Chapter 32

105K 10.5K 1.6K
                                    

~ARFAN~

Happy readeng

Ceklek.

Suara pintu terbuka, menampakkan seorang lelaki berpostur badan tinggi.

Dengan perlahan ia mendekati Fanya yang tengah duduk di tempat tidur, sembari bermain ponsel baru yang telah diganti oleh Arka minggu lalu.

"Ehem. Mami tadi ngomong apa?" tanya Arka, berdehem pada Fanya.

"Nggak ada. Mami cuma nyuruh gue istirahat," jawab Fanya tanpa menatap wajah Arka, dan masih sibuk dengan ponselnya.

"Ooh," angguk Arka. "Fan," lanjut lelaki itu tersenyum pada Fanya.

"Hm?" dehem Fanya singkat.

"Boleh gak gue pegang?" ucap Arka semeringah, memandangi Fanya.

Seketika Fanya langsung mengalihkan pandangannya, menatap Arka. "Pegang apa?" tanya Fanya menyergitkan kedua alisnya, menatap curiga pada lelaki itu.

"Ituu," jawab Arka menunjuk ke arah perut Fanya, sembari menaikan turunkan kedua alisnya.

Sontak Fanya langsung menimpal perkataan, "Gak! Enak aja lo!" ketus Fanya, melemparkan tatapan horor pada lelaki yang berada di hadapannya itu.

"Lah, kenapa? Kan gue bapaknya," sahut Arka heran pada Fanya. Mengapa dirinya tak di perbolehkan untuk sekedar memegangi perut si bumil.

"Ya karena gue nggak mau di sentuh sama lo!" ucap Fanya yang mampu membuat Arka kesal.

"Dih, aneh lo! Kalau nggak mau disentuh sama gue, jadi lo maunya disentuh sama siapa? Udah gue coblos juga!" timpal Arka kesal dengan Fanya.

"Heh! Mulut lo! Minta di tampol, ya?" ketus Fanya, menegur Arka.

"Eh, suhtt... Jangan teriak-teriak gitu. Kasian Dede Bayi-nya," ucap Arka lemah lembut, mendekati Fanya dan dengan perlahan mengelus perut si bumil dengan penuh kasih sayang.

Seketika Fanya terdiam, merasakan kenyaman saat Arka mengelus perutnya.

"Kenapa diem? Nyaman ya gue elus perutnya?" tanya Arka tersenyum menggoda pada Fanya.

Melihat tinggah Arka membuat Fanya memutar bola matanya malas. "Hish!"

"Ngomong-ngomong gue hebat juga ya, Fan. Sekali coblos langsung jadi," celetuk Arka merasa bangga terhadap dirinya sendiri.

Plak!

Fanya menepuk lengan Arka. "Bangga lo begitu?" timpalnya dengan raut wajah yang sulit di jelaskan.

Arka tertawa. Ia berpikir sesaat. "Eum... Dibilang bangga, ya bangga lah. Gue ngelakuinnya nggak sadar. Eh tau-tau udah jadi aja," jawabnya jujur. Tersenyum, menaik turunkan kedua alisnya.

"Ooh, jadi lo bangga sama perbuatan lo?" ucap Fanya menatap mata Arka. "Jangan-jangan waktu itu lo sengaja ya mabok-mabokan, biar lo bisa ngelakuin itu ke gue dengan sepuas hati lo, tanpa mikirin kedepannya gimana!" tebak Fanya kesal, menunjuk Arka menggunakan jarinya telunjuknya.

"Eh, nggak, Fan. Malam itu gue mabok-mabokan bukan karena gue pengen ngelakuin itu, tapi gue cuma pengen nenagin diri doang," sahut Arka menyangkal tebakan Fanya yang salah itu.

"Bohong!"

"Nggak, Fan, gue gak bohong. Please lo percaya sama gue," lanjut Arka meyakinkan Fanya bahwa dirinya tidaklah berbohong.

ARFAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang