Pada setiap waktu yang telah berlalu kemudian menimbulkan hasil yang tidak diinginkan akan hadir sebuah kata perandaian.
Seperti jika dan juga kalau.
Mereka menyeruak diantara lamunan, menekan sedikit pikiran hingga membuat dada seakan terasa sesak.
Walau sudah lama, gue selalu inget kata-kata Arsen yang bilang bahwa perandaian hanya kata-kata kosong tanpa makna. Tapi tetap saja, walau ingin bebas dari mereka, perandaian selalu hadir dan membuat sebuah harapan.
Pada siang ini, kembali perandaian memenuhi pikiran gue. Tentang masa yang akan datang juga yang telah terlewati.
Gue gak pernah menyalahkan masa, karena gue yakin semesta punya rencana indah untuk waktu yang gue jalani.
Tapi, kali ini rasanya sedikit berubah.
Sesuatu terasa berbeda atau kini memang gue tidak bisa lagi merasakannya.
Harusnya gue bahagia.
Harusnya dada gue terasa lapang.
Tapi setiap hari yang gue jalani, rasanya selalu saja tidak pas.
Sepi itu sudah hilang. Hadirnya Meda benar-benar membuat waktu gue terisi dengan sebuah percakapan. Dari mulai membuka mata hingga menutupnya untuk terlelap pada mimpi malam, akan ada suara Meda yang menemani gue.
Meda bukan tipe banyak bicara dan gue tau itu dari dulu. Namun walaupun hanya mendengarkan keluh kesah, gue selalu suka cara cowok itu merespon dengan deheman atau kalimat bahwa semua akan baik-baik saja.
Meda membantu gue.
Meda mengisi gue.
Meda menyembuhkan gue.
Gue merasa nyaman karena semua itu. Tapi tetap saja, seperti sekarang hati gue serasa tak penuh, ada yang mengganjal disana dan gue gak tau apa.
"Lea".
Suara Meda membuat gue terbangun dari lamunan. Gue melihatnya membawa gelato dan sekatung plastik ditangannya.
Tanpa berbicara, Meda memberikan barang-barang yang ada ditangannya kepada gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuntun Kata | Exovelvet
FanfictionMereka bertanya pada ketidakpastian mengenai asa, imipian juga cinta. Bila benar, apakah akhir bahagia akan tertulis untuk mereka?