Maaf

476 60 29
                                    

Gasa

'Jalur dua kereta tujuan Bogor dipersiapkan berangkat'.

"Sa, ini beneran kita ke arah Bogor? Gak salah?".

"Bener kok".

"Bukannya kita ke arah Jatinegara ya?".

Waktu itu, suara tanya Lea berkali-kali terdengar. Gue tau itu cewek ragu sama khawatir saat bertanya.

Setelah seharian menonton konser Iwan Fals di Ancol dan kami bertiga kehabisan uang untuk memesan taksi, dengan nekat gue, Lea dan Retta mencoba menaiki KRL untuk sampai ke Stasiun Pasar Senen.

Gue maklum ngeliat gimana khawatirnya Lea saat itu karena kami sampai di stasiun Kampung Bandan pukul 7 malam dan kereta kami ke Bandung berangkat pukul 9. Ditambah lagi ini kali pertama buat kami bertiga menaiki KRL.

"Ini kita harusnya kearah Jatinegara bukan Bogor".

Retta yang sedari tadi diam dan terpaku pada handphonenya tak lama bersuara.

Retta yang sedari tadi diam dan terpaku pada handphonenya tak lama bersuara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuh kan Sa, gue bilang apa".

Lea sudah berdiri dari duduknya setelah mendengar perkataan Retta, namun tidak sampai tiga detik pintu sudah tertutup dan kereta sudah bergerak maju.

"SAAAA".

Gue segera berjalan kearah Lea kemudia menutup mulutnya cepat, teriakan Lea waktu itu membuat orang-orang menatapnya penasaran.

"Le, gak usah teriak-teriak".

Itu bukan suara gue. Retta yang tadinya duduk pun berdiri dan mendekati gue dan Lea.

"Nanti kalo keretanya berhenti di stasiun depan, langsung keluar kita. Habis itu ganti kereta kearah Jatinegara".

Gue masih inget gimana muka Lea yang cemberut bahkan sampai gue, dia dan Retta akhirnya bisa tiba di stasiun Pasar Senen setelah melewati drama yang ada, Lea tetap menatap gue kesal dan mengunci mulutnya.

"Le, udah sih ngambeknya kan nyampe juga kita di stasiun Senen".

"Untung Retta ngecek, kalo kita sampe Bogor gimana. Besok kita masih sekolah".

"Kan bisa bolos".

"SAAA".

Gue tertawa tipis melihat Lea yang melipat kedua tangannya sambil menatap gue kesal.

"Maafin temen saya ya, Mba".

Sambil terkekeh gue berkata kepada seorang yang duduk di depan gue. Orang itu hanya tersenyum tipis kemudian memakai earphone ditelinganya.

"Jangan teriak-teriak sih Le, kasian Mba-nya ke ganggu".

"Ta, gue tukeran tempat duduk sana elu dong".

Belum sempat Lea bangkit, gue sudah menahan tangannya.

"Udah lu disamping gue aja. Biar yang ultah istirahat".

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang