25. Kekhawatiran dan rasa bersalah

53 5 1
                                    

Sebuah kisah penyesalan yang dalam. Aulia justru ingin suatu hari Edgar yang merasakan hal itu atas perbuatannya pada Aulia selama ini. Untuk hal ini, ada sesuatu yang mengganjal di hati Aulia. Dia tidak mengerti mengapa tiba-tiba Victor mau menceritakan masalah pribadi padanya yang baru saja mulai berteman. Apa karena aku tidak memiliki teman hingga dia menjadi percaya kalau aku bisa jaga rahasia? Siapa yang akan ku ceritakan jika aku tidak memiliki teman seorangpun kecuali Victor?Teman? Apa aku sekarang sudah anggep dia sebagai teman? 

Dia melamun dan tidak sadar bahwa Victor juga melakukan hal yang sama. Lagu sudah berganti tetapi mereka tetap terjatuh dalam pikiran mereka masing-masing. Angin sepoi-sepoi menemani mereka sesaat. Udara juga menjadi semakin dingin. Mereka masing-masing yang sudah mengenakan jaket sejak tadi mulai kedinginan. Pergantian musim ini memang menyejukkan tetapi menjelang langit yang mulai gelap, angin mulai terasa menusuk tubuh mereka. Semakin lewatnya waktu, udara semakin dingin. Mereka pun saling bertatap.

"Kamu mau pulang?" tanya Victor. Victor melepaskan earphone itu supaya Aulia dapat bergerak dengan bebas.

Aulia hanya mengangguk. Perempuan ini berdiri lalu mengenakkan kembali tas ranselnya. Victor ikut berdiri dan memakai tas ranselnya kembali. Dia berniat untuk menemaninya pulang. Selama perjalanan, mereka kembali terjatuh dalam pikiran masing-masing. Teman? Aulia kembali menanyakan ucapannya tadi. Dia tidak mengerti mengapa saat ini dia mulai mau mempercayai Victor sebagai temannya. Tidak pernah dia melakukan hal ini semenjak kebencian pada ayahnya menjadi sangat dalam. Dia mengalihkan lamunannya itu dengan mengganti lagu yang sedang mereka dengar bersama. Dari lagu tadi menjadi lagu Our story by VK.

Selama perjalanan mereka ini, Aulia tetap masih memikirkan kejadian yang Victor ceritakan tadi. Sebuah rasa iba mulai muncul pada Victor. Di balik wajahnya yang ceria dan suka penasaran, ada tragedi tersendiri yang pernah dia alami. Yang selama ini dia pikirkan pun lebih kepada dirinya sendiri yang sudah tidak lagi dapat mempercayai siapapun.  Apakah selama ini aku hanya memikirkan kepahitan ini?Atau aku terlalu mengkasihani diri sendiri? Merasa aku yang paling menderita?

Suara gesekan dedaunan terdengar. Aulia berpikir itu cuma suara daun yang tergeser karena angin ringan. Bukan hal yang penting. Dia masih tetap bertanya-tanya dengan dirinya. Mungkin kenyataan yang dialami orang-orang juga tidak seindah yang tampak saat ini. Aku yang terlalu ego. Selama bertahun-tahun hanya kasihani diri sendiri dan tidak pernah memperhatikan sekitar. Tetapi dia ingat lagi kejadian dia ditinggalkan oleh Edgar. Dia masih belum bisa menerima kejadian itu --belum lagi saat Edgar tidak mempedulikannya ketika dia masuk di UGD. Dia merasa dia saat itu hanya melakukan hal bodoh karena masih mau berharap pada Edgar apalagi mempercaya harapan palsu yang diucapkan oleh Aloys dan Carole. Meski dia tahu tidak hanya dirinya yang memiliki masalah, dia tetap tidak mau kembali menerima Edgar di dalam hidupnya. Dia ingin membuang semua kenangan itu jauh dan tidak mengingatnya lagi.

***

Gelap. Langit sudah tak lagi seramah tadi. Hanya bintang-bintang yang menyapanya saat ini. Bulan pun enggan untuk menunjukkan dirinya. Tidak ada lagi orang yang bersamanya di tempat ini. Setelah dia kembali menyendiri, tetaplah informasi yang dia dengar dari Nolan terus menghantuinya. Selama berjam-jam dia terus tidak tenang dan kepikiran untuk melihat kondisi Aulia dengan mata kepalanya sendiri. Dia pikir Aulia selama ini baik-baik saja. Meski ia sudah lama bersembunyi dari Aulia, naluriny sebagai seorang ayah tetaplah ada. Dia selalu berasumsi kalau menghindari Aulia adalah pilihan yang terbaik daripada bertemu dengan kesalahan fatal saat itu. Kesalahan fatal yang membuat dia semakin tidak layak untuk menjadi seorang ayah bagi gadis manis itu. 

Ya, ia masih tidak percaya kalau Aulia menjadi seperti itu. Siapa tahu Nolan hanya salah sangka tentang Aulia. Tanpa memberi kabar, dia segera berkemas beberapa keperluannya untuk besok. Dia berniat untuk kembali lagi datang ke rumah lamanya. Toko minuman anggur yang menjadi incaran para turis di kota ini. Sepasang kakek dan nenek yang terkenal sangat ramah pada semua pelanggan. Perlu sebuah keberanian untuk kembali lagi ke tempat ini. Dia tahu ada resiko Aloys dan Carole akan menegurnya secara halus atau keras. Tetapi dia sudah menyiapkan mentalnya untuk menerima semua resiko. Resiko terburuk adalah dia diusir dari keluarga ini. 

Mengetahui hari sudah petang, dia berniat untuk datang ke sana besok pagi. Di tengah Aulia sedang sekolah agar bisa fokus meminta maaf pada Aloys dan Carole terlebih dahulu sebelum menemui putri tunggalnya. Jauh lebih berat baginya untuk dapat meminta maaf dan menemui puterinya ini daripada orang tuanya. Semua karena rasa bersalahnya yang sangat dalam pada Aulia. Dia merasa dirinya adalah ayah terjahat yang ada di dunia ini. 

Esoknya, tanpa menunggu lagi, dia langsung mencari transportasi untuk kembali ke sana. Setelah turun di lokasi dekat toko itu, dia berjalan ke sana. Tidak tahu bagaimana respon mereka padanya saat ini. Lampu dalam toko itu sudah menyala tetapi dari balik kaca toko itu, terlihat jelas tulisan 'closed'. Wajah seseorang yang sudah lama tidak dia lihat saat ini berada di balik pintu kaca itu. Dia melihat Aloys sedang menata botol dan menggosok botol itu dengan kain satu per satu. Suara gesekan pintu itu menarik perhatian Aloys. Aloys kira ada pelanggan yang datang di pagi hari. Toko belum buka. Ternyata bukan pelanggan yang datang melainkan putra tunggalnya yang sudah lama bersembunyi. Mata Aloys membelalak menatap pria itu. Dia masih terkesima dengan kedatangannya. Apa itu karena temannya yang berniat ingin menjenguk Edgar kemarin? Aloys hanya bertanya di dalam hatinya. Dia takut ini hanya imajinasi belaka. Perlu waktu bagi dia untuk menyadari kalau ini bukanlah imajinasi. 

Lost Daddy (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang