Chapter 4

126K 12.6K 714
                                    

~ARFAN~

Happy reading

Setelah semalaman Fanya dan Raya bergadang demi membaca sebuah novel yang baru saja dibeli oleh Raya minggu lalu, saat pagi hari, tepatnya sekarang adalah hari minggu, dimana hari yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang. Terlihat Fanya masih tertidur pulas, dengan selimut menutupi setengah badannya. Sedangkan Raya, gadis itu sudah bangun lebih dulu.

"Good morning, Fanya," ucap Raya membawa nampan, yang berisikan segelas susu, air putih, dan nasi goreng untuk Fanya.

"Bangun, Fan!" lanjut Raya, sedikit berteriak membangunkan Fanya.

"Emm. Iya bentar lagi," jawab Fanya menutup telinganya menggunakan bantal.

"Ayo bangun sekarang, Fanya, ini udah gue bawain sarapan buat lo."

"Iya, Raya. Bentar lagi. Masih ngantuk gue," jawab Fanya uring-uringan.

"Hmm. Yaudah deh, terserah lo. Gue mau turun bentar, ya," ucap Raya meninggalkan Fanya yang masih berbaring di kasur.

Fanya mengacungkan jempolnya. Sip. "He'em," jawabnya.

Tak lama setelah Raya keluar dari kamarnya, terdengar ponsel Fanya berbunyi. Menandakan ada yang panggilan masuk.

Drrtt...

Suara ponsel milik Fanya terus berbunyi, membuat Fanya menggerutu kesal. "Siapa sih yang telepon pagi-pagi gini?" gerutunya kesal. Meraih ponselnya yang berada di atas nakas.

Lalu ia bangun saat melihat samar siapa yang menelponnya. Nampak nama 'Papa Ku' yang terpampang jelas di layar ponsel miliknya.

"Papa?" gumam Fanya ketika melihat layar ponselnya. Dengan cepat ia mengangkat telepon itu.

"Halo, assalamualaikum, Pa," ucapnya mengangkat telepon dari Dani.

"Waalaikumsalam. Kenapa lama ngangkat teleponnya?" tanya Dani yang berada di sebrang ujung telepon.


"Hehe. Maaf, Pa. Baru bangun," jawab Fanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Hm! Kebiasaan. Yaudah, Papa cuma mau bilang, pagi ini Papa, Mama, sama Rara mau pergi ke Bandung, jenguk Nek Ratih. Kamu nggak usah ikut. Diam di rumah aja, nggak usah keluar, apalagi kalau keluar sama Vino, GAK BOLEH!" tegas Dani pada putri sulungnya itu.

"Yah, Papa. Kok gitu sih? Fanya juga pengen ikut."


"Nggak usah, kapan-kapan aja. INGAT KATA PAPA TADI, DIAM DI RUMAH NGGAK USAH KELUYURAN! Yaudah Papa tutup teleponnya, assalamualaikum," tegas Dani lalu memutuskan sambungan teleponnya.

Tut.

"Wa-alaikumsalam," ucap Fanya terputus, sebab sambungan telepon telah diputuskan oleh Dani.

"Ck! Males banget gue diam dirumah sendirian," decaknya kesal, akibat tidak diajak pergi ke Bandung.

Saat Fanya tengah mongoceh tak jelas, datanglah Raya sembari membawa sebuah bingkisan seperti paket.

ARFAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang