Pada kisah lalu-mu, aku percaya.
Pada kisah lampau-mu, aku berdoa.
Untuk hilang dengan benar.
Untuk singgah dengan keyakinan.
Karena pada dasarnya,
aku hanya tak ingin ada luka disana.
* *
Kenno
Pukul delapan tepat.
Gue mengedarkan pandangan setelah melihat jam pada tangan kemudian kembali meminum coffee latte yang ada di depan meja.
Sore tadi secara mendadak Gavin ngechat gue dan minta buat nemuin dia di Angkringan dago ini. Katanya ada yang mau di omongin.
Awalnya gue mau nolak karena hari ini agenda rekap buat kumpul, tapi pas inget Gavin ngajak gue ketemu malem hari, waktu seharusnya dia kerja, gue tau ada hal penting yang ingin dia bicarakan sama gue.
"No".
Gue melihat Gavin yang melambaikan tangan dan berjalan mendekat.
"Gue gak akan basa-basi".
Baru saja Gavin duduk di depan gue, dia berbicara seperti itu kemudian matanya menatap gue lekat.
"Lapasin Retta, No".
Gue menghembuskan nafas kasar ketika mendengar suara Gavin.
Perkataan yang sama.
Permintaan yang sama.
Sudah berkali-kali Gavin berkata seperti itu, dan seharusnya dia juga tau jawaban apa yang akan gue berikan untuknya.
"Gue pun minta hal yang sama ke Meda".
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuntun Kata | Exovelvet
FanfictionMereka bertanya pada ketidakpastian mengenai asa, imipian juga cinta. Bila benar, apakah akhir bahagia akan tertulis untuk mereka?