Langit berwarna orange kekuningan menyelimuti langit saat ini. Awan berwarna abu-abu muda menghiasi semua itu. Hari terakhir Christmas market saat ini akan membuat jumlah orang-orang yang datang lebih banyak dari sebelumnya. Selama berjalannya acara itu juga, Aulia sudah penat dengan seseorang. Victor tahu Aulia menjadi terus menggerutu sejak kemarin.
Tidak hanya dua kali mereka melihat Edgar mengikuti dari jauh. Ketiga adalah saat mereka sedang menongkrong di cafe saat ini. Dari kejauhan, di dalam lorong kecil jarak antar dua bangunan, seorang pria kembali memperhatikan mereka. Jaket hitam serta celana hitam. Mengenakan topi juga berwarna hitam. Seperti seorang mata-mata yang ada di dalam film.
"Aulia..." Wajah Aulia masih tetap bersungut-sungut.
"Kamu mau kita berkumpul di dalam rumahmu saja enggak?"lanjut Victor.
Aulia hanya menganggukkan kepalanya. Victor pun segera meminta bill untuk membayar pesanan mereka di cafe ini. Sisa jajanan yang sedang mereka nikmati ini pun dibungkus dan mereka bawa pulang ke rumah Aulia.
Di tengah perjalanan mereka, Victor melirik ke tempat Edgar berada. Edgar sadar dengan lirikan itu. Mereka lihat. Edgar menjadi merasa bersalah karena ketahuan dengan perbuatannya ini.
Sekarang, tidak hanya rasa bersalah tentang masa lalu yang mengikutinya tetapi juga rasa bersalah tentang perbuatannya ini. Apa aku salah kalau aku ingin memperhatikan puteriku dari jauh?
***
Toko sedang dipenuhi oleh banyak pelanggan. Sebagian besar pelanggan mereka adalah turis. Turis lokal maupun internasional sedang antri menunggu giliran mereka memilih anggur di toko ini. Victor dan Aulia masuk ke dalam toko.
"Oh.. kalian sudah pulang?"
"Iya, kek. Kami mau kumpul di living room. Boleh kan?"tanya Victor dengan nada lembut.
"Okay. Aulia, kamu jangan lupa ambilkan minum untuk Victor." Aloys mengingatkan Aulia supaya tidak lupa.
Aulia hanya menjawab dengan sebuah senyuman yang tidak ikhlas. Bukan tidak ikhlas karena tidak mau mengambilkannya tetapi karena mood yang masih tidak baik akibat Edgar. Aloys sudah biasa melihat ekspresi itu. Dia pun tidak menegur Aulia dan hanya kembali fokus melayani customer. Aloys dan Carole hanya mengambil libur sehari untuk romantic dinner, sisanya mereka kembali menjaga toko karena tidak mau rugi di saat ada banyak turis yang datang kemari.
Jaket serta syall dan topi mereka gantung pada tiang penggantung pakaian di dekat pintu masuk sana. Rumah ini sudah dipasang alat penghangat ruangan. Tanpa mengenakkan semua itu sudah membuat nyaman. Victor duduk di sofa dan Aulia mengambilkan air mineral di dekat dapur. Dapur rumah ini terbuka dan menjadi satu ruangan dengan living room karena keterbatasan luas tanah. Tetapi desain kuno khas Alsace membuat ruangan ini terasa sangat homey.
Gelas kaca berisi air mineral yang hangat Aulia letakkan di atas meja dekat sofa. Victor mengambil sebuah kotak kecil berisi sisa makanan tadi dan meletakkannya di atas meja. Gorengan seafood yang terpotong dalam ukuran sedang. Serta ada kulit ikan salmon yang digoreng terpisah dari dagingnya. Terasa crispy dan lezat.
Aulia duduk di sebelah Victor. Karena ingin memecahkan suasana yang tidak enak ini, Victor sengaja mengambil kulit salmon yang crispy dan menyuapkannya pada Aulia.
"Aaaa..."kata Victor meminta Aulia membuka mulutnya.
Karena geli melihat tingkah Victor, Aulia menahan tawa dan membukakan mulutnya. Potongan jajanan itu pun masuk ke dalam mulut Aulia. Mereka hanya saling menatap dengan berbinar-binar. Aulia tidak ingin kalah dari Victor. Dia pun mengambilkan potongan udang yang digoreng tepung itu dan menyuapkan balik pada Victor.
Victor terbahak dengan tingkah Aulia. Mulutnya terbuka lebat menertawakannya. Aulia tidak ingin kalah dan langsung memasukkan makanan itu ke dalam mulut Victor. Victor langsung menutup mulutnya dan menikmati makanan itu.
"Enak, ya!"
"Udah dari tadi kita makan ini, kamu baru bilang enak sekarang."gerutu Aulia. Dia sengaja berpura-pura cemberut untuk menarik perhatian Victor lebih lagi.
"Ih.. jangan ngambek dong! Sini aku suapin lagi." Ganti potongan rumput laut yang digoreng kering Victor ambil.
Mereka terus menikmati canda tawa ini. Tanpa harus pergi keluar, menikmati rumah ini dan saling memperhatikan, itu sudah merubah semua kondisi yang tak menyenangkan tadi.
***
Semua tawa yang terjadi kemarin sangatlah lebih dari cukup bagi Aulia. Cara Victor mengalihkan perhatiannya sungguh memuaskan dirinya. Tetapi hal itu tidak merubah kondisi saat ini. Aulia sudah muak melihat Edgar yang terus mengganggu hidupnya.
Apa aku bisa ikut Victor sekolah di Strasbourg? Ide itu tiba-tiba datang dengan sendirinya di benak Aulia. Dia kembali membuka buku pelajaran sekolahnya dan melihat nilai-nilai yang dia dapatkan dari tugas dan ulangan harian. Semua antara tidak tuntas atau mepet dengan nilai rata-rata.
Dia menjadi tidak percaya diri untuk pindah ke sana. Apa aku enggak bisa kejar semua ketinggalan ini lalu pindah ke program diplomma di sana sebelum ambil degree? Pemikiran itu menjadi salah satu option yang bisa dia pilih. Tetapi dia juga berarti harus banyak belajar untuk mengejar semuanya. Supaya bisa transfer ke sekolah yang ada di Strasbourg. Dia tidak peduli sekolah apa yang akan menerimanya. Hanya ingin terbebas dari Edgar.
Tapi kalau Aloys beri tahu Edgar tentang keberadaanku di sana.... Ketakutan hal lain mendatanginya. Sangat mungkin hal itu terjadi. Apalagi kalau Edgar tak kunjung menyerah untuk berusaha membujuk Aloys memberitahu semua ini.
Christmas market telah usai di Colmar. Tetapi hiasan Natal masih menghiasi bangunan di sini. Aulia memperhatikan semua hiasan itu dari dalam kamarnya melalui jendela itu. Namun semua itu tetap tidak dapat mengalihkan pikiran Aulia dan ide ini.
"Ting!" suara dering ponsel terdengar. Sebuah pesan whatsapp terlihat pada notifikasi. Nama yang sangat tidak asing tertulis di sana tetapi pesan tidak terlihat karena hanya tertulis 'sticker'. Orang itu mengirimkan sticker padanya. Dia buka pesan itu dan melihat lambang stickernya.
Sticker berbentuk sepasang laki-laki dan perempuan sedang berpelukan. Laki-laki berambut cokelat dengan pakaian berwarna biru serta perempuan dengan rambut hitam dengan dress berwarna pink. Aulia hanya geli melihat Victor mengirimkan sticker itu.
Sudah bangun?
Aulia segera membuka keyboard pada layar ponselnya.
Sudah. Hari ini kita mau ke mana?
Aulia ingin bertemu dengan Victor lagi. Tulisan typing tertera di bawah nama Victor Annoying boy. Melihat nama itu, Aulia juga baru sadar dia belum mengganti nama Victor pada ponselnya. Dia memberi nama itu saat masih sebal dengan cara Victor yang sering mengganggu kenyamanannya.
Mau ikut ke Strasbourg enggak? Aku mau lihat-lihat kos di sana.
Baru saja Aulia terbayang untuk ikut ke sana, Victor justru mengajaknya bermain ke sana. Apa aku coba sampaikan ke Victor tentang hal ini? Siapa tahu Victor setuju hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Genç Kurgusebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...