari masa depan yang lebih indah. Jodoh juga tidak akan ke mana-mana. Sekelebat kalimat itu terucap di dalam hatinya. Entah jodohnya adalah Aulia atau bukan, Victor sudah tidak ingin memaksakannya lagi. Perlu usaha yang keras juga untuk masuk ke universitas incaran itu. Siapa di sini yang tidak mau diterima di universitas besar seperti itu? Saingan pasti juga ketat. Belum juga kalau ada murid international yang ingin masuk ke sana. Dia juga sudah harus memikirkan masa depannya. Bukan waktunya bermain-main terus.
***
Gimana nih Victor malah mau ke luar kota?
Aulia bakal cariin Victor gak ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Teen Fictionsebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...