Kenno
Pernah berpikir apa yang menjadi alasan seseorang untuk bersikap tak acuh?
Tertutup?
Memandang dengan sorot mata tajam?
Gue selalu berpikir bahwa semua sikap itu timbul karena rasa tak peduli. Karena amarah terpendam. Atau karena hidup terlalu sulit hingga sikap itu diambil untuk melindungi diri sendiri.
Tapi pada seorang Retta, rasa tak perduli tidak ada pada dirinya. Buktinya gadis itu terus mengkhawaritkan sang sahabat yang tidak kunjung memberikan kabar.
Untuk amarah terpendam juga cara melindungi diri, gue gak tau pasti. Tapi siang itu, saat sengaja gue datang kerumahnya untuk ngasih surat keterangan magang dari fakultas, gue melihat pemandangan yang menohok hati gue.
Gue tidak mengerti dengan jelas, karena saat gue sampai didepan pagar rumah Retta, gue cuma terdiam sambil mendengar percakapan gadis itu dengan seseorang.
Sebenarnya itu tidak bisa dibilang percakapan, karena seingat gue dalam waktu yang berlalu, Retta hanya mengatakan beberapa kalimat dan kalimat itu membuat gue bergeming.
'Ta, maafin mama'
Ketika satu kalimat itu terdengar, mata gue langsung menatap punggung seseorang yang berdiri dihadapan Retta.
Detik berlalu hingga menit terlewati, Retta tetap menutup mulutnya. Saat gue mengarahkan pandangan pada gadis itu, gue bisa melihat bahwa ada luka yang Retta rasakan.
'Ta, mama minta maaf'.
Sekali lagi gue mendengar permohonan maaf itu. Suara milik mama Retta terdengar begitu lirih dan melihat gasture tubuhnya, entah mengapa gue merasa bahwa bukan hanya Retta yang terluka, beliau juga.
'Pergi'.
Suara Retta begitu dingin saat berbicara, tatap matanya pun menajam.
Keduanya terdiam, saling memandang ditemani hening yang menurut gue menyiksa untuk satu sama lain. Tapi beberapa menit setelahnya, mama Retta berjalan menjauhi pintu rumah dan mendekat kearah pagar, tanpa sadar gue berlari dari tempat gue dan bersembunyi disalah satu rumah yang tak jauh dari rumah Retta.
Walau jarak pagar dengan pintu rumah Retta tidak terlalu jauh, terdapat tanaman bunga juga daun-daun disekitarnya yang membuat Retta tidak menyadari keberadaan gue tadi.
Sekilas ketika mama Retta menaiki mobilnya yang ternyata terparkir gak jauh dari gue, gue bisa melihat ada hembusan nafas panjang yang ia keluarkan, wajah beliau pun terlihat begitu lelah.
Ketika mobil mama Retta pergi dan hilang dari pandangan, gue kembali berjalan menuju rumah Retta. Dan lagi, disana gue bergeming ketika melihat Retta yang terduduk didepan pintu rumah sambil memeluk kedua lututnya, wajah gadis itu pun tersembunyi pada lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuntun Kata | Exovelvet
FanfictionMereka bertanya pada ketidakpastian mengenai asa, imipian juga cinta. Bila benar, apakah akhir bahagia akan tertulis untuk mereka?