Layar ponselnya menyala dengan terang. Gambar peta terpampang dengan jelas. Arah tujuan yang dia tuju pun sudah tak jauh lagi. Melihat lokasi yang ada di Google maps, Nolan mengarahkan mobilnya ke kanan dan parkir di dekat pondok tua itu. Pondok yang terlihat seperti tidak pernah diurus. Debu berada di mana-mana. Sudah berapa tahun dia tinggal di tempat ini? Rasa iba pada kondisi Edgar terasa semakin dalam.
Ponsel dia masukkan ke dalam kantong jaketnya dan dia ketuk pintu. Tidak juga ada respon tetapi, lampu dari salah satu jendela di sebelah kanan pintu masuk menyala. Dia berjalan ke depan jendela itu dan melihat dalam ruangan. Seorang pria dengan rambut yang panjang dan tidak tertata sedang duduk di tempat tidur dengan meminum sebuah beer yang berada dikemasan kaleng.
Nolan mengetuk jendela itu perlahan-lahan. Suara terdengar dari dalam. Sudah berulang kali dia mendengar ketukan itu dan berujung pada kedatangan Aloys dan Carole. Dia tidak mood untuk bertemu dengan mereka. Setiap bulan mereka datang dengan membawakan makanan tetapi semua kenikmatan makanan itu dilenyakkan oleh ketidaknafsuan yang dia rasakan. Hambar.
"EDGAR! IT'S ME, NOLAN!" sorak Nolan dari luar.
Edgar sangat mengenal suara itu. Suara yang dia dengar setiap hari saat SMA. Tidak hanya saat sedang ekstrakurikuler, tetapi juga di luar itu; mereka selalu pergi bersama dengan teman-teman tim basket lainnya untuk bersenang-senang.
Dia menoleh ke jendela dan melihat wajah yang tidak asing lagi. Terlihat lebih dewasa dari saat SMA. Dia juga ingat saat terakhir bertemu di pemakaman itu. Tidak pernah terpikir di benaknya kan kedatangan Nolan ke tempat ini. Bagaimana dia tahu akan tempat ini? Tidak pernah dia menceritakan tempat ini pada seorangpun di luar keluarganya karena tempat ini sangat nyaman untuk menjadi tempat menyendiri.
Kakinya turun dari tempat tidur dan berdiri. Dia berjalan dan membukakan kaca jendela itu. Udara yang dingin menyapa wajah dan bagian depan tubuhnya. Untung penghangat ruangan masih menyelimuti udara dalam ruangan dan membuat dia mampu menahan rasa dingin ini.
"Are you Nolan?"tanya Edgar. Suara menjadi terdengar dengan jelas karena jendela yang sudah terbuka.
"Yes, I am. I though you already forget about me.. ha..ha.." Nolan ingin membawa suasana keakraban lagi seperti sedia kala. Senyuman ramah pun terpancar dari bibir mereka berdua. Nolan tidak ingin memperlama ini. Dia juga ingin menghangatkan dirinya di dalam ruangan sana.
"Could I come in?" Nolan bertanya dari luar.
"Of couse." Edgar segera menutup jendela dan berbalik. Dia keluar dari kamar dan membukakan pintu utama pondok tua ini. Nolan berjalan masuk ke dalam pondok.
Situasi ruangan dalam pondok ini pun juga tidak terawat. Banyak debu serta barang-barang yang berserakan. Kaleng minuman beer yang sudah kosong pun terkumpul di atas meja makan. Tumpukan makanan instan juga tersedia sangat banyak di atas meja makan. Nolan menjadi khawatir kalau makanan instan menjadi makanan harian Edgar seperti yang dia dengar dari Aloys. Dia juga berharap makanan yang Aloys antarkan seminggu sekali ke tempat ini Edgar makan.
"Howdo you know this place?" Edgar bertanya langsung pada Nolan. Dia yangbiasanya tidak suka mengkorek-korek kehidupan orang lain tetap ingin tahudarimana Nolan mengetahui tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Daddy (completed)
Teen Fictionsebelum baca, jangan lupa follow akunku, ya! thanks ............................ Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata ba...