Chapter 50

87.7K 7.8K 625
                                    

~ARFAN~

Happy reading

Malam semakin larut, kini waktu telah menunjukan pukul 22.21, nampak Ria tengah gelisah sebab sedari tadi ibunya menelpon terus menyuruh dia untuk segera pulang.

"Guys, pulang yuk. Bunda gue dah nyuruh gue pulang nih," ajak Ria pada yang lainnya dengan sedikit memelas.

"Ayo. Gue juga takut dimarah sama Papa, jam segini belum pulang," sahut Lita.

"Yah, jangan dulu pulang dong guys. Gue agak takut nih kalau sendirian," ucap Fanya meminta teman-temannya untuk tinggal lebih lama, menemaninya. "Nunggu Arka pulang dulu ya, atau gak kalian nginep aja," lanjut Fanya menyarankan teman-temannya untuk menginap.

Namun sayang, keempat gadis itu menolak untuk menginap dan lebih memilih pulang saat ini juga. Sebab kini bukan hanya Ria yang terus-terusan di telfon oleh orang tuanya, tetapi Lita dan Audi juga telah di telfon beberapa kali oleh orang tua masing-masing. Sedangkan Raya, gadis itu tak mendapatkan telfon dari orang tuanya melainkan hanya mendapat sebuah pesan whatsaap dari ayahnya, yang berisikan 'Pulang sekarang atau gak usah pulang sekalian!'.

Dengan berat hati Fanya mengizinkan mereka untuk pulang, padahal ia masih ingin bersama teman-temannya.

"Ya udah deh nggak apa-apa. Gue panggil Mang Idris dulu ya, buat ngantar kalian," ucap Fanya memanggil Mang Idris untuk mengantar teman-temannya pulang.

"Iya, Fan," angguk mereka berempat.

***

Kini keempat teman Fanya telah di antar pulang oleh Mang Idris dan hanya menyisakan ia sendiri di teras rumah, melihat kepergian teman-temannya.

Baru saja beberapa langkah Fanya masuk ke dalam rumah dan ingin menutup pintu, tiba-tiba ada seorang lelaki yang datang menghampirinya, menahan pintu yang hendak ditutup olehnya.

Sontak Fanya membulatkan mata sempurna saat melihat orang yang berpakaian serba hitam itu tanpa memperlihatkan wajahnya.

"S-siapa, kamu?" teriak Fanya takut.

Tanpa menjawab lelaki itu langsung membungkam mulut Fanya menggunakan sapu tangan, yang membuat gadis itu memberontak hingga tak sadarkan diri.

"Mm... Mm... Lep...pa...sin" ucap Fanya memberontak, berusaha melepaskan diri dari lelaki yang tak ia kenal itu. Namun sia-sia usahanya, yang ada orang tersebut semakin membungkan mulut Fanya hingga ia kesulitan bernafas dan membuatnya pingsan tak sadarkan diri.

"Non Fanya!!" teriak Mbak Yuni histeris, yang tiba-tiba datang entah dari mana.

"Bi Mina!!" pekiknya memanggil Bi Mina, untuk membantu menolong Fanya dari seseorang yang tak meraka ketahui, siapa dia.

"DIAM! Jangan berteriak!" bentak lelaki itu, menodongkan pistol yang ia keluarkan dari belakang bajunya. Sontak Mbak Yuni seketika menutup mulutnya rapat, menggunakan tangannya sendiri. Sama halnya dengan Mbak Yuni, Bi Mina yang baru saja datang pun langsung berteriak histeris saat melihat Fanya yang telah pingsan di pelukan orang tersebut dengan pistol yang menodong kearah Mbak Yuni.

"Non Fanya!!" teriak Bi Mina membulatkan matanya sempurna.

"Diam! SAYA BILANG DIAM YA DIAM!! Atau akan saya habisi Nona ini!" acam lelaki itu, beralih menodongkan pistol tepat di kepala Fanya, yang membuat Mbak Yuni dan Bi Mina tak bisa berkutik dan hanya menggeleng cepat. "Jangan! Kami mohon jangan lakukan itu," teriak mbak Yuni dan bik mina bersamaan saat melihat pistol yang telah di todongkan tepat di kepala Fanya.

ARFAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang