- Di masa lalu
Rasanya kebas. Rasanya amat menyesakkan dada. Oh ini yang namanya terluka. Ternyata kehidupan tidak melulu memperlihatkan rasa bahagia.
Dia Tera. Namanya Lentera. Sejak lahir sosok itu menjadi penerang bagi kehidupan Retta, tokoh utama pada cerita ini.
Tera bukan pribadi yang menyenangkan. Kata orang, Tera dapat di definisikan seperti itu.
Tera pribadi pendiam. Dia lebih memilih menyembunyikan diri, dari pada berbaur pada khalayak umum.
Tapi, suatu ketika saat ada tangis yang keluar dari mata sang Kakak, Tera yang terbiasa sembunyi menampakan dirinya, dan terlihat terang di depan banyak orang.
Dari situ, Tera menemukan dirinya sendiri, ia juga menemukan seseorang yang bisa di panggil dengan kata 'Teman'.
'Arsen'.
Tera selalu memanggil nama itu di setiap harinya. Dengan pemilik nama itu banyak hal yang bisa Tera diskusikan. Khususnya mengenai sang Kakak.
'Nama bartendernya Gavin, tapi gue udah minta tolong sama dia buat ngasih mojito sama cookies coklat kalo Kata dateng kesana'.
Setelah melepas helmnya dan memarkirkan motornya, Tera berjalan mendekati Arsen yang sedang duduk di depan warkop dekat rumahnya.
'lo gimana bisa kenal bartendernya?'.
Ada kekehan kecil yang Tera berikan sebelum menjawab pertanyaan Arsen itu.
'Tiga kali gue ke gep sama dia karena masuk ke tempat itu padahal masih dibawah umur. Pas gue bilang, gue mau nemuin kakak gue dan nunjuk Kata, dia ngebiarin gue masuk dan ngasih gue cola'.
Tera menghentikan ucapan sesaat, dia mengingat kembali awal pertemuannya dengan Gavin.
'Lo tau sen alasan Gavin biarin gue masuk?'
'Dia kenal sama Kak Retta?'
Tera menggelengkan pelan, kemudian ia menggambil teh botol yang ada di tangan Arsen.
'Gavin bilang, setiap Kata kesana selalu ada sedih di matanya. Disana Kata cuma akan melamun dan kadang nangis diem-diem'.
Tera mengingat jelas setiap informasi yang Gavin berikan mengenai kakaknya. Dari awal Tera tidak pernah suka kakaknya pergi ke tempat bising seperti itu, tapi mengingat gimana sedihnya Retta atas kehilangan ayah mereka, Tera memilih diam juga membiarkan.
* *
'Kak apa susahnya untuk ke rumah mama sebentar aja? Mama pasti kangen sama Kakak'.
'Harus berapa kali gue bilang, gue gak mau ketemu mama!'.
'Lo itu kenapa sih kak, lo gak bisa benci sama mama. Mama bukan alasan papa meninggal'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penuntun Kata | Exovelvet
FanfictionMereka bertanya pada ketidakpastian mengenai asa, imipian juga cinta. Bila benar, apakah akhir bahagia akan tertulis untuk mereka?