Meda
24 jam.
1440 menit.
Satu hari penuh.
Ya, selama itu gue hanya duduk sambil menatap ponsel yang layarnya masih saja hitam.
Gue bingung.
Gue gak ngerti.
Untuk hari yang pernah gue lalui, satu hari ini membuat gue tidak berhenti untuk berpikir.
Berpikir tentang keadaan gadis yang selalu buat gue khawatir.
Gadis yang selalu kuat padahal gue tau selemah apa dirinya.
Retta.
Semarah apapun gadis itu, sekesal apapun bahkan sebenci apapun dirinya. Retta pasti bakal kasih kabar mengenai dirinya, karena gue memintanya.
Tapi, setelah hari berlalu, Retta masih belum mengabari gue.
Harusnya gue gak mesti khawatir.
Harusnya gue tau bahwa kondisi Retta baik-baik saja.
Karena Gasa bersama gadis itu.
Tapi tetep saja sebelum Retta sendiri mengabari keadaan juga keberadaannya kepada gue, gue masih belum tenang.
Sebab gue tau, gadis itu kecewa.
Kecewa pada dirinya sendiri.
Gue gak pernah mengerti jalan pikirin gadis itu. Tapi kalau kekecewaan yang dirasakan Retta karena gue. Gue bakal marah sama dia.
Karena walau tersirat, gadis itu seharusnya mengerti bahwa gue menyayanginya tanpa pamrih. Tanpa mengharapkan apapun yang artinya gue menyayangi semua celah yang ada pada dirinya.
Saat pukul delapan pagi, ponsel gue tiba-tiba bergetar, pertanda ada pesan masuk. Tanpa menunggu, gue langsung membukanya. Walau pesan itu bukan dikirim dari orang yang gue tunggu, tapi pesan itu memberitahu dimana orang yang gue khawatirkan.
Pesan itu memberi tahu, bahwa Retta ada di kampus pagi ini. Jadi tanpa mandi ataupun mengganti baju gue menggambil jaket dan kunci mobil.
Tanpa mengulur waktu, secepat mungkin gue bergegas untuk menemui gadis yang seharian tidak gue ketahui kabarnya.
***
"Ta, lu temenin gue sebentar ya?".
Gue menghentikan langkah ketika melihat Kenno menuntun Retta untuk mengikutinya.
Enggak.
Gue gak cemburu.
Gue malah tersenyum ngeliat muka kesal Retta kemudian cewek itu mengeluarkan beberapa umpatan dari mulutnya.
Ya, gue lega karena gue liat dengan mata gue sendiri bahwa gadis itu baik-baik saja.
"Arsen maaf, gue gak lagi sama Gasa tapi nanti kalo ketemu gue sampein kok. Oke, bye".
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuntun Kata | Exovelvet
FanfictionMereka bertanya pada ketidakpastian mengenai asa, imipian juga cinta. Bila benar, apakah akhir bahagia akan tertulis untuk mereka?