Chapter 31

109K 10.8K 2.1K
                                    

~ARFAN~

Happy reading

~•~

Bahagia atau mala petaka?

~•~

Enam minggu setelah kejadian malam itu, kini tawa Fanya tak pernah lagi nampak di wajah cantiknya. Ia sering kali melamun dan menyendiri, entah itu di rumah, ataupun di sekolah, membuat Arka semakin diselimuti rasa bersalah.

Pukul 19.36, terlihat Fanya tengah duduk sendirian di balkon kamar, memandangi langit malam yang indah dihiasi bintang-bintang.

"Fan," panggil seorang laki-laki yang baru saja memasuki kamar. Ia mengedarkan pandangannya saat tak menemui seseorang yang ia cari. "Fan," panggilnya sekali lagi, mencari Fanya.

Tak lama matanya tertuju mengarah balkon. Ia melihat Fanya sedang duduk melamun sendirian. "Ternyata lo di situ," gumamnya tersenyum. Lalu menghampiri Fanya.

"Fan, masuk yuk, udah malem. Udaranya juga makin dingin di sini," ucapnya mengajak Fanya untuk masuk ke kamar, sebab udara di luar terasa semakin dingin.

Fanya menggeleng. Tidak ingin masuk sekarang, ia masih ingin berada di luar. "Nanti," jawabnya singkat tanpa menatap lelaki itu, membuat Arka mengehela nafas sabar.

"Yaudah, gue temenin," ucap Arka mengangguk paham. Duduk di samping Fanya, menemaninya menatap langit malam yang tenang.

Sikap Arka beberapa minggu terakhir memang telah berubah, ia menjadi lebih perhatian terhadap Fanya setelah kejadian malam itu yang membuatnya menyesal hingga sekarang.

"Langitnya indah ya, Fan," ucap Arka kagum, melihat indahnya langit malam yang bertaburan bintang.

"He'em," sahut Fanya mengangguk, tanpa tersenyum.

"Fan," panggil Arka menatap wajah Fanya.

"Hm?" sahutnya dengan deheman tanpa memandang wajah Arka.

"Senyum dong. Gue kangen liat senyum lo kayak dulu," titah Arka pada Fanya, yang kini jarang sekali menampakkan senyum di wajahnya.

Mendengar itu, membuat Fanya seketik menoleh pada Arka, namun bukan untuk menampakkan senyumnya, melainkan hanya untuk menatap datar wajah sang empu yang meminta dirinya untuk tersenyum. Lalu Ia berdiri dan pergi, tanpa berbicara sepatah kata pun pada Arka.

"Fan," cegat Arka, mencekal tangan Fanya.

"Lepas!" ketus Fanya, meminta Arka melepaskan genggaman tangannya.

Dengan menghela nafas jengah Arka melepaskan cekalannya pada tangan Fanya. "Maaf," ucap Arka.

Ia berdiri, berhadapan, menatap manik mata Fanya. "Gue mohon, Fan, kembaliin senyum lo kayak dulu, ya?" pinta Arka pada Fanya, memohon agar kembali ceria dan cerewet seperti dulu. "Gue kangen sama lo yang dulu, Fan. Sama senyum dan tawa lo," lanjutnya, mendekati Fanya.

Sang empu menelan sslivanya. Ia membuang pandangannya ke arah lain. "Gimana gue bisa senyum lagi, Ka? Kehormatan gue-" lirihnya menggantung. Matanyabmulai berkaca-kaca saat mengingat semua kejadian yang tak ia harapkan itu.

Tanpa Fanya melanjutkan ucapannya, Arka sudah mengerti. Ia merasa sangat bersalah atas kejadian malam itu. "Gue minta maaf, Fan. Gue minta maaf," ucap Arka meminta maaf pada Fanya dengan tulus. "Gue tau gue salah, gue brengsek! Gue udah maksa lo dalam keadaan mabok. Gue minta maaf, Fan, please maafin gue, ya?" lanjutnya, sangat menyesali perbuatannya. Meski Fanya telah menjadi istri sahnya, namun semua ini tidaklah benar baginya.

ARFAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang