Pulang

652 91 9
                                    

Senja, aku ingin pulang

Menetap dan berlindung dari pekatnya lara

Senja, aku ingin pulang

Supaya gelap dapatku lihat tanpa penuh ketakutan

Senja, aku ingin pulang

Tapi kemana aku harus melangkah

Sebab rumah yang aku dambakan hilang entah kemana

Jadi senja,

Sekarang aku harus bagaimana?


Pulang - Ps

***

Retta

Pada akhir cerita selalu ada tujuan, dimana semua tokoh berlabuh dan percaya bahwa apa yang dipilihnya benar adanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada akhir cerita selalu ada tujuan, dimana semua tokoh berlabuh dan percaya bahwa apa yang dipilihnya benar adanya.

Tujuan itu bagaikan rumah, tempat peristirahatan dari rasa lelah setelah berkali-kali merasa terpuruk dan membutuhkan sebuah pelukan untuk bersandar. Meyakinkan diri bahwa ia tidak sendiri saat langkah yang dilalui mencoba merenggut rasa bahagianya.  Meyakinkan diri walau nanti ketika terluka selalu ada sosok yang mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.

Semua orang memiliki tujuan tapi hanya beberapa yang mampu berbahagia pada tujuan itu. Sebab sebuah cerita tidak hanya memiliki satu babak akhir. Ada dua pilihan dimana babak itu akan terasa bahagia atau menyakitkan.

Dari ribuan orang di dunia, gue menjadi salah satu yang memiliki akhir menyakitkan pada cerita hidup gue.

Ya, memang ini bukan akhir tapi nyatanya dari awal babak hidup gue tidak ada kebahagian yang gue rasakan jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa akhir hidup gue nanti gak akan jauh berbeda dari itu.

Memang, ketika Gasa dan Lea hadir dihidup gue ada senyum yang gue sunggingkan. Ada perasaan nyaman yang selama ini gue idamkan. Ada perasa lega karena pada akhirnya gue punya sandaran.

Tapi, rasa itu selalu menghilang saat mata gue menatap lurus pintu rumah yang selalu menjadi tempat gue pulang.

Selalu ada sesak saat gue berada didalamnya. Bahkan saat mata gue mengamati setiap detail rumah pun selalu ada desahan nafas panjang yang gue keluarkan.

Saat mata gue berhenti dan menatap sebuah bingkai foto disalah satu ruang tamu, gue mengepalkan tangan kuat. Rasanya menyayat, rasanya sangat membekas dan itu membuat gue berlari keluar rumah. Tidak memperdulikan seseorang yang memanggil nama gue. Karena saat ini gue butuh tempat untuk bersandar.

Saat gue melangkahkan kaki dan terduduk di ruang tamu rumah Lea, gue tahu Lea pasti mengerti bahwa gue dalam keadaan yang tidak baik. Dan saat dia mulai memeluk gue rasanya beban gue terangkat.

Penuntun Kata | ExovelvetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang