Hi all readers.
thank you sudah baca sampai sini.
jangan lupa vote dan commentny dong untuk semangatku nulis!***
Sudah lama tidak melihat wajah putera tercintanya. Aloys masih belum percaya dengan apa yang ada di depan matanya saat ini.
"Edgar."gumam Aloys. Botol pun diletakkan. Daripada menyambut Edgar, Aloys justru membuka pintu ke dalam rumahnya dan berseru, "CAROLEEE! YOU SHOULD COME HERE NOW!"
Perhatian Carole yang sedang mengaduk adonan kue kering di dapur teralihkan oleh suara itu. Dia tidak mengerti kenapa Aloys memintanya untuk keluar saat ini. Dia bergegas ke wastafel untuk mencuci tangannya yang diselimuti oleh tepung. Setelah tidak ada lagi tepung yang menempel di tangannya, Carole segera keluar untuk menjawab panggilan itu. Hal yang sama terjadi pada Carole. Nenek dengan celemek berwarna merah muda ini terdiam di dekat pintu dan hanya memandang seorang pria yang masih berdiri di dekat pintu masuk itu. Carole masih belum percaya kalau dirinya melihat Edgar. Mereka berdua masih perlu waktu untuk menerima kedatangan ini. Mereka tetap takut semua ini hanya sebuah imajinasi belaka.
"Aku enggak bermimpikan?"tanya Aloys pada Carole.
Carole pun menggosok matanya dan tetap terlihat keberadaan Edgar. Carole belum menjawab pertanyaan Aloys. Mereka masih perlu waktu untuk menerima bahwa ini bukan imajinasi belaka. Setelah lama sekali tidak pernah terlihat wajah itu di mata mereka, kehadirannya yang sudah lama mereka rindukan ini sangat mengejutkan nan mengharukan.
"Dad.. Mom.."panggil Edgar dengan lemas. Dia lemas bukan karena tidak berniat menemui mereka melainkan rasa bersalah yang dalam karena sudah merusak semuanya. Suara itu semakin meyakinkan mereka tentang realita ini. Mereka tidak bermimpi ataupun berimajinasi. Edgar benar-benar ada di sini. HE IS HERE.
"Enggak.. dia ada di sini." jawab Carole merespon pertanyaan Aloys. Kedua tangan Carole menutup setengah wajahnya bagian hidung ke bawah. Tangisan haru menetes dengan sendirinya. Dia segera mendekati Edgar dan memeluknya. Edgar juga hanya menangis. Aloys ikut menyusul memeluk Edgar. Rindu merasakan pelukan ini. Mereka sudah lama ingin merasakan pertemuan ini lagi. Aloys menjadi berpikir perubahan ini ada kaitannya dengan kedatangan Nolan kemarin. Dia merasa sangat berhutang budi dengan Nolan yang sudah memberikan sebuah perubahan pada masalah keluarga mereka ini. Aloys tidak mengerti seberapa dekat Nolan dengan Edgar saat remaja. Terlalu banyak teman yang dekat dengan Edgar saat itu. Dia juga tidak hafal semua nama teman Edgar saat remaja.
Setelah mereka saling berpelukan dalam waktu cukup lama, Aloys mengajak Edgar untuk masuk ke dalam rumah.
"Ayo masuk." Mereka masih berbunga-bunga dengan kedatangan Edgar ini.
Di luar dugaan, sambutan hangat justru dia dapatkan. Karena merasa tidak layak, Edgar tidak menjawabnya. Dia juga tidak melangkahkan kakinya. Tetap dalam posisi itu. Mereka berdua tidak mengerti kenapa Edgar tidak mau masuk. Tanpa menunggu, Edgar langsung bertanya keberadaan Aulia. Aloys dan Carole saling memandang. Mereka tahu kalau hari ini hari Minggu. Tidak mungkin Aulia sekolah juga. Namun, ia tidak ada di rumah. Mereka lihat Aulia tadi pergi bersama Victor entah ke mana. Mereka juga tidak berani menanyakannya.
"Dia pergi bersama temannya tapi kami enggak tahu mereka sekarang sedang di mana."
Edgar mendesah dengan panjang. Dia sudah tahu kalau Aulia juga pasti akan menghindarinya. Dia sadar bahwa dia adalah ayah yang sangat bodoh. Tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka. Edgar hanya keluar dari toko dan mencari Aulia. Yang dia tahu, Aulia dari kecil sangat suka pepohonan. Dia hanya mencari lokasi yang penuh dengan pepohonan. Di tengah perjalanan, dia melewati pepohonan. Dua orang terlihat sedang menikmati sebuah musik di bawah salah satu pohon itu. Seorang lelaki dan perempuan bersandar pada batang pohon yang besar. Mereka duduk berdekatan seperti pasangan anak remaja. Wajah perempuan itu sangat tidak asing baginya. Takut salah. Tangan kanannya pun menggosok matanya terlebih dahulu. wajah yang sama masih tetap terlihat. Sudah lama tidak bertemu tetapi pria ini tetap kenal anak perempuan itu.
Edgar pun berhenti dan bersembunyi di balik sebuah pohon. Apa dia Aulia? Edgar berusaha mengamati perempuan itu. Tidak berubah banyak wajahnya yang gabungan dari orang Indonesia dan Alsace. Rambut berwarna cokelat dengan wajah yang bulat dan terlihat manis.
Seorang lelaki juga duduk di sebelahnya.
Apakah itu keponakan Nolan?
Apakah dia baik pada Aulia?
Bagaimana dia bisa menjadi dekat dengan Aulia?
Apakah dia suka dengan Aulia?
Ataukah mereka sudah berpacaran?
Rasa penasaran dan khawatir pada hidup anak perempuannya kembali terasa. Melihat pertumbuhan anaknya saat ini, ada penyesalan yang sangat dalam di hatinya. Kenapa aku tinggalkan dia? Sekarang ia sudah besar. Banyak waktu yang terbuang karena egoisku. Edgar merasa sangat bersalah. Dia juga tidak yakin Aulia akan menerimanya. Apa aku cuma akan mengganggunya? Dia semakin tidak percaya diri untuk mendekati mereka.
Sudah lama dia meninggalkannya karena terlalu terjatuh dalam depresi. Seolah tidak ada orang lagi yang bersamanya. Dia melupakan bahwa masih ada gadis mungil ini yang sudah lama mencari dan menunggunya. Tetapi sebuah kesalahan yang fatal masih menghantuinya, mengenai kejadian Aulia masuk ke UGD saat itu. Dia tidak ada niat untuk memperlakukan Aulia sejahat itu. Sebuah kecerobohan yang berdampak besar bagi hubungan mereka berdua.
Apakah dia mau menerimaku?
Apakah dia masih menyayangiku?
Apakah dia ada kepahitan denganku?
Tidak ada sedikitpun keberanian untuk menyapanya. Dia hanya berjalan menginjak dedaunan yang sudah mulai gugur; meninggalkan tempat ini dan kembali ke tempat dia bersembunyi selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Teen Fictionsebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...