Kentara

415 54 18
                                    

Retta

Tau rasanya saat semua orang terasa menghakimi? Bercerita juga berceloteh sesuka hati tanpa pernah mencari kebenaran atas pembicaraan yang terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tau rasanya saat semua orang terasa menghakimi? Bercerita juga berceloteh sesuka hati tanpa pernah mencari kebenaran atas pembicaraan yang terjadi.

Gue? Jelas pernah.

Retta si cewek cari perhatian.

Retta si cewek sok jual mahal.

Retta murahan.

Retta sialan.

Retta bangsat.

Retta bajingan.

Sampai terdengar bahwa Meda jatuh kepada gue karena cowok itu kasian sama gue. Atau karena dia taruhan sama temennya. Atau dia mau nyoba make gue.

Tanggapan gue saat mendengar omongan itu? Bodo amat.

Karena gue gak mau punya hubungan.

Gue gak mau terikat.

Tapi saat sosok Meda benar-benar datang dihadapan gue dengan muka menahan emosi juga tangan yang terkepal, satu ucapannya membuat gue untuk pertama kali tersenyum tipis kepadanya.

'Lo goblok, hah? Kalo mau nyari pelarian jangan disini. Lo mau tiba-tiba diserang orang karena mabok gara-gara seenak jidat nerima minuman pemberian orang? Kalo mau disini, lo tetep kaya biasa aja. Diem, terus minum mojito'.

Gue inget banget waktu itu, setelah seorang cowok ngasih minum ke meja gue, gak lama kemudian Meda datang dan menatap gue tajam.

Ayolah, kalo dipikir emangnya gue segoblok itu. Sebanyak apapun gue dikasih atau disodorin minum, gue gak niat buat nerimanya. Karena tujuan gue pergi ke 'tempat malam' kaya gitu bukan buat mabok terus menjadi tolol. Gue hanya butuh ketenangan disana.

Setelah kemunculan Meda waktu itu, gue dan dia semakin berbaur. Semakin dekat dengan alasan yang tidak jelas.

Gue dan Meda tidak terikat namun kami berhubungan. Selama tahunan mengenalnya, walau tidak ada nama dalam hubungan gue dan dia, Meda meniadakan batasan dengan mengganti gue-lo menjadi aku-kamu.

Walau berawal canggung namun karena terbiasa gue menyukai saat Meda menggunakan aku-kamu disetiap percakapan kami.

Tapi setelah tahun terlewati, semua rumor omong kosong tidak lagi terdengar. Tiba-tiba gelombang penuh tanya itu menghampiri gue. Bertanya juga menilai dengan seenak jidat akan kabar kedekatan antara Meda juga Lea.

Persetan!

Gue gak peduli!

Untuk setiap tatapan penuh tanya juga bisik-bisik yang terdengar saat gue berjalan, itu sama sekali tidak mempengaruhi gue.

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang