Kasih Tak Sampai

388 52 35
                                    

Meda

Mengasihi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengasihi..

Menyayangi..

Gue bukan orang yang bisa mengartikan perasaan itu dengan baik dan benar.

Dan gue juga bukan orang yang bisa menunjukan perasaan seperti itu dengan leluasa.

Gue terbiasa dengan suasana sepi, sunyi. Rumah gue terbiasa seperti itu dan gue pun dewasa akan hal itu.

Namun seperti yang pernah gue bilang sebelumnya, gue gak pernah mempermasalahkan kesepian yang gue rasakan karena dalam sepi kita bisa berpikir. Dalam sepi gue bisa intropeksi diri. Dan walaupun sepi gue selalu punya Sio yang berisik begitu juga dengan Gavin.

Tapi saat gue liat gimana mata Retta menatap dalam, gue tau selama ini perasaannya gue nilai salah.

Retta gak pernah setengah hati.

Retta menyayangi gue sepenuhnya.

Selama ini gue hanya menuruti ego, tanpa mendengar kata hati.

Saat Retta pergi begitu saja setelah menyuruh gue tidak meninggalkan sahabatnya, gue menyusulnya. Gue mengejarnya.

Tapi yang gue dapati, Retta sudah berada dalam pelukan seseorang. Retta memeluk orang itu dengan erat. Retta bersandar pada orang itu dengan nyaman, bahkan terlihat lebih nyaman dibandingkan saat ia bersama Gasa.

Tangan gue terkepal, saat dilihat gimana Kenno menatap gue datar kemudian menuntun Retta agar mengikuti langkahnya.

Retta pergi mengikuti Kenno. Meninggalkan gue begitu saja, tanpa sempat gue memanggilnya.

* *

"Meda".

Gue terkesikap saat Lea memanggil pelan.

"Mau masuk dulu?".

"Gue balik aja, Le. Lo jangan telat makan ya".

Gue bisa melihat Lea yang menghembuskan nafas pelan sebelum menggeser duduknya untuk menatap gue.

"Kita itu sebenernya apa sih, Med?".

Gue menahan nafas dan menguatkan genggaman pada kemudi tanpa sadar.

Pertanyaan itu adalah tanya yang gue hindari. Tanya itu adalah kalimat yang gue takuti entah mengapa.

"Kita cuma pelarian, Med. Kita cuma nyakitin orang-orang disekitar kita".

Lea menatap gue dengan senyum dibibirnya namun matanya terlihat penuh penyesalan yang gue gak tau kenapa.

"Gue nyakitin Retta. Selama ini gue cuma menampik kenyataan itu".

"Le, jangan ngomong gitu".

"Retta pergi supaya kita bisa bareng, Med. Dia gak mau gue ngerasa bersalah. Dia gak mau ada orang yang ngomongin kita yang gak baik. Dia gak mau gue terluka. Lo terluka".

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang