37. Mengapa aku..

42 2 0
                                    

Hari ini Senin. Jarum jam menunjuk pada pukul 3.30pm. Ia ingat kalau sebentar lagi pertandingan basket akan dimulai. Aulia tidak mengerti mengapa dia terus dihantui oleh selembar kertas yang diberikan oleh Victor kemarin jumat. Bukan mengenai kertas itu melainkan pesan yang tersampaikan pada kertas itu. Nomor telepon beserta ajakan untuk datang menonton dia bermain basket. Lokasi lapangan itu lumayan jauh dari area rumah Aulia. Perlu waktu sekitar empat puluh lima menit untuk menggapai lapangan itu.

Gak ada gunanya juga aku datang. Cuma buang-buang waktu apalagi perjalanannya yang jauh. Keluhan ini kembali berkata-kata di dalam hati dan pikirannya. Ponsel yang sejak tadi ada di genggamannya dia letakkan pada meja kecil di sebelah tempat tidurnya.

Tidak jauh pula dari kebiasaannya sehari-hari. Earphone selalu menempel pada telinganya; kecuali saat tidur. Lagu The truth that you leave by pianoboy sedang berdenting. Dentingan tuts piano saling melengkapi membentuk lagu yang indah ini. Dia bangun dari posisi rebahan ini dan membuka lemari. Tangannya mengambil baju pergi serta celana jeans selutut. Dari pada bosan berada di kamar, dia ingin kembali duduk di atas dahan pohon biasanya.

Kesempatan menyendiri tanpa ada gangguan ini tidak ingin ia sia-siakan. Idaman yang sudah ia tunggu. Menyendiri di tempat tinggi dan dikelilingi oleh dahan-dahan pohon. Kakinya menapakan anak tangga satu per satu dengan cepat dan bergegas mengambil sepatu dan keluar dari rumah. Dia berjalan dengan antusias ke tempat dia bersembunyi biasanya.

Ide kegiatan ini muncul di hari ketiga dia kembali masuk sekolah setelah libur musim panas, dia ingin bersembunyi di atas pohon itu. Sayangnya dari awal dia ingin melakukan hal ini, sebuah gangguan datang. Baru akhir-akhir ini dia bisa menikmatinya. Dia juga tidak mencari tahu kenapa cowok itu akhir-akhir ini tidak bisa datang. (Victor tidak kasih kabar kalau harus latihan basket untuk pertandingan). Aulia masih tidak mengerti ketidakdatangan cowok itu merupakan sebuah keberuntungan atau tidak. Aulia kembali teringat saat dia mulai menyendiri tanpa gangguan dari laki-laki itu, ada sebuah kekurangan yang dia rasakan. Ataukah diam-diam keberadaannya telah menutupi rasa kesepiannya selama bertahun-tahun?

Ah, nanti juga terbiasa sendiri di sana. Dia tetap berjalan ke tempat itu. Tak henti dia berusaha menyangkal yang ada di hatinya ini. Semakin lama, dia semakin merasa seperti di tekan. Mengapa seperti ada yang sangat mendorongku untuk pergi ke sana? Tidak mengerti lagi arti perasaan ini. Haruskah aku datang?

Langkah terhenti. Dia termenung dengan perasaan dia yang saling beradu. Yang manakah yang harus dituruti? Memikirkan pilihan yang membingungkan ini; antara pride atau selfless. Juga dia tidak mengert mengapa Victor sering muncul dalam kepalaku ini sejak dia datang terakhir itu?

Akhirnya dia memutuskan untuk tetap menyendiri di atas pohon. Menikmati kesunyian dan ketenangan. Dengan ditemani oleh dentingan piano, pasti akan sangat nyaman. Apalagi kali ini tidak ada yang mengganggu kecuali jika ia bertemu dengan ayahnya kembali. Beliau sudah tau tempat persembunyian Aulia. Aulia menjadi berpikir lagi. Apa aku benar-benar akan tenang? Atau saat ini dia sedang mengikutiku lagi?

Kepala Aulia menoleh ke kanan dan kiri serta dia memutar tubuhnya untuk melihat ke belakang. Dia menjadi merasa tidak aman dengan kondisinya saat ini. Dua orang suka mengikutinya. Yang satu sedang bermain basket sedangkan satunya tidak tahu sedang apa dan berada dimana.

Rambut-rambut kecil yang ada di tangannya menjadi bergidik. Tidak tenang dengan kondisi ini. Dia memikirkan lagi untuk kembali ke dalam kamar. Tempat yang paling nyaman bagi dia saat ini. Tidak ada yang dapat mengganggu. Jika ia tidak ingin diganggu sama sekali, ia hanya perlu mengenakan earphone dan mengencangkan volume.

Arah langkahnya kembali mengarah ke rumah. Dia terus memikirkan hal-hal ini hingga tidak menyadari bahwa lagu yang dia dengar sudah berganti lagu lain 3 kali. 3 lagu masuk ke dalam telinga tetapi tidak terasa karena pikirannya dia yang tidak fokus. Kenapa aku jadi seperti ini? Belum lagi dorongan di hatinya untuk melihat Victor juga belum hilang. Sejak kapan aku jadi labil?

Lost Daddy (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang