Chapter 39

98.5K 9.9K 622
                                    

~ARFAN~

Happy reading

Hari demi hari telah berlalu, kini memasuki minggu ke-tiga setelah terbongkarnya hubungan Fanya dan Arka. Nampak Fanya sekarang sudah mulai menerima keadaan, bahwa dirinya telah benar-benar di keluarkan dari sekolah. Sedangkan Arka, lelaki itu merasa biasa-biasa saja ketika ia di keluarkan dari sekolah, baginya yang terpenting saat ini ialah Fanya sudah benar-benar menjadi miliknya, dan tak memiliki hubungan sepesial lagi dengan Vino.

"Selamat pagi, sayang."

Cup.

Ucap Arka mencium pipi Fanya, sembari memeluknya dari belakang. Padahal saat ini Fanya tengah berada di dapur membatu Lisa, Bi Mina dan Mbak Yuni yang sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.

Sontak wajah Fanya memerah, saat tiba-tiba mendapati ciuman dari Arka. "Ish, Arka! Nggak punya malu, ya? Noh diliatin Mami tuh," ketus Fanya, mencubit perut Arka. Ia merasa malu pada Lisa, Bi Mina dan Mbak Yuni yang melihat kejadian tadi.

"Awsh. Sakit, Sayang," ringis Arka memegangi perutnya yang mendapati cubitan dari Fanya. "Lagian ngapain juga harus malu? Kamu, kan istri aku," lanjutnya, membuat Fanya semakin kesal pada lelaki itu.

"Hish!" Fanya memutar bola mata malas, saat mendengar ucapan Arka. Sedangkan Lisa serta yang lainnya, hanya terkikik geli dengan tingkah kedua remaja itu.

Sekarang Arka memang tak sungkan lagi untuk menunjukkan rasa sayangnya pada Fanya, baik itu di depan kedua orangtuanya, ataupun di depan kedua mertuanya. Dan ya, sekarang panggilan Arka ke Fanya sudah mulai berubah, jadi aku kamu. Begitupun sebaliknya dengan Fanya. Bahkan sekarang Arka sering sekali memanggil Fanya dengan panggilan 'sayang'.

"Hmm. Iya-iya, yang lagi kasmaran. kemaren-kemaren kemana aja kamu? Pas dijodohin nolak," celetuk Lisa mengingatkan Arka pada saat pertama kali akan dijodohkan dengan Fanya, ia nampak tak senang, bahkan ia tak pernah peduli sedikitpun tentang Fanya.

Sang empu tertawa malu. "Hehehe, namanya juga hati, Mi. Siapa yang tau kedepannya Arka bakal se-cinta ini sama Fanya," ucapnya melirik Fanya. Mengangkat sebelah alisnya tersenyum.

Sedangkan Fanya sedari tadi hanya menatap malas pada lelaki itu. Begitu sering sakit hatinya ia dulu oleh sikap Arka terhadapnya, dan kini malah lelaki itu sangat mencintainya.

***

Saat selesai sarapan pagi, kini Fanya dan Arka tengah berada di kamar sembari menyiapkan buku-buku untuk mereka home schooling.

"Fan, besok jalan yuk. Kan, besok kita gak home schooling," ujar Arka pada Fanya.

Sang empu langsung menoleh ke arah Arka, dengan senyum lebar yang terukir di wajahnya, ia mengangguk-angguk.

"Mau... Serius nggak nih mau ngajak jalan?" tanya Fanya meyakinkan ucapan Arka barusan.

"Iya serius, Sayang. Mau nggak kita besok jalan?" tanya Arka sekali lagi.

"He'em, mau bangettt," angguk Fanya cepat, merasa bahagia bak seorang anak kecil yang akan dibelikan gulali oleh ayahnya.

"Yaudah, berarti kita besok jalan, ya?"

"Iya. Makasih, sayang," bisik Fanya saat mengucapkan kata sayang pada Arka. Untuk yang pertama kalinya Fanya memanggil Arka 'sayang'. meski panggilan mereka telah berubah menjadi aku kamu, namun sejauh ini Fanya belum pernah memanggil Arka sayang.

ARFAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang