Chapter 19

105K 11.2K 570
                                    

~ARFAN~

Happy reading

Pukul 08.42 saat jam pelajaran olahraga,  terlihat semua siswa kelas XII IPA 2 tengah berada di lapangan basket.

Dari kejauhan Vino, Deri, Leon, dan Lion menghampiri Fanya sembari membawakan minuman dingin dan tisu untuk Fanya.

"Hai, Sayang," sapa Vino pada Fanya.

"Hai," jawab Fanya tersenyum.

"Capek, ya? Sini aku lap keringatnya." Vino mengambil tisu yang ia bawa untuk mengelap keringat Fanya.

Dengan perlahan dan lemah lembut perlakuan Vino kepada Fanya, membuat pipi gadis itu memerah. Malu.

"Oh iya, ini minumnya, biar nggak haus," lanjut Vino menyodorkan minuman pada Fanya.

Nampak semua siswa yang berada di lapangan basket tersebut, menyoraki Vino dan Fanya bersamaan, kecuali Audi dan Arka. Mereka berdua hanya diam menatap datar kejadian yang terjadi di hadapan mereka.

"Cieeeee!" sorak mereka bersamaan.

"Ehemm ehem! Kita juga aus ya, guys," celetuk Raya pada semua orang menyindir Fanya dan Vino.

"Iya nih," sahut para siswa lainnya.

"Audi lo haus nggak? Gue juga punya minum nih," celetuk Deri pada Audi, menawarkan minuman yang ia bawa.

"Nggak! Gue nggak haus!" ketus Audi pada Deri, lalu pergi dari lapangan basket bersama dengan Ria dan Lita.

"Aduuh, sakit nggak tuh? Hahahha!" teriak semua siswa melihat Audi yang menolak minuman pemberian Deri.

"Tenang, guys. Kan, masih ada Neng Raya. Nih Ray buat lo aja," ujar Deri, memberikan minumannya pada Raya. Mencoba menetralkan semua orang agar ia tidak terlalu malu, meskipun hal itu adalah hal biasa yang ia dapat dari Audi.

"Nggak!" tolak Raya pula.

Sontak semua siswa dibuat tertawa lagi untuk yang kedua kalinya, karena Deri.
"Sabar, bro, sabar. Nggak apa-apa," ucap Leon dan Rion mengelus punggung Deri.

Sedangkan Arka sedari tadi hanya diam dengan wajah datar, sembari menatap Fanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Merasa seperti ada yang memperhatikannya, seketika Fanya menoleh ke arah Arka yang tengah menatapnya, membuat gadis itu sedikit menjaga jarak dengan Vino. Karena bagaimanapun juga ia harus menghargai Arka sebagai suaminya, meski mereka tak saling mencintai.

"Vin, mending kalian masuk kelas gih, takut nanti ada guru," ujar Fanya pada Vino.

"Nggak ah, males masuk kelas," jawab Vino masih ingin berada di lapangan bersama Fanya.

"Nggak boleh gitu, nanti kalian di marah loh sama guru."

"Biarin."

Jawaban Vino membuat Fanya kesal. Ia menekuk wajahnya menatap Vino. "Yaudah, aku yang marah sama kamu kalau kamu nggak mau masuk ke kelas!" ancam Fanya, seketika membuat Vino langsung menuruti apa yang Fanya suruh.

Gadis itu berusaha membuat Vino pergi dari lapangan karena ia merasa tidak enak dengan Arka, lagi pula Vino juga merupakan wakil ketua osis maka ia harus menunjukan sikap yang baik untuk ditiru oleh siswa-siswa lain.

"Iya-iya, aku masuk ke kelas tapi-" ucap Vino terpotong.

"Sekarang!" timpal Fanya memotong perkataan Vino.

ARFAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang