Masih di tempat yang sama. Rumah tempat Victor berdiam. Victor mengambil kotak obat dan membawakannya ke tempat Aulia duduk saat ini. Sesampainya ia di tempat Aulia, ia membuka kotak itu dan mengambil perban serta krim untuk otot. "Mana yang terkilir?"
Aulia hanya melihat pergelangan kaki kanannya. Victor memegang kaki itu dan memberikan krim itu. Sebelum memberikan krim untuk otot terkilir, dia berikan obat untuk luka kecil yang ada di dekat pergelangan kakinya itu. Untung tidak dalam. Hanya sedikit goresan berwarna merah.
"Tahan, ya! Obatnya akan terasa perih dan krimnya nanti akan terasa panas selama beberapa menit." Setelah mengoleskan obat-obatan itu, dia membantu Aulia mengenakan perban.
"Mana tanganmu yang terluka?"
Aulia tidak memberinya. Dia hanya menjawab, "Bukannya tanganmu yang terluka?"
Tidak ada sahutan dari Victor. Dia hanya menarik tangan kanan Aulia dan terlihat ada sedikit luka di lengan Aulia. Tidak separah luka pada siku Victor. Aulia menjadi terheran mengapa ia tidak mengobati sikunya terlebih dahulu. Setelah mengobati tangan Aulia, Victor berlutut dan mengobati lutut Aulia yang juga terluka.
"Siapa itu?" Suara seorang pria terdengar dari belakang. Perhatian mereka berdua langsung beralih pada sumber suara itu. Terlilhat seorang pria dengan rambut kecoklatan baru saja keluar dari kamar. Pintu kamar itu masih terbuka sedikit dan ada sebuah kasur yang dibungkus dengan kain berwarna hitam.
"Teman." Jawab Victor. "Aulia, this is my uncle, Nolan and Nolan, this is my friend, Aulia."
Nolan terus memperhatikan Aulia dengan rasa penasaran. Baru kali ini Victor mengajak temannya datang kemari apalagi perempuan. Nolan merasa hubungan mereka bukanlah hanya sekedar teman. Aulia menjadi kikuk karena pandangan Nolan yang tak kunjung berpaling dari wajahnya. Selain karena hal ini, Nolan merasa sangat familiar dengan wajah Aulia. Dia yakin kalau dia pernah bertemu dengan gadis ini. Melihat situasi yang sedang hening serta Victor yang masih fokus mengobati luka, Nolan ingin menunda pertanyaan ini.
Diam-diam Aulia sangat ingat dengan wajah itu. Aulia yakin dirinya tak salah. Dia adalah salah satu pria yang pernah dia temui beberapa tahun lalu. Di sebuah acara yang sangat dia tidak sukai saat itu. Pertemuan dengan banyak orang yang tak ia kenali. Sudah pasti juga tidak ada yang menginginkan acara duka itu.
Sudah lama acara itu berlangsung, tetapi semua kenangan masih tersimpan dalam ingatannya. Tidak ada sedikitpun kenangan yang indah dalam acara itu.
Victor menyadari akan kondisi situasi ini. Mereka berdua saling bertatap dengan rasa saling ingin tahu. Victor menjadi merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Dia tidak mengerti mengapa mereka saling menatap satu sama lain seperti itu. Dia berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Di mana lagi yang luka?"
"Hmm.. no more. Thanks."
Setelah mengobati semua luka Aulia satu persatu, Victor baru teringat akan sikunya. Dia berusaha mencoba mengobati sikunya sendiri. Aulia tidak ingin membantu mengobatinya dan hanya berusaha berdiri untuk mengambil tasnya dan pulang ke rumahnya. Pasti Aloys dan Carole sudah mencarinya. Masih terasa tidak nyaman untuk berdiri karena belum pulih. Terasa sakit saat harus menahan tubuhnya sendiri saat berdiri. Dia pun berjalan dengan terpincang dan perlahan-lahan sambil berpegangan pada dinding dekatnya.
Iba dengan cara Aulia berjalan. Sebelum menawarkannya, dia ingin menyampaikan sebuah pertanyaan yang dia tahan sejak tadi.
"Wait!" sorak Nolan.
Aulia terhenti dan kembali memandang wajah Nolan.
"Yes?"
"Could I know your father's name?"
Hening. Tidak ada yang terjadi dan tiba-tiba terdengar pertanyaan itu dari mulut Nolan. Ada apakah dengan ayahnya Aulia?
"Why are you asking about her father so sudden?" tanya Victor.
"Her face looks so familiar. Looks like one of my close friends in high school."
"Never mind if you do not want to tell me. I do not mean anything about it."
Aulia memalingkan wajahnya. Ia kembali berdiri dan berjalan keluar dari rumah mereka perlahan-lahan. Obat-obatan Victor letakkan di atas meja dan meletakkan tangan kanan Aulia pada pundaknya. Victor menyadari kalau tidak mudah bagi Aulia untuk berjalan ketika kaki masih terkilir. Nolan hendak menyusul dan menawarkan mereka untuk mengantarkan Aulia pulang dengan mobilnya. Karena mereka masih sampai di teras, Victor membantu Aulia masuk ke dalam garasi dan naik ke dalam mobil.
Pintu mobil untuk penumpang di belakang pun Victor bukakan sambil memegang tangan Aulia yang ada di bahunya. Setelah pintu terbuka, Victor membantu Aulia untuk naik ke dalam mobil perlahan-lahan.
"Hati-hati."ujar Victor dengan lembut.
Aulia hanya diam dan masuk ke dalam mobil. Pintu mobil pun mereka tutup dan Victor membuka pintu penumpang yang ada di sebelah driver. Semua sudah duduk pada posisi masing-masing termasuk Nolan yang sudah bersiap menyetir. AC mobil saat ini tidak mereka nyalakan karena dinginnya udara akibat hujan yang deras ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Teen Fictionsebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...