Aulia duduk dan membuka ponselnya. Dia sudah lama tidak update instagram. Jumlah follower pun hanya sepuluh follower. Dia mencoba cari akun instagram milik Victor. Namun ada banyak sekali akun yang memiliki nama Victor. Dia baru ingat kalau dia belum pernah bertanya nama lengkap Victor.
Tanpa disangka, seorang yang sangat adia benci menampakkan dirinya di depan. Raut mukanya memelas; seolah memohon pengampunan yang dalam dari Aulia. Aulia sangat tidak ingin melihatnya.
"Aulia.. i'm sorry." Dia terus menundukkan kepalanya. Perlahan-lahan dia pun membungkuk dan berlutut. Sayang, tidak ada sepatah kata yang terdengar dari bibir Aulia. Aulia hanya terus memandang ke arah lain. Dia masih belum ingin bertemu dengan pria ini.
Aulia berdiri dari posisi duduknya. Edgar pun melihat Aulia berdiri. Dia berharap Aulia mengulurkan tangannya dan berkata 'aku maafkan.'. Sayangnya, semua itu hanyalah mimpi. Aulia justru berlari dengan cepat. Dia ingin menghindarinya. Sampai kapan aku menghindarinya? Aulia sendiri tidak tahu jawaban dari pertanyaan itu. Dia terus berlari hingga kembali dia berada di dekat pepohonan yang tidak berdaun.
"AULIA!" Suara teriakan dari seorang cowok yang tidak asing terdengar. Dia melihat ke belakang. Victor berlari mengejarnya.
Moment ini terasa tidak asing lagi bagi Aulia. Hanya berbeda sedikit. Saat itu Victor berhenti mengejarnya dan justru menyambut Edgar. Saat ini, dia tidak melihat Victor mendatangi Edgar sama sekali.
"Tadi kamu bertemu Edgar?"tanya Aulia ingin menyelidikinya.
"Enggak. Aku langsung menyusulmu."ucap Victor. Victor mengerti kalau Aulia takut dikecewakan seperti saat itu.
"Aku sudah enggak mau mencari tahu apalagi ikut campur dalam masalahmu dengan Edgar. Aku ingin lebih fokus tentangmu. Makanan apa yang kamu suka dan tidak suka, apa yang biasa kamu lakukan di dalam kamar, lagu apa yang paling kamu suka, dan semua yang tentang dirimu aku ingin tahu lebih."
Mata Aulia membesar. Mulutnya terbuka sedikit. Dia belum pernah mendengar ucapan seperti ini.
"Kamu enggak usah khawatir lagi. Aku juga akan tetap sering kontak denganmu nanti. Kamu juga kalau mau main ke Strasbourg, kabari aja! Aku akan luangkan waktu untukmu. Nanti setelah aku berhasil menyelesaikan kuliah di sana dan mendapatkan pekerjaan yang baik, maukah kamu ikut aku tinggal di sana? Kita mulai hidup yang baru bersama di kota besar. Selama proses itu juga, aku janji kalau aku enggak akan memaksamu untuk dapat bertemu dengan ayahmu. Aku ingin kalian bertemu di saat kamu memang sudah siap bukan karena paksaan."
Penjelasan ini sangat di luar dugaan Aulia. Aulia tidak menyangka kalau Victor sudah memikirkan sejauh itu dalam hubungan mereka yang baru saja dimulai hari ini juga.
***
Keramaian para pendatang dari negar lain mulai terlihat. Hingga turis Asia pun juga mulai memenuhi acara ini. Sudah pasti akan ada banyak orang yang datang ke acara Christmas market ini. Banyak stand dengan desain rumah kayu mengelilingi daerah ini. Lampu-lampu yang bergantungan serta hiasan santa claus dan rusa terlihat di mana-mana.
Rumah Aulia ikut dihiasi dengan lampu berbentuk rusa yang tertata dengan rapi di atas meja balik kaca dekat pintu. Sinar dari lampu itu menerangi ruangan yang gelap ini. Orang-orang tertarik dengan hiasan itu dan mengambil foto dari balik kaca.
Telapak kaki Aulia menapak kayu itu anak tangga satu per satu. Dia sudah berjanji akan dinner dengan Victor di restaurant dekat sini.
"Aulia pergi!" sorak Aulia sambil berjalan ke luar dari rumah.
"Have a nice dating!"balas sorakan Aloys dari dalam ruang keluarga. Mereka sedang menata meja makan dengan pernaik-pernik juga. Tidak mau kalah dengan anak muda. Mereka juga akan menikmati romantic dinner di dalam rumah dengan makanan yang Carole pesan dari restaurant sebelah rumah ini.
Set menu dari makanan pembuka, main course, serta makanan penutup telah tersedia. Hanya perlu dihangatkan kembali dengan microwave. Romantic dinner yang sederhana ini sudah menjadi sebuah kebahagiaan bagi mereka berdua.
Aulia juga tidak mau mengganggu acara mereka berdua. Dia bergegas membuka pintu dan melangkahkan kakinya keluar dari rumah. Udara yang dingin menyapa dengan tajam. Suhu udara hari ini minus 10C. Semua orang yang berada di dekat rumah Aulia mengenakan jaket yang tebal serta topi dan sarung tangan. Ada yang mengenakan syal tetapi ada yang tidak juga karena jaket mereka yang sudah menutupi leher. Sebagian besar dari mereka mengenakan jaket yang panjangnya hingga mendekati lutut dan berwarna hitam.
Mereka berencana akan bertemu di depan toko sepatu bagian ujung barat wilayah festival ini. Di sebelah kios hot dog, Aulia berdiri menunggu Victor. Victor masih dalam perjalanan ke tempat ini. Mereka saling berkomunikasi melalui whatsapp.
Aku sudah mau sampai. Sebentar, ya!
Aulia hanya tersenyum. Dia tidak keberatan menunggu Victor agak lama. Tidah heran juga jika daerah ini akan dipadati oleh lautan manusia. Ada yang dari Colmar tetapi ada juga yang dari luar kota ataupun negeri. Tidak penting dari mana mereka berasal karena acara ini memberikan kebahagiaan dan keakraban satu dengan yang lain.
Seorang lelaki sedang menyelipkan dirinya di antara beberapa orang yang saling berdesakan. Wajah yang Aulia tunggu sejak tadi akhirnya tampak di depannya.
"Kamu tunggu lama?"tanya Victor.
"Ah.. enggak kok. Kita mau ke mana dulu ini?"tanya Aulia.
Victor mendekati Aulia dan menggandeng tangan Aulia. Aulia menjadi kikuk karena sentuhan ini.
"Jalan-jalan putari sini sambil beli jajanan." jawab Victor dengan antusias.
Mereka berjalan memasuki kerumunan manusia itu. Setelah berhasil melalui kerumunan itu, terlihat banyak orang sedang antri ingin membeli sebuah makanan ringan. Ginger Bread. Sudah pasti rasanya enak jika harus antri sepanjang itu. Berapa lamakah antrian itu? Victor bertanya sendiri dalam hati. Dia ragu-ragu untuk ikut antri sepanjang itu jika belum lihat pilihan makanan ringan lainnya.
"Kita lihat stand lainnya dulu, yuk!" ajak Victor.
Aulia hanya menganggukan kepala. Dia juga tidak ingin membuang waktu hanya demi membeli makanan itu. Namun, dia merasa ada yang ganjil. Seperti ada seseorang yang sedang memperhatikannya dari jauh. Dia tidak dapat melihat siapa orang itu karena tertutupi oleh padanya orang-orang di sekitarnya.
Victor melihat Aulia terus memperhatikan sekitarnya. Alisnya pun sedikit mengkerut ke dalam. Seolah ada ketakutan yang sedang dia rasakan saat ini.
"Kamu enggak apa-apa?"tanya Victor.
Sontak wajah Aulia menghadap pada wajah Victor. Bibirnya sedikit terbuka. Perlu beberapa detik untuk menjawab karena rasa terkejutnya.
"Enggak.. Enggak apa-apa."
Aulia tidak ingin merusak acara mereka malam ini. Malam Natal pertama mereka. Pasti cuma perasaanku aja. Di dalam hati, dia berusaha menenangkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Genç Kurgusebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...