Yang di bab sebelumnya bikin baper, ya.. :(Apalagi pas sadar kalo Victor harus segera memikirkan penjurusan kuliahnya.
Daripada kebanyakan ngobrol di sini, yuk baca lanjutannya. :)
***
Karena hasil pertandingan basket kemarin yang tidak sesuai ekspektasi, tim sekolah mereka sudah tidak lagi lanjut dalam pertandingan. Mereka mendapatkan lawan yang sangat berat dalam pertandingan pertama. Tidak hanya para murid tetapi pelatih mereka pun juga kecewa dengan hasil kemarin. Satu hal yang menutupi rasa kecewa Victor dalam hal itu, yakni keterbukaan Aulia. Tetapi di saat yang sama, Victor menjadi mulai memikirkan jurusan kuliah yang akan menjadi efek besar dalam karirnya di masa depan.Setelah sekolah hari ini usai, Victor kembali datang ke pohon tempat dia dan Aulia biasa bertemu. Mereka kembali menikmati lagu instrument bersama di tempat itu. Room with a view by Yiruma. Setelah mulai ikut mendengarkan lagu seperti ini, Victor mulai dapat menikmati lagu instrumental piano juga.
Dia mencari kesempatan untuk membicarakan mengenai studi-nya. Dia sudah harus bersiap-siap untuk kuliah nanti. Matanya terus melirik ke Aulia. Aulia bersandar di dahan sebelahnya dan bersandar sambil memejamkan mata.
"Aulia..."
Kelopak mata Aulia yang menutupi mata terbuka perlahan-lahan. Aulia memandang wajah Victor. Melihat tatapan mata yang terlihat polos itu, Victor menjadi kikuk.
"Ya?"
Victor melihat ke arah lain sesaat lalu melanjutkan percakapan.
"Mulai minggu depan..."
Terhenti. Kata-kata yang ingin dia sampaikan tertahan di tenggorokan. Aulia hanya diam dan menunggu lanjutan kalimat yang ingin Victor sampaikan.
"....aku harus mulai bersiap-siap untuk kuliah. Aku belum tahu akan ambil jurusan apa dan di universitas apa."
"Then?" Aulia bertanya seolah mengintrogasi Victor.
"Waktu yang bisa aku beri buat kamu akan berkurang karena harus belajar untuk persiapan."
Aulia menatap ke depan dengan pandangan kosong. Dia tidak ingin Victor melanjutkan pembicaraan ini.
"But, you can study here, right? Just bring your book and read here."tegas Aulia.
Victor tahu Aulia tidak ingin ditinggal. Di tengah lamunan Aulia, Aulia melihat ada seseorang yang memperhatikan dari balik pohon ke empat setelah pohon yang dia duduki ini. pembicaraan seperti ini serta melihat wajah itu membawa rasa ketidaknyamanan bagi Aulia. Ingin rasanya bergegas pergi dari sini.
Aulia turun dari pohon. Victor sangka Aulia marah karena pembicaraan ini. Dia ikut turun dari satu dahan ke dahan lain. Ketika Victor meraih dahan paling bawah, dia melihat seorang pria berdiri memperhatikan Aulia yang sudah berlari menjauh dari mereka.
Apa itu ayah Aulia? Victor teringat saat dia mencoba melihat villa mereka, beliau sudah tidak ada di sana. Apakah sekarang beliau sudah tinggal di Colmar juga? Apa beliau tinggal satu atap dengan Aulia? Kenapa kemarin aku enggak lihat? Apa dia sedang di dalam kamar?
Victor merespon pria itu. Langkahnya terus mendekati Edgar.
"Are you Aulia's Dad?"
Mata Edgar membelalak mendengar pertanyaan itu. Apa Aulia sangat terbuka dengannya?
Mata Edgar menjadi berkaca-kaca. Melihat sebuah ketulusan di mata Victor, dia menyampaikan kondisi mereka berdua saat ini. Sebuah pesan yang dalam Edgar titipkan pada Victor untuk disampaikan pada Aulia. Sebelum ini Edgar sudah menyampaikannya sendiri. Namun tetap rasa bersalah dan penyesalan ini terus menghantuinya.
Victor mendengarnya dengan baik tanpa memotong pembicaraan ini. Edgar juga menyampaikan kalau saat ini Edgar tinggal di sebuah kos yang disewakan oleh Aloys untuk sementara. Aloys meminta dia untuk tidak tinggal satu rumah dengan Aulia dengan tujuan menghindari konflik semakin besar.
Mendengar kabar ini, Victor mengerti kenapa kemarin setelah pertandingan dia tidak melihat Edgar di rumah mereka.
***
Di tengah langkahnya berlari, Aulia melihat ke belakang untuk memastikan dia tidak diikuti oleh Edgar. Namun, dia justru melihat Victor berdiri di bawah pohon dan menatap Edgar. Kaki Aulia berhenti. Dia terus mengamati Victor. Apa dia mau bicara dengan Edgar? Aulia bertanya-tanya sendiri di hati.
Semakin lama, langkah Victor semakin dekat dengan Edgar. Dia melihat mereka berdua berbincang. Apa mereka membicarakanku? Emosi Aulia menjadi naik. Kenapa Victor bicara dengannya? Itu bukan urusan Victor!
Aulia mendesah untuk menurunkan emosinya. Pandangannya kembali lagi ke semula dan dia melanjutkan langkahnya menuju ke rumah. Aloys dan Carole melihat Aulia pulang sendiri. Mereka mau menyapa Aulia seperti biasa. Raut wajah Aulia terlihat penuh dengan kesedihan dan emosi yang tertahan. Mereka mengurungkan niat mereka untuk menyapa dan hanya memperhatikan Aulia naik tangga menuju ke kamarnya.
Buat apa dia ikut campur?
Kenapa dia bicara dengannya?
He is not my Dad anymore!Stop talking to him!
Tangisan keluar tanpa diperintahkan. Dia kecewa dengan Victor apalagi melihat Edgar kembali masuk dalam kehidupannya. Dia tidak ingin melihat keberadaan Edgar lagi.
***
Suara kerumunan murid-murid di kelas terdengar. Tidak ada yang menghentikan ributnya suara ini. Semua guru juga sedang beristirahat di ruang guru dengan menikmati minuman dan makanan yang tersedia untuk mereka. Suasana sungguh ramai di tengah jam istirahat ini. Aulia hanya duduk sendiri di ruang musik. Memperhatikan banyaknya tuts piano membawanya ingin kembali memainkan piano ini.
Sejak tinggal bersama Aloys dan Carole, dia tidak pernah lagi memainkan piano di rumah karena tidak ada piano di sana. Rumah mereka tidak luas dan sudah penuh dengan stok botol anggur yang akan dijual. Berbeda dengan rumah dia yang bersama Edgar dulu. Rumah mereka hanya satu lantai dan ada piano yang tidak besar di dalam living room.
Mengingat rumah dia yang dulu, dia kembali rindu pada masa lalunya. Menjalani hari demi hari bersama orang tua sangatlah menyenangkan. Kenangan itu tidak pernah dia lupakan. Kenangan yang membawa sebuah kepuasan tetapi juga luka. Sudah tidak mungkin dia dapat kembali merasakannya. Dia ditinggal seorang diri oleh mereka yang satu-per-satu pergi dari hidupnya.
"Ting!" Suara dentingan salah satu tut piano terdengar. Seseorang dari belakangnya menekan tuts piano nada tinggi. Aulia menoleh ke belakang. Victor tersenyum dengan rasa bersalah mengenai pembicaraan kemarin. Dia juga sudah menghubungi orang tuanya semalam. Orang tuanya menginginkan dia lanjut studi di Strasbourg karena lebih menjamin daripada di Colmar. Dia harus pindah ke kota lain demi masa depannya.
Belum lagi dia tidak tahu bagaimana harus menyampaikan hal ini pada Aulia. Kalau aku tinggal ke sana, apa dia ada teman lain yang bersamanya? Victor menjadi khawatir melihat dia seorang diri lagi. Gimana kalau waktu dia duduk di dahan itu, gak sengaja terjatuh lagi seperti waktu itu? Khawatir kembali karena teringat moment itu.
Aulia tidak meresponnya. Dia kembali memperhatikan tuts piano dan memikirkan lagu apa yang akan dia mainkan. Memikirkan macam-macam lagu, jarinya kembali melentik di atas tuts piano. Lagu Lit-ost Koe no katachi mulai terdengar perlahan-lahan. Dari awal lagu yang lembut dan tenang, tiba-tiba berubah menjadi cepat dan emosional. Victor merasakan lagu ini memiliki kisah sendiri yang disampaikan secara tersirat.
Mereka berada di tempat yang sama dan berdekatan. Pikiran mereka berada pada tempat yang jauh. Namun lagu ini seperti menyatukan perasaan mereka berdua. Dengan diakhiri bagian yang kembali terdengar lembut dan tenang, perlu waktu beberapa detik bagi mereka berdua untuk kembali ke posisi mereka saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Teen Fictionsebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...