Chapter 5

129K 12.3K 599
                                    

~ARFAN~

Happy reading

Sepulang sekolah saat Fanya baru saja tiba dirumah.

"Fanya, duduk dulu di sini sebentar, Nak," panggil Mita pada Fanya yang hendak menaiki tangga, menuju kamarnya.

Seketika langkah Fanya terhenti, melirik Mita dan Dani yang sedang duduk di sofa. "Iya. Ada apa, Ma?" tanyanya bingung.

"Papa kamu mau ngomong sebentar sama kamu," ucap Mita melirik suaminya.

Fanya menyergit, melihat tingkah aneh kedua orang tuanya. Lalu iamelangkah, mendekati mereka.

Terlihat dari raut wajah kedua orang tuanya, nampak mereka ingin memberitahukan suatu hal yang serius denga dirinya.

"Ada apa, Pa?" tanya Fanya, duduk di samping Mita.

"Papa ingin menyampaikan keinginan dari Nek Ratih sama kamu," ucap Dani.

Fanya semakin bingung. Perasaan sudah tidak enak. "Keinginan? Keinginan apa?" tanyanya.

"Jadi gini. Kemarin, kan, Papa sama Mama pergi ke Bandung itu karena ingin jenguk Nek Ratih, sekalian Nek Ratih bilang, kalau beliau ingin menjodohkan cucunya dengan kamu," jelas Dani pada sang putri.

Sontak penjelasan Dani berhasil membuat Fanya membulatkan mata sempurna. "Ha? Dijodohin?" tanya gadia itu terkejut dan hanya dijawab anggukan oleh kedua orang tuanya.

"Gak! Fanya gak mau dijodohin!" ucapnya menolak perjodohan yang di inginkan oleh Ratih.

Ia berdiri, hendak pergi setelah menolak perjodohan.

"Tidak ada penolakan! Kamu akan tetap dijodohkan dengan cucu Nek Ratih. Besok Om Hendra beserta keluarganya akan datang untuk membicarakan persiapan pernikahan kamu dengan anaknya!" sanggah Dani menegaskan pada Fanya bahwa tidak akan ada penolakan. Perjodohan akan tetap dilanjutkan, setuju atau tidaknya Fanya.

Fanya berbalik. Menatap Dani dengan tatapan marah. "Loh! Nggak bisa gitu dong, Pa!" timpal Fanya tak setuju dengan keputusan Dani.

"Bisa! Karna Papa udah setuju untuk menjodohkan kamu." Dani kembali menegaskan kepada Fanya. Ia tetap pada keputusannya.

"Tapi, Pa-" sanggahnha terpotong, sebab Dani memilih pergi dari pada harus berdebat dengan putri sulungnya.

"Pa!" panggilnya menghentikan langkah Dani, namun Dani tak menghiraukan panggilan Fanya dan terus melanjutkan langkahnya.

"Ma, bantuin Fanya dong," pinta Fanya pada Mita yang sedari tadi hanya diam tak bersuara.

"Maaf, Sayang, Mama nggak bisa bantu apa-apa. Mama juga udah setuju dengan perjodohan ini. Anaknya baik kok, Nak. Tenang aja," jawab Mita mendukung Dani, membuat Fanya semakin kesal.

"Apa? Mama juga udah setuju?" tanyanya tak percaya dan hanya di balas anggukan oleh Mita. "Mama tega! Mama sama Papa nggak pernah ngertiin perasaan Fanya!" teriak Fanya kesal, lalu pergi, berlari menuju kamar dengan air mata yang telah membasahi pipi mulusnya.

ARFAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang