Pemandangan yang sama seperti kemarin terlihat lagi di mata Victor. Aloys pun mengerti mengapa Victor masih datang kembali. Victor masih belum menyerah untuk menemui Aulia. Carole pun menghargai usaha Victor dalam mendekati Aulia. Meski mereka masih berteman, Aloys dan Carole menginginkan jika mereka bisa menjalani hubungan yang lebih serius lagi.
Hari esoknya, kedatangan Victor tampak dengan jelas lagi. Carole mengetuk pintu kamar Aulia tetapi tetap tak ada respon. Yang kedua ini tetap gagal untuk melihat wajah gadis itu kembali.
"Aulia.."panggil Carole yang kedua kalinya.
Aulia tetap tidak meresponnya. Carole hanya turun dan memberi kabar pada Aloys dan Victor. Aloys dan Victor juga tidak tahu harus bagaimana lagi. Hanya mencoba lagi esok hari yang ada di pikiran mereka saat ini.
Hari ketiga datang. Victor kembali terlihat di dalam toko itu. Kali ini gantian Aloys yang mencoba memanggil Aulia. Sejak awal Aulia mengurung diri, ia juga jarang keluar dari dalam kamar. Hanya keluar saat dia sedang kelaparan dan ingin mengambil makanan di meja makan. Tetapi dia tetap tidak memberi reaksi sedikit pun saat Aloys dan Carole mengajaknya berbicara. Sikap ini sudah biasa di mata mereka berdua karena ini juga yang terjadi sebelum ada Victor di hidup mereka.
Suara ketukan pintu terdengar lebih kencang dari kemarin. Aulia sudah tahu kalau yang mengetuk pintu bukanlah Carole melainkan Aloys. Dia sudah hafal dengan perbedaan ini. Aulia tetap tidak ingin merespon. Dia sangat kecewa dengan ini.
"Aulia." Aloys takut kalau dia langsung menyebut nama Victor, Aulia akan langsung tidak memberi respon.
"Can I come in?" lanjut Aloys.
Kalimat itu membuat Aulia heran. Dia kira dia akan diminta untuk turun menemui Victor lagi.
Aulia membukakan pintu. Wajah Aloys terlihat dengan jelas. Aloys sedang mengenakan kacamatanya. Pasti dia baru saja habis menghitung uang atau membaca sesuatu. Aloys jarang sekali mengenakan kacamatanya saat di luar aktifitas dua itu.
"Yes?" respon Aulia.
Aloys menginjakan kakinya selangkah. Aulia pun menggeser untuk memberi jalan pada Aloys untuk masuk ke dalam kamar.
Aloys duduk di atas tempat tidur Aulia bagian ujung dekat pintu. Tubuh Aloys tetap terlihat tegap di usianya yang sudah tujuh puluh tiga tahun. Dia tidak kalah hebatnya juga dengan Edgar dalam bermain basket. Aulia tahu kalau ayahnya dan Aloys sangat mencintai basket saat remaja. Namun itu tidak mengundang ketertarikan bagi Aulia untuk ikut masuk ke dalam dunia olahraga. Dia tetap mengikuti jejak ibunya, Kana, yakni dunia musik instrument.
Entah mengapa melihat kedatangan Aloys ini mengingatkan Aulia mengenai semua itu. Mungkin karena sudah lama dia tidak memperhatikan Aloys sedetail saat ini.
"Sini, duduk di sebelah grandpa."kata Aloys.
Aulia ikut duduk di atas tempat tidurnya.
"Kalau kamu enggak keberatan, mau cerita sama kakek tentang kejadian saat dinner dengan Victor?"
Aulia hanya menunduk memandang celana pendeknya yang terlihat sporty. Berwarna ungu tua dengan lambang sehelai daun pada bagian ujung kanan. Dia masih merenungkan pilihan untuk bercerita atau tidak. Tetapi dia juga sudah lelah untuk menanggung semuanya seorang diri. Ia mencoba mengingat lagi. Sejak kejadian dia masuk UGD, dia menjadi sangat cuek dan dingin pada Aloys. Sudah lama juga dia tidak merasakan kehangatan perhatian Aloys dan Carole.
Bibir Aulia yang terkatup menjadi terbuka sedikit demi sedikit.
"Victor akan pindah ke Strasbourg. Aulia enggak mau ditinggal kayak gini. Aulia ngerti ini juga demi masa depannya tetapi Aulia takut kalau ditinggal dan akhirnya Aulia hanya dilupakan seperti waktu dengan Edgar saat itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Teen Fictionsebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...